istri eksibisionis

Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah selama 7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2012, Agustus. Sedikit bercerita tentang istri saya selaku tokoh utama dari kisah nyata ini, ia memiliki penampilan cukup sederhana dan menarik, angat periang, dan memiliki banyak teman. Menurut Raka, istri saya cukup cantik dan menarik jika diberi angka 1-10 ia memilih angka wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki darah keturunan chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu kelihatan).

Tokoh-tokoh dalam kisah Istriku ternyata Eksibisionis Part 1 (Obsesi Yola):
– Naryo (penulis, saya, suami dari Yola)
– Yola (tokoh utama dalam cerita ini, istri dari Naryo)
– Raka (teman cyber online saya)
– Doni (pelajar SMU 1, anak dari tetangga di desa kami)
– Rizal (teman doni, lebih pendiam)
– Pak Yono (sang benalu desa, orang yang kurang ajar, tidak tahu malu, gendut, tidak menarik, pengangguran)
– Pak Risman (pekerja keras, sangat hormat kepada semua orang terutama saya dan istri saya)
– Pak Soni (tetangga sekaligus sahabat keluarga kami)

Kisah ini akan saya ceritakan dari awal mulanya mengapa saya menyatakan istri saya seperti kebanyakan orang berkata tentang istilah eksibisionis, yakni suatu tindakan yang menyukai jika orang lain melihat dirinya tanpa busana atau hanya mempertontonkan bagian-bagian aurat tertentu kepada public.

==================================================
Pada Cerita  ini merupakan kisah 5 tahun lalu (Tahun 2005) ketika saya dan istri saya masih belum semapan dan memiliki uang seperti sekarang ini (Tahun 2012).

Saya, Naryo, dan Yola, istri saya, tinggal di sebuah permukiman tidak kumuh atau bisa dikatakan desa yang sudah cukup modern karena sudah ada listrik dan telekomunikasi. Rumah ini diberikan oleh ayah saya karena dia sudah tidak menggunakannya lagi. Ayah saya merupakan orang yang cukup terkenal di desa ini. Jadi kami rasa tinggal di sini sangatlah menyenangkan mengetahui bahwa banyak dihormati oleh tetangga dan orang sekitar. Rumah kami ini tanahnya sangat besar, akan tetapi bangunannya sudah cukup tua karena merupakan salah satu warisan dari kakek buyut saya.

Sekiranya setelah kami menikah kami tinggal di rumah ini, kami selalu bersikap ramah kepada semua orang desa ini. Dan selalu bersedia menyediakan rumah ini untuk acara-acara desa ini berhubung rumah kami sangat luas halamannya. Mungkin sedikit dari kalian yang mengetahui bahwa kehidupan di pemukiman atau pedesaan adalah saling berbagi baik makanan gula minuman buah-buahan sayuran serta rumah tinggal ataupun halamannya. Jika sekali saja kami bertindak yang menentang dapat dikucilkan oleh seluruh orang di desa ini. Karena
kebaikan kami kepada orang desa serta istri saya yang berperawakan menarik dan periang kepada semua orang. Istri saya, Yola, sangat dikenal oleh semua orang di desa ini bahkan bisa dibilang ia merupakan wanita paling menarik di desa ini. Banyak sekali tetangga saya yang melirik istri saya seperti ingin menelanjanginya. Istri saya maupun saya menyadari mereka berpikiran seperti itu akan tetapi kami terus berusaha ramah seperti menyapa tertawa seperti layaknya tetangga biasa. Satu tahun telah berlalu, kami belum juga di karuniai anak. Istri saya mulai jadi bahan perbincangan orang-orang desa. Ada yang berpikiran saya tidak dapat memuaskan istri saya padahal cantik begitu. Ada juga yang berpikiran istri saya tidak dapat melakukan dengan saya. Akan tetapi, kami berusaha menanggapi itu semua dengan baik saja tanpa rasa amarah. Oleh karena itu, kami sangat menyukai anak-anak jika ada anak-anak yang sedang berkunjung kami sering kali memberikan
makanan ataupun uang jajan untuk mereka. Dan mereka cukup akrab kepada kami hampir seperti teman bermain. Istri saya yang periang itu selalu mengajak mereka bermain ataupun memberikan makanan. Anak-anak itu senang sekali bercanda dengan istri saya, seperti kejar-kejaran karena mereka pura-pura mengambil sendal istri saya ataupun ketika istri saya menjemur pakaian mereka iseng sekali untuk menyolong pakaian kami yang sedang kami jemur (hanya untuk bercanda).

Dua tahun telah berlalu, saya bekerja sebagai pemilik persawahan di desa ini dan istri saya sesekali bekerja membantu neneknya menjaga toko di kota. Kehidupan keuangan kami sangatlah cukup untuk ukuran orang desa. Suatu ketika istri saya pulang cukup larut sekitar jam 20 malam pada hari jumat. Kemudian, setelah berberes-beres istri saya bersiap-siap untuk mandi, waktu menunjukkan pukul 21.00 malam. Lalu istri saya ke halaman belakang rumah saya untuk bersiap mandi. Istri saya melepaskan pakaian nya dan menggantungkan handuk serta pakaiannya di samping kamar mandi karena kamar mandi kami kecil dan sempit tidak dapat dibuatkan gantungan di sana. Sepertinya saya belum sempat bercerita bahwa rumah desa seperti ini biasanya memiliki WC / Kamar Mandi di halaman tidak di dalam rumah seperti di kota-kota besar. Karena kami memiliki tembok yang cukup tinggi. Maka kakek saya membangun WC tersebut agak terbuka. Kamar mandi tersebut tetap memiliki atap dan pintu, hanya saja pintu tersebut terbuat dari papan tipis dan sebagian terbuka di bagian kaki serta sebagian terbuka di bagian kepala serta tidak menggunakan kunci melainkan hanya cantelan. Atapnya pun terbuat dari seng plastik dan beberapa kayu. Hanya untuk melindungi panas. Letak kamar mandi tersebut kebetulan berseberangan dengan jendela kamar tidur kami. Sehingga jika istri saya mandi saya dapat melihatnya dengan jelas kaki dan kepala istri saya dari dalam kamar serta suara air bak yang di gayung oleh istri sayapun terdengar dengan jelas.

Saat itu, saya sedang berada di kamar sambil mempersiapkan uang untuk pembelian pupuk sawah kami. Sesekali saya melihat istri saya yang sedang mandi. Sekiranya beberapa menit setelah itu saya seperti mendengar ada suara cekikikan anak kecil tertawa. Sepertinya itu adalah suara Doni dan Rizal (anak dari salah satu tetangga kami). Mereka ini bersekolah tingkat SMU 1. Lalu saya berusaha mencari asal suara tersebut ternyata mereka memanjat tembok belakang rumah kami dan mengintip istri saya yang sedang mandi. Saya melihat dari posisi itu ia
tidak dapat melihat tubuh istri saya seluruhnya. Karena tertutup dengan atap serta pintu kamar mandi kami akan tetapi jika istri saya bergerak ke pojok kamar mandi mungkin dapat terlihat sebatas dada hingga ke kepala. Saya ingin menegurnya lalu saya berpikir “ah sepertinya hanya anak-anak saja, ngerti apa sih, paling bercanda saja.” Serta saya juga merasakan darah saya berdesir entah mengapa antara rasa suka, bangga, senang, dan horny. Sekiranya 20 menit kemudian istri saya sudah bersiap untuk keluar dari kamar mandi, lalu saya melihat kedua anak tersebut menundukkan kepalanya tetapi mereka tetap masih berada di sana. Ketika istri saya keluar untuk mengambil handuk, saya yakin mereka melihat tubuh istri saya seluruhnya telanjang tanpa sehelai pakaianpun. Mereka cekikikan sambil turun dari sana. Lalu istri saya kembali ke dalam, dan saya tidak mengatakan apapun tentang itu.

Dengan perasaan libido saya yang sudah meningkat tadi langsung saja istri saya yang baru kembali ke dalam rumah saya ajak bermain di ranjang cinta kami. “Mah, papa ingin nih…”, kata saya. Istri saya berkata “Ihh papa, masa baru mandi uda mau di kotorin lagi…”. Tanpa menunggu persetujuan, saya langsung menyambar handuk istri saya. Dan saya melihat dua buah payudara berukuran 34 C menggantung bebas. Saya langsung menghisap buah dadanya dan menyelipkan jari saya ke dalam liang kewanitaannya. Setelah itu saya sudah tidak tahan lagi untuk memasukkan senjata saya ke dalam liang tersebut. Karena kami ini hanyalah orang desa biasa, permainan kami belumlah seperti
orang-orang pada umumnya. Asalkan kami puas kami senang. Saya menggoyangkannya berkali-kali istri sayapun mengikuti irama saya. Saya tidak tahan lagi tanpa berlama-lama sayapun mencapai puncaknya. Dan keluarnya semuanya didalam rahim istri saya. Saya terkulai lemas karena kepuasan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Sedangkan, istri saya nampak belum merasakan apapun. Ia hanya menggerutu, “papa bikin mamah pusing aja.” Saya tidak mampu menjawab apa-apa.

Keesokan harinya Doni dan Rizal serta beberapa anak lainnya seperti biasa bermain-main ke rumah kami. Doni dan Rizal bersikap biasa saja hanya saja sesekali mereka hanya tertawa-tawa saja melihat istriku dari kejauhan dan saya mengerti betul mengapa mereka tertawa. Semenjak itu Doni dan Rizal menjadi anak-anak yang lebih sering ke rumah kami. Dan saya pun karena menyukai anak-anak sering mengajaknya bermain catur atau kartu bersama tetangga-tetangga lain di rumah kami maupun menonton televisi. Beberapa hari setelah itu kejadian yang serupa terjadi lagi. Ketika istriku sedang mandi Doni dan Rizal berusaha mengintip istriku kembali dari balik diding. Sayapun senantiasa memantau mereka dari dalam kamar. Ketika istriku keluar dari kamar mandi, istriku sepertinya menyadari kehadiran Doni dan Rizal karena saya lihat istriku mengadah ke atas untuk melihat ke arah dinding tersebut. Saya melihat Doni dan Rizal panik berusaha menundukkan kepalanya. Tetapi saya yakin istri saya masih dapat melihat rambut mereka yang masih sedikit menonjol. Namun, yang saya kagetkan adalah, istri saya tidak mengatakan apapun kepada mereka malah istri saya bersikap biasa saja seperti tidak mengetahui kehadiran mereka. Saya sendiri bingung apakan istri saya mengetahui kehadiran mereka atau tidak. Namun dari gelagat istriku, sepertinya saya yakin betul istriku menyadari kehadiran mereka. Istriku bersikap cuek saja dan handukan lalu masuk ke dalam rumah. Saat ini, aku mengalami libido yang jauh lebih tinggi lagi dari kejadian pertama, karena yang ada di dalam pikiranku saat ini adalah istriku “dengan sengaja” memamerkan tubuh telanjangnya kepada anak-anak SMU itu. Walaupun aku sendiri tidak pernah tahu kebenarannya. Lalu, ketika istriku masuk ke dalam kamar, aku sangat-sangat ingin menyetubuhi istriku kembali. Dengan sangat cepat aku mencium dan meraba seluruh tubuh istriku. Dan yang aku herankan istriku tidak menolak apapun, ia hanya berkata “masss… hmpphhh”. Aku meraba dadanya, meremasnya memilinnya, menghisapnya, menciumnya. Ia hanya melenguh, “uhhhmm…” Ketika aku menggapai selangkangannya… Aku sangat kaget, ternyata istriku sudah basah!!! Aku tidak tahu apakah ini pengaruh dari rangsanganku ataukah karena Doni dan Rizal tadi. Apapun itu, aku, aku berpikir tidak karuan tidak sampai 5 menit aku sudah mencapai ejakulasiku lagi!!! Aku sangat menyesalinya!!! Istriku, Yola, wanita periang ini pun berseru kepadaku, “papah jangan dongg mama masih mau… ayo dong pahh!” Lalu aku benar-benar menyesal dan menjawab, “maaf ya mamah, abis mama cantik banget malam ini.” Istriku menggerutu lagi, “ah papa mah!!” Dan, akupun tertidur. Aku tidak tahu lagi apa yang dilakukan istriku setelah itu. Yang aku tahu keesokan paginya, aku tidak menemukan istriku disebelah ku. Melainkan ia tertidur di depan televisi tanpa mengenakan pakaian sehelaipun. Lalu aku membangunkan istriku untuk menyuruhnya mandi. Sekaligus aku bertanya, “loh mamah kok tidur di sini? gak pake baju lagi” Istriku kebingungan sambil menjawab, “iyah pah abis kemarin kita main seru, mamah keluar sebentar ambil minum eh ketiduran deh.” Sayapun tidak bertanya lagi lebih lanjut apa yang terjadi setelah saya tertidur, saya hanya berpikir sendiri “apakah ia bermasturbasi sendirian? ataukah ada yang menontonnya? ataukah ia selingkuh dengan pria lain?” Tetapi saya tidak mencium adanya bau-bau
pria lain ataupun kecurigaan yang bersangkutan dengan itu.

Beberapa hari kemudian, hari itu adalah hari sabtu pukul 10 pagi, Doni dan Rizal bermain ke rumah untuk menonton televisi. Istriku sedang berberes-beres rumah dengan hanya mengenakan daster tipis putih bercorak kembang saja. Sedangkan aku sedang berbenah di dalam kamar. Namun, sudah saatnya istriku untuk mandi. Istriku masuk ke kamar dengan melewati untuk mengambil daster baru. Lalu, saya melihat dari kamar bahwa istriku melepaskan daster lamanya dan menggantungnya seperti biasa di samping kamar mandi, dan berjalan ke dalam kamar mandi. Ketika air bak mandi istriku terdengar. Saya mendengar Doni dan Rizal seperti ribut sendiri dan berlarian ke belakang rumah kami. Lalu saya mulai mengintai keberadaan Doni dan Rizal, dan benar saja mereka sedang mengintip istriku lagi. Akan tetapi, dari posisi itu ia tidak akan melihat tubuh istriku, karena terutup oleh pintu kamar mandi. Paling yang terlihat hanya kaki dan kepalanya saja. Akupun mengintip istriku dari dalam kamar. Lalu aku menyadari, sepertinya di dalam gantungan baju di sebelah kamar mandi tersebut kok istriku tidak membawa handuk yah? Aku melihat istriku sudah selesai dari mandinya dan beranjak keluar dari kamar mandi. Sedangkan Doni dan Rizal masih di pintu belakang mengintip istriku. Saya yakin ketika istriku keluar dari kamar mandi Doni dan Rizal dapat melihat dengan SANGAT jelas ketelanjangan istriku di depan mereka. Sekali lagi alat kejantananku terbangun melihat keadaan ini. Istriku terlihat sangat menawan dengan keadaannya yang basah seperti itu. Namun entah berpura-pura atau ia memang terlupa untuk membawa handuk, akhirnya ia hanya mengenakan daster lamanya untuk mengelap badannya yang basah. Lalu mengenakan daster basah tersebut untuk tubuhnya sambil berjalan ke dalam rumah. Saya melihat Doni dan Rizal berlari menuju ruang tengah untuk berpura-pura nonton televisi. Namun istriku yang berdaster tipis basah dan saya melihat dadanya serta bulu-bulu kemaluannya dapat terlihat jelas di balik daster basahnya itu. Berjalan melewati Doni dan Rizal menuju kamarku. Akan tetapi, Doni dengan isengnya berkata, “bibi, doni boleh minta susu ga?” Istriku menengok ke arah Doni, dan berkata, “oh.. bentar ya bibi ambilkan.” Lalu, saya mendengar Doni dan Rizal tertawa cekikikan berdua. Dengan masih berpakaian seperti itu, istriku ke dapur untuk mengambil susu sapi di dalam kulkas kami. Entah istriku sengaja atau memang pura-pura tidak tahu bahwa mereka sedang menggodanya. Istrikupun mengantarkan “susu” tersebut ke meja di sebelah Doni. Menurut saya “susu” yang diantarkan bukanlah susu sapi tersebut melainkan dada istriku yang tercetak jelas di balik daster basahnya. Setelah itu istrikupun beranjak untuk masuk ke dalam kamar. Kali ini aku tidak berani menyambar istriku walaupun aku sudah sangat tegang sekali melihat keadaan ini. Aku tetap berusaha menggapai kesadaranku bahwa di luar sana ada tamu. Akan tetapi, ternyata keadaan berbalik, kali ini istriku yang menyambar diriku!!!
Ternyata istriku sangat terangsang dengan keadaan itu!! Gila! Ia menjadi seperti wanita yang kehausan beriahi. Ia dengan terburu-buru menelanjangiku. Dan mengatakan satu kalimat kepadaku, “mas puaskan aku.” Aku ingin berkata di depan kan ada Doni dan Rizal, tetapi ia langsung saja menyambar bibirku melumatnya. Dan menuntun senjataku yang sudah sangat keras ke dalam liang kewanitaannya. Dengan terus menggoyangkan pinggulnya menari-nari di atas kejantananku ia mulai meracau, “sshhh… ohhh… hmphh…” Sambil meremas-remas dadanya sendiri. Seperti sedang melakukan nya seorang diri tanpa menyadari kehadiranku. Akupun melihat dan mendengar keadaan sekitar di manakah Rizal dan Doni berada. Tetapi percuma saja dengan keadaanku dan suara istriku yang sedang meracau aku sangat sulit untuk mendengar mereka di depan sana. Saya cukup yakin bahwa Doni dan Rizal dapat mendengar racauan istriku yang sudah terangsang berat ini. Aku tidak begitu konsentrasi dengan persetubuhan ini melainkan aku berusaha mencari keberadaan Doni dan Rizal tetapi tidak menemukannya juga. Sekiranya, 10 menit telah berlalu. Aku mulai kembali untuk “menikmati” istriku. Aku sudah mulai berada dipuncak kenikmatan sedangkan Istriku pun sudah mulai mencapai puncaknya. Istriku memejamkan mata menegadah ke atas sambil meracau, “ohhh masss…. akuu keluarrrrr ssshhhhh…” Sambil terus meremas dadanya dan menarik pentilnya sekuat-kuatnya ke depan. “ohhhhh…….hhhhh….” lenguhan panjang tanda ia keluar. Akupun keluar bersamaan dengan istriku. Berulah setelah istriku berhenti bersuara aku mendengar suara di halaman belakang dari jendela tempat aku melihat kamar mandi belakang. Suara langkah kaki yang menginjak dedaunan di sana. Berarti? Apakah dari tadi Doni dan Rizal mengintip kami dari sana? Jika ia mereka mengintip kami dari sana, hanya istriku yang dapat melihat mereka karena posisi
istriku menghadap jendela itu secara langsung. Jendela itu berada di atas kepala ku sehingga aku tidak dapat melihatnya. Sekali lagi timbul banyak pertanyaan dengan istriku ini. Seselesainya kami berbenah kami keluar dari kamar untuk bergabung dengan Doni dan Rizal. Akan tetapi, kami tidak menemukan mereka. Beberapa menit setelah itu kami mendengar mereka berjalan dari arah halaman belakang ke ruang tengah. Istriku hanya diam saja melihat mereka sedangkan aku penuh dengan segala pertanyaan. Akupun bertanya kepada mereka, “habis dari mana kalian?” Doni menjawab sambil gugup, “eh, anu pak dari kamar kecil.” Lalu, aku berpikir sendiri “kok ke kamar kecil berdua?”

Kemudian kami menonton televisi dengan sangat diam dan terasa aneh. Biasanya mereka suka bercanda dengan kami akan tetapi, kali ini mereka memilih untuk diam. Sekiranya, 30 menit kami berada dalam kesunyian. Akupun mulai merasa tidak betah. Maka, aku memutuskan untuk pergi ke halaman belakang dengan maksud memeriksa posisi mereka mengintip kami tadi. Setibanya disana aku benar-benar tecegang atas apa yang kulihat. Ada dua bercak sperma di atas tanah berada tepat di depan jendela kamar kami. Dengan sangat jijik aku mengambil air untuk menyiramnya. Sekembalinya aku ke dalam aku mekihat mereka mulai tertawa bersama istriku, doni dan rizal sudah kembali normal. Entah apa yang terjadi selama aku pergi ke halaman belakang yang pasti keadaan sudah menjadi nyaman.

Setelah hari itu, pikiranku selalu dibayang-bayangi atas kejadian doni dan rizal mengintip aksi kami di ranjang membuat ejakulasiku menjadi cepat sekali. Kebanyakan dari persetubuhanku dan istriku adalah kepuasanku semata. Aku hampir tidak mampu lagi memuaskan libido istriku yang semakin liar dalam tiap permainannya. Sedangkan aku terus dibayang-bayangi oleh kejadian itu, membuatku semakin horny membayangkan saat itu istriku “dengan sengaja” memamerkan aksi liarnya di depan anak-anak kampung itu. Sekiranya sebulan telah berlalu dari kejadian itu, aku sangat menyesali selama itu aku tidak mampu memuaskan istriku karena ejakulasiku menjadi sangat dini. Hari itu adalah hari jumat malam, istriku pulang larut lagi seperti biasa pukul 20.00, ia berbenah lalu bersiap mandi. Akan tetapi kali ini aku berpura-pura tidur dan sudah meredupkan lampu kamar kami. Karena saya yakin, seperti terdahulu jika istriku mandi malam hari pastilah Doni dan Rizal mencoba mengintip istriku. Aku kembali diposisi jendela kamarku untuk melihat keadaan istriku. Dan sepertinya Doni dan Rizal juga sudah mulai diposisinya mengintip. Ketika itu istriku nampak sesekali melihat ke arah jendelaku mengintip entah mengapa sayapun tidak tahu. Dan saya bersembunyi beruntung kamarku saat itu sudah gelap sehingga ia tidak dapat melihat keberadaanku dengan mudah. Tiba-tiba belum ada 10 menit istriku mandi ia keluar dari kamar mandi menuju halaman depan rumah kami dengan berjalan mengendap-endap sambil bertelanjang bulat. Untung saja jika sudah malam jarang ada orang desa ini yang berkeliaran. Akupun berpindah ke ruang tengah untuk mencari keberadaan istriku. Dengan badan yang sexy mengkilat karena air berjalan ke arah pagar rumah kami mengintip ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang. Lalu, ia membuka pagar itu secara perlahan. Gila! Ia berdiri di depan rumah kami dengan bertelanjang bulat saya
sangat berharap tidak ada orang yang melihatnya, karena ini bisa menjadi skandal bagi keluarga kami. Sekitar 3-5 menit ia berada di luar pagar. Namun, ia seperti terburu-buru kembali lagi ke dalam rumah melewati pintu depan. Akupun berlari sambil berjinjit untuk kembali ke kamar. Aku mendengar istriku memasuki ruang tengah. Dan berjalan ke arah kamar kami. Akupun langsung berpura-pura tidur sambil memeluk guling. Setelah memastikan keberadaanku yang masih tertidur. Istriku berjalan kembali ke arah kamar mandi. Saya melihat keberadaan Doni dan Rizal hilang dari tempat mereka. Apakah mereka mengikuti istri saya yang berada di depan pagar tadi? Sayapun tidak begitu mengetahuinya. Sekembalinya istriku ke kamar mandi ia membawa sesuatu di genggaman tangannya. Ternyata itu adalah Timun kecil. Saya bertanya-tanya untuk apa ia membawa buah timun ke kamar mandi? Istriku melanjutkan mandinya hanya dengan beberapa siraman saja. Saat itu waktu menunjukkan pukul 22.00, ia malah keluar lagi dari kamar mandi dan mengambil kursi kecil yang biasa ia pergunakan untuk duduk ketika mencuci pakaian. Ia pergunakan kursi tersebut untuk duduk di depan kamar mandi menghadap ke arah Doni dan Rizal mengintip
sehingga aku hanya dapat menonton dari samping. Aku tidak tahu apakah itu sengaja atau kebetulan saja. Jika kalian pernah mengetahui kursi
cucian ini, ia berbentuk sangat pendek sekitar 30 cm dari permukaan tanah terbuat kayu. Jika anda duduk di kursi ini maka posisi anda akan
seperti berjongkok mengangkang. Jadi secara “live” istriku mengangkang ke arah Doni dan Rizal. Lalu ia mengambil timun tersebut dan memasukkannya ke arah liang kewanitaannya. Perlahan tapi pasti timun itu masuk ke dalam selangkangannya. Saya melihat Doni dan Rizal
sepertinya sedang melakukan sesuatu yang saya sendiri sedang lakukan sekarang. Walau aku tidak tahu pasti apakah mereka sedang beronani atau tidak tapi guncangan kepala mereka sepertinya menuju ke arah itu. Aku melhat istriku semakin asyik dengan aksinya, ia mengigit bibir bawahnya dan mengangkang kebih lebar lagi dan merebahkan badannya kebelakang dengan hanya menggunakan satu tangan bertumpu di tanah merah dan kotor untuk menopang tubuh telanjangnya itu, sedangkan tangan satu lagi mempertahankan timun itu tetap keluar masuk di selangkangannya. Ia melenguh untuk yang pertama kalinya mungkin tidak dapat dipertahankan lagi, “hmphhhhh ohhh…..” Setelah lenguhan pertama itu ia melirik ke arah jendelaku lagi memastikan aku tidak bangun. Setelah ia merasa aman, ia melenguh lagi, “ohhhh…. sssshhh yaaahhhh….” Semakin nyaring terdengar olehku. Ia melirik lagi ke jendelaku. Dan semakin menjadi-jadi rupanya nafsu istriku yola, sang periang, kembang desa ini, istri terhormat, sedang berusaha meraih kepuasannya dari sebatang sayuran. Sambil membiarkan dua orang anak ABG mengintipnya. Istrikupun semakin gila racauannya, “ohhh…. ohhh…. sshhhmmmm….” Semakin keras suara racauannya. Ia sepertinya sudah tidak perduli lagi apakah aku akan bangun mendengar racauan itu. Ia menjadi semakin lepas kendali, ia semakin merebahkan badannya kebelakang hingga tertidur di tanah kotor itu. Dengan pantat nya yang besar itu tetap bertumpu di bangku kecil,
kini ia mengangkangkan kakinya lebih lebar lagi. Tangan yang sebelumnya ia pergunakan untuk menopang tubuhnya kini sudah bebas karena tidak lagi menopang melainkan tidur di tanah. Tangan itupun beraksi ke arah putingnya dengan penuh tanah merah dan kotor ia peeperkan saja kotoran itu ke perutnya dan melanjutkan untuk memilin puting kirinya. Hingga sebagian kiri dari tubuhnya kotor karena tanah. Dengan badan mengkilat karena air mandi, kotor karena tanah merah, selangkangan disumbat oleh timun, istriku melenguh lebih kencang “ohhhh
yaaahhhhh……..!!!” Akupun tak kuasa melihat ini dan berejakulasi di dalam tissue yang sudah kusediakan. Sambil membersihkan senjataku aku
terus memperhatikan istriku yang semakin gila, ia mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan semakin melebarkan vaginanya yang merekah itu dengan masih ditutupi oleh bulu yang lebat, ia mencapai klimaksnya, “ohhh ssshhh ngeeeeehhhh ngeehhhh….” begitu sekiranya racauannya seperti kambing saja. Sambil terengah-engah ia melepaskan tangannya dan tetap membiarkan timun itu menempel di selangkangannya. Dengan masih berposisi terlentang di tanah, istriku menggeser kursi pendek itu karena sepertinya cukup sakit untuk berada di atas itu lama-lama. Iapun rebahan ditanah kotor itu sekitar 3 menit. Lalu ia bangkit berdiri. Dan timun itupun menggelincir terlepas dari selangkangannya. Istriku meneruskan mandinya tanpa menutup pintu kamar mandinya sama sekali. Seselesainya ia mandi, istriku membereskan kursi tersebut dan membuang timun itu ke jalanan. Aku tidak akan menyalahkan istriku atas masturbasi yang ia lakukan ini. Karena jujur saja sudah selama 1 bulan istriku tidak mendapatkan kepuasan seperti ini dariku karena ejakulasiku semakin dini atas fantasi-fantasi istriku. Selain itu juga aku sangat mencintai istriku yola. Terlebih lagi aksi-aksi istriku ini memberikan kepuasan tersendiri kepadaku.

Antara bangga, senang, horny, cemburu, marah, bekecamuk dipikiran saya atas apa yang diperlakukan oleh Doni dan Rizal terhadap Yola istri saya. Sayapun tidak menyadari bahwa hal ini dapat menjadi lebih parah dari yang saya kira di part selanjutnya akan saya ceritakan lebih lanjut mengapa saya sebut aksi eksibisionis ini menjadi lebih “parah”.

====================================================

Seingat saya waktu itu sekitar hari raya lebaran pada tahun 2005, pada hari raya seperti ini keadaan desa kami menjadi sangat ramai dan sangat rawan sekali dengan pencurian. Banyak sekali kejadian barang yang hilang, hal ini justru terjadi ketika sedang ramai-ramainya kita bersilaturahmi ke rumah para tetangga. Oleh karena itu, kami mengadakan ronda keliling desa secara bergilir membantu memeriksa keadaan rumah yang lupa di tutup pintunya baik pintu belakang maupun pintu depan dan sebagainya. Kejadian Doni dan Rizal mengintip istri saya sudah berlalu sekitar 2 bulan lamanya. Seperti yang sudah kalian ketahui, semenjak kejadian aksi istri saya di depan Doni dan Rizal membuat saya tidak dapat melupakan hal itu terutama ketika saya melakukan aktifitas suami istri kami di ranjang. Saya menjadi sangat bernafsu dan cepat sekali mengalami ejakulasi. Hampir selama ini kami berhubungan mungkin dapat dihitung dengan jari istri saya dapat mencapai “kepuasannya”. Dan, sejauh ini saya berpikir memang itu adalah kesalahan saya membiarkan istri saya diintip oleh anak-anak kampung itu. Sesekali muncul perasaan kesal dan menyesal dalam hati saya. Akan tetapi, dorongan nafsu birahi yang melanda senjata saya jauh lebih besar untuk membiarkan istri saya melakukannya.

Pada saat itu siang hari, kami sedang bersilaturahmi keliling dengan para tetangga kami, entah mengapa ketika saya berkunjung ke rumah Doni dan juga setelah itu berkunjung ke rumah Rizal. Kami terutama saya, merasakan hal yang aneh, saya merasa istri saya sedang diperhatikan oleh Doni maupun Rizal. Setiap kali mereka mengajak bercanda istri saya atau mengajak berbicara saja, saya seperti terdorong perasaan cemburu, senang, dan bernafsu. Nampaknya hal ini juga terjadi pada istri saya, terlihat dengan mukanya memerah setiap kali bercanda dengan mereka dan nampak sekali bahwa istri saya memperhatikan kedua anak ini. Seusai bersilaturahmi dari rumah Rizal, waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 malam. Kami berbenah diri untuk bersiap-siap tidur, sudah lama saya tidak melihat kehadiran ataupun mendengar Doni dan Rizal mengintip istri saya lagi semenjak kejadian di heboh istri saya bermasturbasi di depan mereka seperti yang di ceritakan di Part 1. Hal ini membawa sedikit kekecewaan sekaligus ketenangan bagi saya.

Seusai kami mandi kami bersiap untuk tidur, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 21:00 malam. Ketika kami sedang bersiap-siap mengunci-ngunci rumah, tiba-tiba saja istri saya “menyosor” ingin meminta jatah malam ini. Tanpa berpikir panjang lagi, sayapun menyambut ciuman istri saya dengan kuluman hisapan dan kecupan lembut. Oh yah, saya belum sempat bercerita, sekiranya dua bulan lalu, istri saya menjadi “malas” menggunakan pakaian dalam ketika berada di rumah. Terlebih lagi, akhir-akhir ini keadaan sangat panas di desa kami karena kami belum memiliki AC hanya kipas saja, istri saya lebih senang untuk tidur telanjang. Dan sayapun merasa tidur telanjang berdua lebih nyaman. Sepertinya inipun merupakan salah satu dampak samping dari “aksi” istri saya di depan Doni dan Rizal, yaitu eksibisionis. Hanya saja selama 2 bulan terakhir ini saya tidak pernah melihat kehadiran mereka, mungkin istri saya jadi ingin “memamerkannya” kepada saya berhubung tidak ada lagi orang yang dapat dipamerkan. Saat itu, istri saya mengenakan daster berwarna orange saya merasa yola seksi sekali malam itu. Sambil lidah kami menyatu dan berpautan, tanganku pun tidak bisa tinggal diam, mulai meraba-raba dada 34 C istri saya tersebut dan memang sudah tidak mengenakan Bra lagi. Saya memilin dan meremasnya dengan “sedikit kasar” nampaknya yola pun menyukainya sambil berteriak manja, “awwww…. ihh…” Aku hanya menyeringai dan menciumnya kembali. Akupun tidak sabar menantikan apa yang ingin kami lakukan selanjutnya dengan istriku yang sangat amat bernafsu malam ini. Di satu sisi aku takut tidak mampu memuaskannya lagi malam ini, di satu sisi aku ingin sekali cepat-cepat “menyantap” tubuh istriku yang sexy ini. Akhirnya aku mengangkat istriku dan membawanya ke kamar tidur, setelah mengunci pintu kamar, sayapun membuka seluruh pakaian saya, dan ternyata istri sayapun sudah tidak mengenakan pakaian sehelaipun. Tanpa menunggu lama lagi, saya langsung saja mencolokkan jari saya ke dalam liang kewanitaannya. Ia pun mendesah kecil, “uhhh….” Saya dengan mata penuh nafsu memandang istri saya yang sedang bernafsu tinggi seperti kuda liar bergerak ke sana kemari, dengan mata terus terpejam memandangi arah atas menikmati sodokan demi sodokan dari jari saya. Tak lama setelah itu, istri saya tersadar dan ingin secepatnya menyuruh saya memasukkan senjatanya ke dalam liang kewanitaannya. Lalu ia menarik kejantanan saya ke arah mulutnya, di hisapnya kuat-kuat senjata saya. Saya sampai berkomentar, “duh mamah, jangan keras-keras dong.” Yola menjawab sambil cekikikan, “hihi… abis lucu si pah… gemezzzz” Lalu yola menghisapnya dengan lembut dan enak sekali, aku semakin mulai tidak konsentrasi dengan kocokan jari-jariku di dalam kemaluannya. Sekiranya 15 menit sudah berlalu, istri saya belum juga melepaskan senjata saya dari mulutnya, padahal saya sudah sangat tidak tahan lagi jika terlalu berlama-lama di mulutnya bisa “berbahaya”. Lalu saya harus berpikir cepat sebelum saya “mencapai puncak”, maka saya mulai berpikir untuk mencopot cincin kawin saya (agar tidak menyakiti), lalu memasukkan ke 5 jari saja ke dalam kemaluan istri saya secara perlahan. Agar dianggap seperti “senjata raksasa” yang sedang masuk ke dalam vaginanya. Ia pun mulai merasakan enaknya dari ke 5 jari tersebut, saya putar saya sodok keluar masuk ia mengelak-ngelak kepanasan sangat horny sekali. Akan tetapi, saya ternyata lengah, melihat istri saya sangat bernafsu seperti ini, sexy, seperti wanita gila sex, ia melahap senjata saya lebih kuat lagi dan lebih cepat lagi, tiba-tiba saja bayangan saya adalah Doni dan Rizal tadi siang yang sedang bercanda seperti “menelanjangi” istri saya. Maka, tak tertahankan lagi… Lahar panas itu menyembur dengan keras dan cepatnya ke dalam mulut istri saya. Sebagian menetes ke lehernya, aku tahan dengan pakaian kotor kami, sebagian besar masuk ke dalam mulutnya dan yang saya herankan selama ini istri saya tidak pernah mau dikeluarkan di dalam mulut. Tetapi kali ini, ia malah menelannya!!! Sayapun terheran-heran akan kelakuan istri saya ini. Ada apakah gerangan? Saya benar-benar tidak dapat memahami hati wanita yang sedang horny seperti ini. Lalu, usai sudah pergumulan kami, sayapun meminta maaf lagi kepada istri saya, “duh… maaf ya mah, mama blm keluar yah?” Yola pun menjawab dengan sedikit kesal namun tersenyum, “iiyah pah, gak apa apa, papa jorok ih masa di mulut mama…” Akupun bingung ingin menjawab apa, ingin sekali aku menanyakan “kalau jorok kok ditelan?” Tetapi aku tidak ingin menyakiti perasaan apapun terlebih lagi aku belum dapat “memuaskan” dia lagi malam ini. Kami pun dengan keadaan masih terengah-engah, tanpa mengenakan pakaian sehelaipun, kamipun tertidur.

Sekiranya pukul 01:00 dini hari, saya terkaget mendengar ketukan di jendela kamar kami sambil memanggil-manggil nama saya, “Pak Naryo! Pak Naryo!”. Lalu saya pun dengan mata masih berat menggeser istri saya untuk terlentang, dan membuka gorden jendela kami, saat itu kamar kami dalam keadaan gelap, jadi dari luar sana tidak akan langsung dapat kelihatan secara sempurna. Namun saya melihat mereka adalah Pak Mamat, Pak Yono, Pak Risman, dan Pak Bayu.

Keempat orang ini adalah:
1. Pak Yono ini merupakan pengangguran di desa ini. Hidupnya hanyalah menjadi benalu dari orang-orang desa ini. Yang saya maksud benalu adalah ia sering kali berkunjung untuk “bermain” dengan para tetangga. Berpura-pura silahturahmi padahal ia mau numpang makan. Biasanya pada hari minggu ia selaku datang ke rumah kami untuk bermain catur atau ngopi bersama Pak Risman. Pak Yono memiliki ciri-ciri gendut karena tidak ada aktifitas dan menjadi benalu di sana sini dan wajahnya sangat tidak menarik.

2. Pak Mamat dan Pak Bayu adalah petugas keamanan di desa kami, mungkin tidak terlihat seperti satpam di kota-kota besar. Akan tetapi, karena mereka tidak memiliki kerjaan yang pantas maka mereka diberi tugas oleh RW kami untuk menjaga keamanan di desa kami.

3. Pak Risman merupakan tetangga terdekat dari rumah kami. Ia adalah seorang duda dan pengangguran. Kebanyakan orang minta bantuan dia untuk membesihkan halaman, merawat kuburan, perbaikan rumah, dan sebagainya. Sayapun juga sering meminta bantuan dia. Ciri-ciri Pak Risman adalah kurus dan cukup bau keringet.

Lalu setelah membuka gorden jendela saya, sayapun bertanya sambil mengucek-ngucek mata, eh bapak-bapak ada apa nih kok di rumah saya? Pak Mamatpun berkata, “a…anu… pak, saya lihat tadi pagar rumahnya dan pintu depannya belum terkunci jadi saya mau bangunin Pak Nar untuk dikunci yang baik pak, banyak pencuri klo lagi lebaran gini pak.” Lalu saya kaget, dan berkata, “wah masa sih blm di kunci?!” Sayapun teringat, ketika saya sedang mengunci-ngunci tadi istri saya kan meminta jatah, ohh pantesan. Lalu saya pun panik dan bergegas untuk ke depan, dengan hanya mengambil sarung untuk menutupi tubuh bagian bawah saya, lalu menyelimuti istri saya seadanya karena dia tidur sedang telanjang dan telentang begitu saja seperti bayi kecapaian. Saya lupa untuk menutup gorden itu lagi, saya menyalakan lampu kamar saya dan langsung membawa senter sebagai senjata takut-takut ada maling masuk. Lalu setelah saya memeriksa semua keadaan isi rumah, dan ternyata aman. Sekiranya 5-10 menit saya keliling rumah untuk menyalakan semua lampu-lampu rumah. Sambil berjalan ke arah pintu utama di depan untuk berterima kasih kepada mereka. Setelah saya membuka pintu depan, saya tidak melihat adanya kehadiran mereka di sana. Lalu saya teringat apakah jangan-jangan mereka masih di depan jendela saya? Saya lupa menutup gordennya? Perasaan panik, marah, cemburu, muncul di pikiran saya. Namun, sambil berjalan ke arah kamar aku berpikir kembali. Oh, tadi kan saya sudah menyelimuti istri saya. Jadi ga akan bisa dilihat lah kalaupun lupa menutup gorden. Pikiran terasa tenang kembali. Lalu muncul lagi pikiran aneh, tetapi mengapa keempat orang tadi tidak ada di pintu depan? Ke mana mereka? Perasaan tegang muncul kembali dalam diriku. Secepatnya aku berlari ke arah kamar. Membuka kamar, dan saya mendengar suara seperti sedang berlari di luar sana. Apakah mereka berlari ketika saya membuka pintu? Sayapun tidak dapat melihatnya dengan jelas karena, mata saya tertuju pada, gorden yang terbuka lebar, lampu kamar menyala terang berwarna kuning, istri saya yola, sang wanita yang periang dan dikagumi oleh banyak pria di desa ini terutama keempat bapak-bapak tadi. Istri saya tidak mengenakan selimutnya lagi, jadi jika mereka tadi berdiri di depan jendela, mereka tentunya dapat melihat tubuh istri saya yang tertidur telentang tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya. Bulu-bulu lebat pekat karena cairan cinta akibat permainan kami sebelumnya pun dapat terlihat dengan jelas. Yang lebih mengherankan adalah seingat saya tadi saya sudah menyelimuti istri saya dengan rapih dan benar, mengapa sekarang selimutnya bergeser ke arah kanan, seperti sengaja di buka oleh istri saya. Seribu pertanyaan muncul di benak saya, bertanya-tanya apakah jangan-jangan istri saya dari tadi sudah bangun? Dan berpura-pura tidur sehingga bisa “show off” kepada keempat bapak-bapak ini? Ataukah hanya kebetulan mungkin istri saya tidak sengaja bergerak sehingga selimut tersebut tersingkap secara tidak sengaja? Jika menar tersingkap, mengapa selimut itu rapih bergeser seluruhnya ke kanan? Seperti sengaja di buka. Ah mungkin hanya kecurigaanku saja, di saat itu pula, di saat pikiranku sedang berkecamuk, senjata kebanggaanku tiba-tiba mengeras dengan sendirinya. Namun saya harus kembali ke depan secepatnya karena mereka mungkin sekarang sudah berada di pintu depan. Saya berusaha menenangkan diri terlebih dahulu dengan menyelimuti kembali istri saya. Dan, menunggu “senjata” saya mengecil untuk bisa keluar bertemu dengan mereka.

Sesampai nya di depan, saya melihat mereka sedang berdiri di depan pintu. Maka saya memutuskan untuk mengajak mereka beristirahat sejenak untuk minum kopi agar ronda malamnya lebih lancar. Ketika duduk mereka tersenyum senyum kepadaku dan Pak Yono memang dia agak ceplas ceplos dan kurang ajar berkata, “eh sory nih mas ganggu yah malam-malam lagi abis ngapain tuh cuma pake sarung ajah, hehe…” Saya walaupun jengkel atas kekurangajarannya saya tetapbersikap baik dan berkata, “oh ga pak saya lagi kepanasan aja.” Lalu, sayapun berterima kasih atas perlakuannya memberitahukan pintu kami tidak terkunci. Sekiranya setengah jam kami bercanda tertawa bersama sambil bercerita tentang maling yang rawan dikala lebaran. Kamipun tertawa keras atas candaan Pak Bayu tentang bagaimana mereka pernah menangkap maling sebelumnya.

Waktu menunjukkan pukul 01:45 dini hari, saya mulai merasakan gerah dan sepertinya ingin ke kamar kecil karena saya belum buang air kecil semenjak pergumulan dengan istriku semalam. Setelah tertawa bersama tadi, sayapun mohon diri untuk ke kamar kecil. Namun, saya berjalan melalui dapur ke arah halaman belakang. Dalam perjalanan saya menuju kamar mandi, saya melihat jendela kamar saya yang tadi masih menyala terang dengan gorden yang tidak ditutup. Seperti yang sudah saya ceritakan pada Part 1 bahwa jendela kamar tidur saya bersebrangan dengan kamar mandi kami dan posisi kamar mandi memang berada di halaman belakang tidak menjadi 1 dalam 1 rumah karena persyaratan air bersih 10 meter dari jamban masih berlaku di desa ini. Ketika aku sedang membuang air kecil, karena pintu kamar mandi kami yang kuno, saya dapat melihat kamarku sambil pipis. Aku melihat istriku sepertinya terbangun dan masih dalam keadaan telanjang dan sepertinya haus ia mengambil gelas kosong di dekatnya dan bergegas ingin keluar untuk mengambil minum sepertinya. Aku panik sendiri apakah istriku tidak tahu bahwa sedang ada tamu? Bukankah ia bangun karena kami tertawa keras? Ataukah ia sengaja ingin keluar telanjang di depan mereka? Aku ingin bergegas memberitahukan istriku bahwa sedang ada tamu melalui jendela tetapi aku belum selesai membuang air kecil di sini. Dan terlambat sudah, tak dapat aku cegah lagi, istriku hanya dengan sebuah gelas di tangannya dengan tubuh sedikit berkeringat serta bulu kemaluan lengket atas cairan cinta tadi. Istriku membuka pintu kamar kami dan terdengar suara gaduh dari mereka berempat, “WOOWWW…!!!” seru mereka.

Pikiranku kacau berkecamuk tidak karuan antara tertawa,tegang,marah,panik, horny, aku tidak tahu lagi. Yang aku tahu, darahku berdesir lebih sangat cepat dan jantungku berdebar sangat keras, belum pernah aku merasakan hal seperti ini, kejadian Doni dan Rizal pun tidak pernah se-extreme ini sensasi yang aku rasakan. Aku sendiri bukannya langsung berlari ke arah ruang tengah malah memilih untuk berlari ke arah jendela kamarku dan bersembunyi dan menyaksikan lebih dekat apa yang akan dilakukan istriku tentang ini. Senjataku sudah langsung bereaksi akibat hal ini. Istriku dengan masih mengucek-ngucek mata sedikit kaget dan berkata, “lho… eh… aduhh… bapak-bapak kenapa di sini malam-malam begini? Mas Naryo ke mana?!” Sambil sedikit berusaha menutupi dadanya, tetapi karena memegang gelas maka bulu-bulu kemaluannya terlihat bebas. Keadaan seperti sunyi sejenak, semua terpana akan bidadari malam mereka yang mereka lihat. Mereka juga merupakan beberapa pria di daerah ini yang sangat mengagumi istriku mungkin bukan karena kecantikan semata tetapi ini adalah yola wanita yang terpopuler di desa ini, wanita terhormat, wanita yang dikagumi oleh seluruh warga. Dan, sekarang bidadari mereka sedang berdiri pasrah tanpa sehelai benangpun di hadapan mata-mata pria kesepian ini. Pikiranku sangat kacau akankah mereka memperkosa istriku? Akankah istriku menikmatinya? Mengingat ia semalam belum terpuaskan olehku. Aku bingung sekali. Namun, lamunanku itu buyar menjadi amarah setelah dikagetkan oleh kekurangajaran Pak Yono yang menjawab pertanyaan istriku dengan, “oh Mas Nar tadi keluar sebentar, kami di suruh jaga rumah ini, takut ada maling”. Sambil melirik dan tersenyum ke arah teman-temannya Pak Yono menyambung lagi, “dik Yola ga usah malu tadi kita semua udah melihat liat dik Yola tidur telanjang kok soalnya tadi kita keliling rumah untuk jaga-jaga maling selama mas Nar pergi.” Istriku menjawab, “eh iya maaf ya bapak-bapak habis di rumah gerah sih” sambil dengan perlahan menurunkan tangannya tidak lagi menutupi tubuhnya. Kini mereka benar-benar tertegun dan menelan ludah melihat tindakan istriku. Pak Mamat bertanya, “anu… dik Yola butuh apa kok malam-malam bangun?” Istriku sudah mulai relax dengan keadaan ini berkata dengan agak serak, “itu pak haus mau ambil minum…” Pak Bayu dengan cepat berdiri dan berkata, “sini saya ambilkan, dik Yola duduk saja di sini. Istriku menjawab, “ehh… tidak usah pak aku ambil sendiri aja sekaligus bapak-bapak mau kopi? saya buatkan” Mereka cuma tertawa dan tersenyum saling melihat dan memperhatikan istriku tercinta dengan santainya berjalan ke arah dapur dan membuatkan Kopi untuk mereka. Pak Yono tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, si gendut jelek ini mengikuti istri saya ke dapur untuk membantu istri saya. Saya tidak dapat melihat dapur dari sini. Maka saya harus berputar sedikit ke arah pintu belakang dapur dan mengintip istri saya bersama pria gendut ini “bertelanjang” ria membuat kopi. Namun, Pak Yono mulai menggodanya, “dik Yola ga kedinginan malam-malam ga pakai baju tidur sendirian lagi?” Istriku dengan nada sebal menjawab, “eh ga kok, panas akhir-akhir ini. Emang mas Nar ke mana sih mas?” tanya istriku. Pak Yono dengan sambil terus memandangi tubuh istriku berkata, “oh kurang tau ya tadi si kita cuma dimintain tolong jaga kamu aja sih hehe…” Istriku hanya diam saja sambil melanjutkan acara buat kopinya. Pak Bayu ternyataa menyusul ke belakang, sambil berkata, “hayoo… ngapain berduaan di belakang lama bener lagi.” Istriku menyeletuk sebal, “ya ga ngapa-ngapain Pak orang lagi buat kopi.” Pak Yono bercanda lagi, “buat kopi dengan susu murni dong!” Sambil tertawa kurang ajar. Tetapi nampaknya istriku pun tertawa mendengar lelucon itu. Istriku sambil cekikikan berkata, “Pak kopinya tolong di bawaiin ke depan awas panas.” Pak Yono menyeletuk lagi, “dari tadi kita-kita juga udah panas dik, apa salahnya kalau bawa yang panas-panas lagi hehe…” Istriku cuma diam saja dan tersenyum ke arahnya sambil membawa secangkir kopi dan segelas air ke ruang depan. Ketika menaruh kopi itu di meja depan istriku menunduk dan disaksikan oleh mereka tertegun memandangi dada istriku yang ternyata pentilnya keras sekali. Terlihat sekali bahwa dada istriku seperti mengacung kedepan. Apakah ia horny atas perlakuan kurang ajar ini? Apakah ia benar-benar sudah kehilangan akal? Bertelanjang seperti ini. Pak Yono lagi-lagi menggoda, “dik Yola, kata mas Nar tadi malam abis itu yah.” Istriku mengkerutkan dahinya dan berkata, “masa mas Nar bilang-bilang sih?!” dengan keheranan. Pak Yono menyeletuk lagi, “hehe… ga bilang kok cuma nebak-nebak aja kayaknya bener tuh hehe ketauan yahhh.” Semua tertawa. Istrikupun tertawa malu, sambil memukul pundak Pak Yono, “idih apaan sih! uda ah aku mau tidur lagi, tar mas Nar keburu pulang.” Loh kok? Saya tidak mengerti apa maksud dari kata-kata istriku itu? Jika memang ia sudah tidak sungkan telanjang di depan mereka, kenapa harus takut akan kehadiran saya? Pak Yono menyeletuk, “oh jadi kalau ga ada mas Nar mau yah telanjang ama kita-kita?” Istriku, yolaku, bidadariku, berjalan meninggalkan mereka ke arah kamar lalu membalikkan kepalanya sambil menyibakkan rambutnya melempar senyum kepada mereka semua. Terdengar suara gaduh dari mereka, “Wiihhhh… Suit suittt… hoho…” Lalu istrikupun masuk ke kamar dan menutupnya. Sedangkan aku, terdiam seperti patung, marah, cemburu, sedih, kesal, melihat senyum istriku cantik sekali indah sekali senyumnya saat itu. Seperti senyum ingin “dilahap” oleh para serigala ini. Tetapi, memang nafsu dan senjataku tidak pernah berbohong, sekarang senjataku sudah keras seperti balok kayu. Aku melihat istriku di kamar menghela nafas panjang sambil duduk di sisi ranjang. Tatapannya kosong, entah apa yang sedang ia inginkan dan pikirkan? Apakah ia menanti mereka masuk ke dalam kamar? Apakah ia menanti seseorang di antara mereka berani masuk kamar untuk mencumbu istirku? Apakah aku akan diam saja melihat mereka mencumbu istriku? Ataukah aku masuk sekarang dan membatalkan niat istriku? Atau aku menunggu lebih lama lagi melihat apa yang terjadi? Pikiran ku sudah benar-benar gila. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dalam, dan melihat kopi di meja mereka sambil bertanya, “wah uda pada buat kopi sendiri ya?” Pak Mamat dengan terbata-bata menjawab, “eh anu pak ia maaf kalau ga sopan abis ngantuk pak.” Pak Yono tersenyum-senyum bersama mereka sambil berpura-pura bertanya, “dik Yola mana mas? kita mau pamitan pulang nih.” Aku berpura-pura menjawab, “kayaknya masih tidur deh, coba saya lihat dulu.” Mereka terus-terusan tersenyum girang atas kepolosanku, aku melihat yola di kamar sedang duduk, sambil berkata, “mah, ini ada rombongan ronda tadi jaga rumah gara-gara lupa kunci pintu. Mau pada pamitan.” Istriku menjawab “oh ia pah sebentar” Akupun kembali keluar, lalu tak lama istriku membuka sedikit pintu kamar kami sambil menyembunyikan tubuh telanjangnya di balik pintu, dan berkata kepada mereka, “eh ia bapak-bapak terima kasih.” Ketika aku bersalaman dengan mereka ternyata Pak Yono dan Bayu menghampiri istriku minta untuk bersalaman, akhirnya dengan terpaksa istriku membuka sedikit lebih lebar untuk dapat mengeluarkan sebagian bahunya keluar kamar untuk bersalaman, di saat itu juga aku melihat bahwa dada kanan istriku mencuat keluar kamar dan terlihat oleh kami semua, tetapi aku berpura-pura tidak melihat. Sambil membiarkan dada kanannya terlihat istriku melambaikan tangan kepada mereka untuk berpamitan, dada tersebut berguncang ke kanan dan ke kiri. Pak Yono berjalan sambil terus memandangi dada istriku dan berkata kepadaku, “terima kasih kopi susunya ya Pak Nar.” Secara serempak, Pak Mamat,Pak Risman, Pak Bayu, dan Pak Yono tertawa terbahak-bahak.

Aku memaklumi mengapa mereka tertawa seperti itu. Aku kembali ke dalam kamar, kali ini tidak lupa mengunci semua pintu. Melihat istriku berbaring dan tatapannya masih kosong entah apa yang ia pikirkan, yang aku tahu dadanya sangat keras mengacung tajam sekali. Belum pernah aku melihat istriku seperti ini. Sepertinya ia sangat-amat horny. Ia pun berkata, “pah, terusin yang semalam yuk.” Tanpa berlama-lama lagi aku menancapkan senjataku, dan ternyata mudah sekali masukknya karena ia sudah teramat sangat basahhh. Istriku berteriak meracau tidak karuan,”ohhh ssshhhh…. enakkkk pahh… terusin pahhh terusss” Aku pun menghujamkan senjataku secara cepat dan kasar. Meremas dada istriku dengan kasar memilinnya dan menarik pentilnya. Istriku berteriak keras, “awww….. ssshhh terussss…..” Aku menghisap dada istriku, dada kanan yang telah dipamerkan kepada mereka tadi. “Dada yang nakal” menurutku dalam hati. Kuhisap kau dada nakal, ku kenyot sekeras mungkin. Kugigit perlahan namun kuat. Istriku meracau lagi, “pahhh uhhhh…. isshhhh….ehhhh….” Dan tidak sampai 5 menit permainan ini, istriku berkata “pahh akkkuuu… keluarrrrrrr….. ngeeehhhh…. ssshh ngehhh….” Seperti pada Part 1 kalau istriku mencapai puncaknya ia bersuara seperti kambing aneh. Dan akupun tak dapat terbendung lagi, tersemburlah semua lahar panasku ke dalam liang indah istriku. Akupun menjerit tertahan, “ughh….” Keluarlah semua di dalam rahimnya. Istriku berkata, “papah hebat malam ini.” Dalam hatiku berkata, bukan aku yang hebat, tetapi kamu yang sudah kepalang tanggung kan? Kamu mengharapkan mereka yang memuaskanmu kan malam ini?

Antara marah, benci, ingin aku menampar istriku atas kelakuannya seperti wanita murahan tadi, terlebih lagi perlakuan Pak Yono yang memperlakukan istriku seperti istri yang ingin ia bias “pakai” sesuka hati. Membuat aku bingung dan dilema antara ingin dan berharap istriku diperlakukan seperti itu lagi, bahkan sesekali aku berpikiran untuk membiarkan istriku di-“pakai” oleh Pak Yono, si gendut jelek. Jika saja tadi mereka ingin me-“makai” istriku mungkin yang aku lakukan hanya berdiam diri bersembunyi dan mengintip membiarkan mereka mengayuh lautan birahi bersama istriku, mendengar racauan desahan istriku bersama mereka dari balik jendela. Aku tidak dapat berpikir jernih lagi semenjak saat itu, aku terus-terusan di bayang-bayangi oleh lemparan senyum istriku kepada mereka berempat senyum seperti minta di-“pakai” oleh mereka. Senyum seperti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih memuaskan dari mereka. Terlebih lagi istriku duduk di kamar dengan menghela nafas panjang, dengan tatapan kosong, seperti berharap menanti menginginkan sesuatu datang dan membuka pintu kamarnya, mencumbunya, memanjakannya, melepaskan semua “Hasrat Terpendam” nya selama ini yang tidak dapat ku selesaikan. Oh tidak!!! Aku sendiri terus menerus berpikiran bahwa pada saat itu tadi jika aku tetap bersembunyi apakah mereka mau menyetubuhi istriku beramai-ramai? Memuaskan birahi istriku yang sudah 2 bulan terakhir ini tidak terpuaskan oleh kejantananku. Apakah aku sudah gila?

==================================================

Kondisi persetubuhan istriku dan aku sepertinya menjadi semakin parah. Aku bukanlah lagi pria yang kuat dalam ranjang, sekali saja ingatanku kembali semua aksi eksibisionis yang dilakukan oleh istriku, terutama aksi yang terjadi di Part 2 ketika keempat bapak-bapak tetangga kami menyaksikan istriku berdiri di hadapan mereka tanpa mengenakan pakaian sehelaipun serta ketika istriku melemparkan senyum termanis dan tercantik yang pernah kulihat kepada keempat bapak-bapak tersebut, aku langsung berejakulasi. Dan lagi jika kalian masih ingat kejadian di Part 1 tentang Yola yang beraksi dengan menggunakan timun di dalam liang kewanitaannya di depan kamar mandi. Hal itu sekarang menjadi rutinitas istriku untuk memuaskan dirinya dengan timun baik di kamar mandi maupun di ruang tengah. Aku tidak menyalahkannya memang semua ini salahku sendiri yang terlaku “terbawa suasana” dengan aksi eksibisionis istriku ini dengan bayang-bayang istriku akan diperkosa oleh Pak Yono, Pak Bayu, Pak Mamat dan Pak Risman. Sekiranya hampir genap 4 bulan istriku tidak meraih krpuasan dalam persetubuhan suami istri lagi. Aku sendiri semakin takut apa yang harus aku lakukan bagaimana caraku melewati semua ini. Sayangnya kami belum mengenal internet pada saat itu dan aku hanyalah seorsng diri saja dalam krisis ranjang ini. Aku sangat mencintai istriku apapun ingin aku lakukan untuk dapat memuaskannya.

Saat itu adalah hari sabtu, hari sabtu di desa ini merupakan hari yang cukup ramai untuk berkumpul di salah satu jalan untuk bermain sepak bola, kartu, dan sebagainya. Istri saya pulang berjalan kaki setelah turun dari angkot di depan sana melewati warga dan anak-anak yang berkumpul tadi. Anak-anak tersebut selalu girang melihat istri saya karena akan diberi uang jajan ataupun makanan. Lalu istri saya terpaksa berhenti untuk duduk sejenak di sana untuk membagi-bagikan uang jajan serta makanan. Saya dapat melihatnya dari kejauhan karena tempat berkumpul itu berposisi lurus agak menyamping dari tempat duduk di halaman rumah saya. Seperti biasa saya menunggu istri saya di halaman rumah. Saya melihat istri saya berbincang-bincang dengan anak-anak serta tetangga-tetangga pria kami di sana yang kebetulan hanya ada beberapa wanita itupun masih ABG. Sehingga ia menjadi pusat perhatian di sana, istri saya melepaskan cardigennya dan hanya mengenakan kaos tangan buntung duduk di bale-bale kayu sambil tertawa-tawa riang karena di ajak bercanda oleh mereka. Dan sepertinya ramai sekali di sana entah apa yang sedang mereka bicarakan. Sekiranya 1 jam terhenti di sana, akhirnya, istri saya pamit pulang kepada mereka. Kerumunan itupun bubar sepulangnya istriku dari sana. Salah satu dari mereka mengantar istriku pulang, ternyata itu adalah Pak Yono. Sesampainya di rumah Pak Yono menyapa saya dan berkata, “Pak Nar, lagi apanih? Masa dik yola dibiarkan jalan sendirian malam-malam gini.” Waktu memang menunjukkan pukul 21.15, saya tidak menyalahkannya juga. Lalu saya hanya berkata, “iya nih, makasih yah sudah nganterin. Bapak mau mampir dulu? Saya punya kue kiriman dari saudara.” Pak Yono menjawab dengan girang, “wah kue mah saya ga nolak.”

Saya pun memeluk dan mencium istri saya seperti biasa, dan saya melihat dada istri saya agak “kencang” saya tidak begitu mengetahui apakah ia merasa libidonya meningkat atau pengaruh dingin malam hari. Karena saya tidak tahu pasti apa yang mereka perbincangkan di sana. Sambil tetap menenteng cardigennya ditangan, saya mengamati istri saya rasanya ada yang aneh dengan caranya berpakaian. Dan sayapun kaget ternyata istri saya tidak mengenakan Bra sama sekaki!!! Ada apa ini? Pikiran saya berkecamuk sekaligus senjata saya beraksi kembali. Tak heran mengapa Pak Yono “ingin” mengantarkan istriku pulang. Seribu pertanyaan timbul di benak saya, “apakah istriku tidak mengenakan bra sepanjang hari? Apakah ia melepas kan bra itu di suatu tempat? Apakah ia melepaskan cardigen tadi di bale-bale itu dengan sengaja? Ada apakah ini?” Saya dan Pak Yono duduk di halaman depan rumah seperti biasa kami memang bermain catur di depan sana. Akan tetapi kali ini kami hanya berbincang-bincang saja, sambil terus memikirkan istriku “mengapa tanpa bra?” Istrikupun kembali keluar memberikan kami minuman dan kue, sedangkan aku terus memperhatikan Pak Yono. Dan ternyata benar Pak Yono memang menyadari bahwa istriku tidak mengenakan bra. Ia melihat ke bagian dada istriku yang tercetak puting kecoklatan yang sepertinya sudah sangat keras. Akupun mengikuti istriku ke kamar untuk memeriksa tasnya apakah ada bra di dalamnya. Dan ternyata tidak dapat kutemukan bra tersebut sepertinya ia memang tidak mengenakannya sepanjang hari. Aku mengamati istriku yang sedang bersiap-siap untuk mandi. Ia melepaskan pakaiannya dan menggantungnya seperti biasa. Tetapi aku juga tidak menemukan Celana Dalamnya! Gila jadi seharian tadi istriku??? Sama saja telanjang di depan umum! Aku mengamati keberadaan Doni dan Rizal, dan seperti biasa mereka berada dalam posisinya mengintip. Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya istriku “jarang” sekali menutup pintu kamar mandi karena kejadian waktu itu. Saat inipun ia tidak menutupnya. Akupun teringat bahwa aku memiliki tamu, Pak Yono tadi. Lalu aku ke depan untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya. Dadakupun semakin berdegup kencang berusaha mencari keberadaan Pak Yono. Aku berjalan ke arah halaman belakang melewati ruang tengah. Dan ternyata aku melihat Pak Yono baru saja berjalan dari arah halaman belakang tempat istriku mandiiii!!! Aku sendiri bingung harus berkata apa, tetapi Pak Yono dengan entengnya menjawab “aku tadi mau pinjam kamar kecil mas, tapi kayaknya dik Yola lagi mandi tuh.” Istriku kan tidak menutup pintunya brarti Pak Yono ini sudah?? Melihat tubuh istriku secara keseluruhan. Akupun cuma bisa berkata, “oh ia Pak lagi dipake mandi kayaknya.” Lalu Pak Yono mengajakku kembali duduk di halaman depan. Sekiranya 10 menit aku berbincang-bincang di sana. Aku pamit ke kamar lagi untuk memeriksa Doni dan Rizal. Aku melihat mereka mengambil tongkat panjang dan mengambil handuk istriku serta beberapa pakaian dalam istriku. Akan tetapi, bukannya mereka merhasil mengambil pakaian tersebut malah, handuk tersebut tersangkut di atap sedangkan pakaian istriku terjatuh di tanah. Mereka sudah semakin kurang ajar pikirku. Lalu istrikupun selesai mandi dan tersadar dan bingung, “wahhh angin sialan.” Mungkin dia berpikir itu angin. Lalu istriku mengambil tangga di belakang, aku berniat untuk membantu istriku, ketika aku berjalan ke arah dapur belakang. Aku menyaksikan Pak Yono sedang mengintip istriku dari jendela dapur. Lalu dengan cepat aku kembali lagi ke dalam kamar agar tidak ketahuan. Dalam hatiku, “lho?! kok jadi aku yang ketakutan yah?” Lalu aku melihat istriku memanjat tangga itu untuk berusaha mengambil handuknya yang tersangkut di atas. Namun aku sudah tidak melihat keberadaan Doni dan Rizal lagi, mungkin ia lari ketakutan karena upaya pencurian pakaian istriku gagal. Namun, yang tak kuduga-duga adalah ketika istriku hampir mendapatkan handuk tersebut ia malah tergelincir mungkin karena kakinya masih licin karena mandi tadi. Istriku berteriak, “aaahhh….” Lalu tangga dan istriku pun terjatuh, akupun panik dan baru saja ingin lari ke depan, tetapi ternyata aku melihat Pak Yono melompat untuk menangkap istriku yang terjatuh itu. Pak Yono pun tak sanggup menahan berat istriku karena ia sendiri gendut dan tidak terlalu kuat. Akhirnya mereka berdua jatuh bertumpukan dengan istriku menduduki perut Pak Yono, namun tangan dan kaki istriku berdarah tertimpa tangga kayu. Sedangkan Pak Yono itu sendiri jg terluka di bagian sikut tangannya. Aku bukannya langsung lari melihat keadaan istriku, malah diam saja untuk menyaksikan apa yang telah terjadi. Dengan sedikit perasaan amarah terhadap Doni dan Rizal yang menyebabkan ini semua terjadi, aku pun merasakan tonjolan di bagian senjataku. Apakah aku tidak waras? Namun, Pak Yono, mengangkat istriku yang kesakitan. Pak Yono dengan sigap menggendong tubuh telanjang istriku yang mengkilat karena air mandi, kotor karena tanah, dan darah di tangan serta kakinya, sambil berkata, “dik Yola, gpp sini aku bantu ke dalam.” Istriku menjawab sambil mengaduh, “aduhhh… ii…iyaa… gpp pak makasih.” Namun, ketika istriku di angkat oleh Pak Yono, istriku merangkulkan tangan kirinya ke leher Pak Yono, seperti sepasang kekasih yang siap di bawa ke atas Ranjang Percintaan. Sepertinya, hal ini mempengaruhi istriku, terbukti dengan wajah istriku yang terpana akan aksi Heroic nya, istriku menatap dengan sangat gembira ke arah muka Pak Yono yang tergopoh-gopoh berusaha menggendong istriku. Sesampai nya di ruang tengah, akupun keluar untuk melihat keadaan istriku. Namun, istriku melihatku dan menjawab, “anu pah, aku terjatuh dari tangga, untung ada Pak Yono.” Akupun berusaha mengeluarkan ekspresi kaget, “lho!? kok bisa gitu? ngapain sih kok naik-naik tangga waktu lagi mandi?” Pak Yono menyelak kami, sebaiknya luka ini di bersihkan dulu Mas Nar, takut infeksi, lalu aku dengan agak panik mencari betadine serta beberapa kapas pembersih. Namun ketika aku ingin mebersihkan luka istriku, perban dan segala peralatan itu di ambil oleh Pak Yono, sehingga dia mengambil alih untuk membersihkan luka istriku. Aku hanya terpana melihat mereka berdua, istriku yang mengarahkan lukanya ke arah Pak Yono yang sedang membersihkannya. Sedangkan Pak Yono yang nampak serius membersihkan luka istriku. Aku hanya diam saja melihat mereka. Lalu Pak Yono berkata lagi, “Mas Nar, mungkin bisa ambilin handuk dik Yola yang tersangkut tadi, kasian masih basah begini badannya.” Lalu aku pun hanya berkata, “baik saya coba ambilkan, kamu gpp kan mah?” Istriku tidak menghiraukan aku, ia masih terus-terusan mengeluh kesakitan setiap kali Pak Yono menempelkan kapas betadine ke arah lukanya. Akupun mengambilkan handuk istriku di atap tadi. Lalu sekembalinya aku dari halaman belakang aku tidak lagi mendengar suara istriku mengeluh kesakitan. Lalu dengan perlahan aku berjalan mencoba mengintai apa yang mereka lakukan, namun aku menemukan istriku sedang berciuman dengan Pak Yono. Saya melihat Pak Yonopun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia membalas ciuman istriku dengan lumatan dan permainan lidah. Sekiranya 1 menit mereka berciuman. Lalu, istriku berkata sambil menatap lirih kepada Pak Yono, “mas… terima kasih yah…” Akupun memutuskan untuk segera membuat kegaduhan agar mereka usai dengan apapun yang mereka pikirkan di kepala mereka. Merekapun kembali ke posisi masing-masing sambil dengan perasaan jengkel dan cemburu dalam hatiku akupun datang. Membawa handuk istriku, lalu Pak Yono mengambil handuk tersebut dan aku disuruhnya, “Mas Nar, bantu dik Yola berdiri bisa? Biar aku yang handukin.” Akhirnya akupun membantu istriku berdiri sambil istriku berpegangan kepadaku, aku hanya melihat dan membiarkan Pak Yono mengelap seluruh inci dari tubuh telanjang istriku. Pak Yono mengelap dengan telaten sekali terutama ketika pada bagian dada istriku, serta bulu-bulu kemaluannya. Seusai aksi pengelapan itu, Pak Yono berkata, “dah kering dik, dah cantik lagi tuh. hehe…” Istriku hanya berkata kepada Pak Yono, “makasih mas… jadi ngerepotin… mas sendiri terluka ayo saya obati.” Lalu Pak Yonopun berkata, “oh ga usa cuma lecet kecil dik. Mas Nar minta baju untuk dik Yola dong masa ga di kasi baju sih.” Lalu aku pun tersadar, oh iya kenapa tidak kepikiran dari tadi yah. Tetapi dengan spontan istriku menjawab, “ah tidak usah pah, sebentar lagi kan mau tidur.” Seperti yang kalian sudah ketahui di Part 2, bahwa istriku dan aku sekarang kalau tidak sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi. Lalu akupun mengkerutkan dahiku atas aksi istriku yang berani dengan santainya menonjolkan ketelanjangan istriku. Sambil berusaha mendudukkan kembali istriku ke kursi, lutut bagian dalam istriku nampaknya masih berdarah. Namun Pak Yono dengan segera memberikan obat dan kapas ke arah luka tersebut. Namun, karena kesulitan, Pak Yono mengambil kursi satu lagi lalu menaikkan kaki kiri istriku ke kursi tersebut. Sambil berjongkok di antara kursi, kaki kiri istriku dan paha kanan istriku. Dari situ saya tahu betul Pak Yono dapat melihat jelas belahan vagina istriku yang terbuka sedikit kemerah-merahan. Dan lebih gilanya lagi, ternyata vagina istriku sudah basahh aku dapat melihat cairan mengkilat di sana. Tetapi istriku hanya diam saja melihat Pak Yono melakukan ini semua. Akupun hanya bisa terdiam.

Setelah sekiranya beberapa menit. Aku membuka percakapan lagi, “mah kamu tadi ngapain sih kok bisa sampe gini?” Istriku akhirnya memalingkan wajahnya kepadaku sambil berkata, “anu pah, handukku kayaknya ketiup angin, terus aku coba ambil sendiri pake tangga, eh malah jatuh! Untung tiba-tiba Pak Yono berlari menahan aku kalau tidak mungkin kepala aku bisa kena pah.” Aku pun dengan bernada sedikit marah, “kok mama ceroboh gitu sih! Kenapa ga manggil papa biar papa yang manjat?” Istriku dengan sedikit menyesal menjawab, “ya tadi aku pikir papah masi ada Pak Yono, masa aku telanjang-telanjang keluar manggilin papah.” Dalam hatiku berkata, “percuma saja kan ujung-ujungnya kamu telanjang juga di depan dia.” Aku hanya menjawab kepada istriku, “ya lain kali kalau ada begitu teriak aja mah, atau kalau darurat gak apa apa kamu keluar telanjang daripada kamu luka begitu. Lagipula emang nya kenapa telanjang di depan Pak Yono. Toh kita semua uda besar yah Mas Yono.” Sambil aku menepuk pundak Pak Yono. Walaupun aku tidak tahu apa yang aku pikirkan bisa berkata seperti itu. Namun, dengan sedikit menyeringai terpancar wajah girang Pak Yono sambil menatap istriku, Pak Yono berkata, “yah lumayan mas dapet bonus liat bidadari cantik malam-malam, hehe…” Istriku pun tertawa mendengarnya sambil menepuk punggung Pak Yono, “ihh… apa sih…” begitu goda istriku. Namun, seusainya mengobati, Pak Yono berpamitan kepada kami. “Mas Nar, Dik Yola, aku permisi pulang dulu deh yah, udah malam. Dik Yola istrirahat aja biar cepet sembuh lukanya.” Istriku tersenyum dan berkata, “iyah mas terima kasih banyak. Kalau mas butuh apapun bilang aja sama kita pasti kita bantu kok.” Akupun menimpali kata-kata istriku, “Iya mas yono, klo ada yang kita bisa bantu bilang aja ga usa malu-malu. Kita di sini sudah kayak saudara.” Padahal aku tidak suka sekali dengan Pak Yono ini, karena dia kurang ajar sifatnya, gendut, benalu, dan tidak menarik sama sekali seperti yang sudah saya deskripsikan di Part 2 sebelumnya. Pak Yono pun tediam, sambil menatap istriku dari ujung kaki hingga kepala, lalu ia tersenyum dan berkata, “ah… gak apa apa Mas Nar, aku kebetulan aja bisa bantu. Untuk saat ini aku mah uda seneng bisa liat dik Yola tidak terluka parah walaupun dapet bonus lagi hehe…” Akupun hanya tertawa sambil melihat istriku yang juga tertawa. Lalu setelah mengantar Pak Yono pulang, seperti biasa aku mengunci semua pintu. Dan istriku mencoba berdiri untuk melangkah ke arah Kamar sepertinya ia mau tidur. Akupun bergegas membantunya sambil menggendongnya ke arah ranjang. Aku berkata kepada istriku, “kamu gak apa apa mah?” Istriku menjawab, “iya gak apa apa pah. Cuma…” Aku mengkerutkan dahi dan berkata, “cuma apa mah?” Istriku sambil melirik kepadaku sayu, berkata, “aku kok pingin itu pah yang enak-enak.” Akupun menjawab sambil tertawa, “ya ampun mah, papa masi dag dig dug gara-gara kamu jatuh dari tangga kok sekarang malah jadi horny sih.” Istriku cuma berkata, “ya… abis…” Ia tidak melanjutkan kata-katanya, saya yakin maksud dari kata-katanya adalah “abis dilihatin pak yono jadi horny.” Namun, aku melihat tidak memungkinkan kita melakukan persetubuhan malam ini karena aku tidak ingin lukanya terbuka lagi. Oleh karena itu, aku berkata kepada istriku untuk mengurungkan niatnya, “mah besok aja deh yah, takut lukanya kebuka lagi. uda mau kering kan tuh.” Istriku dengan sedikit cemberut berkata kepadaku, “iya deh pah, yuk bobo yuk.” Akhirnya kamipun tertidur.

Sekiranya seminggu setelah kejadian tersebut, Pak Yono menjadi sangat akrab dengan istri saya. Jika datang ke rumah, ia selalu bercanda dengan istri saya akan segala hal. Ternyata hubungan ini merupakan kesalahan saya karena telah membiarkan Pak Yono akrab dengan istri saya begitu saja. Hal ini menjadi kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan. Suatu saat di hari minggu pagi, Pak Yono dan Pak Risman datang ke rumah saya untuk bermain kartu seperti biasanya. Istri saya pun di rumah sedang menonton televisi. Sesekali ia halaman depan untuk memberikan kami cemilan dan minuman. Saya melihat Pak Yono mengamati istri saya seperti ingin melahapnya. Dan istri sayapun hanya melempar senyum kepada Pak Yono. Sekiranya waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi di hari minggu, saya berkata kepada istri saya, “Mah… Pak Yono dan Pak Risman habis tuh kopinya, tambahin gih.” Kata istri saya, “Kopinya sudah habis pah…” Lalu saya berkata kepada Pak Yono dan Pak Risman, “Wah pak kopi habis nih… saya pergi dulu deh ke Mang Imran untuk beli kopi… Sebentar aja kok…” Kata Pak Risman, “wah pak ga usa repot-repot… biar saya aja deh yang pergi…” Akhirnya, saya menyuruh Pak Risman untuk pergi membeli kopi sambil memberinya uang. Tinggalah saya dan Pak Yono. Pak Yono sepertinya juga sudah mempersiapkan sebuah strategi agar dapat berduaan dengan istriku untuk membahas ketelanjangan istriku kemarin. Lalu, Pak Yono berkata, “mas, katanya ada titipan baju dari Pak Soni untuk saya sudah di ambil belom mas?” Lalu, muncul pikiran kotor saya ingin memastikan lagi tentang kejadian istri saya bersama Pak Yono waktu itu. “Sayapun berkata, wah ia nih saya lupa!”, timpal saya. “Ya sudah saya ke rumah Pak Soni sebentar yah ambil bajunya.” saya berpamitan kepada Pak Yono. Sambil berkata kepada Istri saya, “Mah papa ke rumah Pak Soni sebentar ambil titipan Pak Yono. Pak Yono di-‘temenin’ dulu gih, kasi cemilan apa gitu.” Istri saya menjawab, “yahh papa… jangan lama-lama lagi asik nonton ini.” Saat itu istri saya mengenakan daster rumah tidak terlalu panjang di atas lutut. Sayapun menyalakan sepeda motor dan berjalan ke luar rumah sambil memutar arah belakang, sambil mengintip istri saya sedang memberikan cemilan kepada Pak Yono. Pak Yono berkata, “duh coba bisa liat bidadari siang yah… pasti asik tuh.” Timpal istri saya, “ihh… apaan sih mas…” Dengan nada sebal. Namun Pak Yono, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, “waktu itu kata Mas Nar dan dik Yola, mau melakukan apapun untuk saya”. “Ya, mas yono minta bantuan apa?”, tanya istri saya. “Ya.. sehabis kejadian kemarin saya ga bisa melupakan sosok dik Yola dari kepala saya, apa lagi dik Yola taukan saya belum punya istri.”, tekanan cerdik diberikan oleh Pak Yono sambil cengengesan. Istri saya berkata sebal, “ya gimana toh pak, aku juga sudah sangat berterima kasih atas pertolongan bapak.” Mencoba sekali lagi Pak Yono berkata, “Walaupun dik Yola berterima kasih! Kan dik Yola yang memiliki tubuh indah terpampang depan saya. Saya kan jadi terbayang-bayang terus sama dik Yola” Namun istriku pun luluh, dan berkata “Ya pak yono maunya gmn biar yola bisa berterima kasih?” Pak Yono tersenyum lebar tanda lampu hijau dan berkata, “ya kalau boleh sih saya ingin dik Yola bisa melepaskan hasrat saya waktu itu.” “Hus! Apaan sih Pak Yono!”, sambil berkata marah menengok keadaan sekitar kali-kali saya sudah kembali. Hampir saja saya ketahuan saya langsung buru-buru menyembunyikan kepala saya. “Ya melepaskan hasrat kan tidak harus berhubungan intim dik. Gimana kalau dik Yola buka pakaiannya sekali lagi di depan aku, biar aku beronani sendiri. Dengan tubuh indah seperti dik Yola mah aku cuma butuh 1 menit untuk melepaskan. Apa lagi kalau dik Yola mau bantu pegangin… wah bisa-bisa 10 detik deh.”, timpal Pak Yono sambil tertawa. “Ya jangan sekarang dong Pak kan ada Mas Naryo kalau balik gimana?”, sambil berkata dan melirik keadaan sekitar mencari kehadiranku. “Keliatahannya Mas Naryo lama deh kalau ke rumah Pak Soni, kamu kan tau Pak Soni suka ngajak ngobrol. Kita satu menit aja cukup kok dik.”, lanjut Pak Yono. “Aduhh ga ada cara lain apa mas?”, kata istri saya. Namun, Pak Yono dengan licik berkata, “Lagipula sepertinya kemarin Mas Nar sudah bilang kalau butuh bantuan apapun minta aja jangan malu-malu. Jadi saya pikir Mas Nar juga gak apa apa kalau kita ketahuan toh kita ga ngapa-ngapain cuma melihat tubuhmu sekali lagi aja kok.” Akhirnya istri sayapun luluh, ia berdiri dari kursi dan berjalan kedepan Pak Yono sambil mengangkat dasternya sebatas buah dada, dan memperlihatkan Bra 34 C nya berwarna putih kembang-kembang kepada Pak Yono. Pak Yono melanjutkan, “dibuka dong dik BH nya.” Lalu, dengan muka sebal menahan daster dengan kedua ketiaknya dan kesulitan berusaha membuka pengait Bra nya. Pak Yono melingkarkan tangannya untuk membantu membukakan pengaitnya. Lalu di lepaskannya perlahan melalui siku tangannya dan Bra tersebut sudah berada di genggaman tangan Pak Yono. Dengan sekejap Pak Yono berkata, “Indah sekali dik…” “Cepetan donk mas ah!!!”, timpal istri saya yang ketakutan sambil melihat terus kearah sekitar. Pak Yono dengan cepat membuka celananya dan beronani di depan Istri saya. Sambil terus berulang-ulang berkata, “Wah dik kamu benar-benar indah.” Istrikupun terdiam dan sepertinya sudah terlihat ada bercak basah di bagian celana dalamnya. Melihat itu Pak Yono mengambil kesempatan berkata, “dik Yola biar mas cepet keluar sekalian aja itu celana dalamnya dibuka. Kalau basah gitu nanti keliatan sama Mas Naryo gmn?” Istrikupun merasa alasan tersebut masuk akal, dengan kesulitan karena dia harus memegangi dasternya istriku berusaha melepas Celana Dalamnya. Lalu Pak Yono tanpa menyia-nyiakan waktu, ia berdiri dan langsung memelorotkan celana dalam istriku. Istrikupun diam saja malah mengangkat kakinya untuk dapat melepas celana dalam itu seluruhnya. Terlihatlah sekarang istriku telanjang baik dada maupun bulu-bulu kemaluannya terpampang di depan Pak Yono persis. Mungkin ia dapat menghirup aroma kewanitaanya itu dari jarak sedekat itu. Pak Yono berkata, “wah dik kamu wangi banget yah. Udah cantik wangi lagi. Badan kamu juga mulus.” Sambil terus beronani di depan istri saya tetapi tidak kunjung keluar juga. Lalu istri saya semakin panik takut saya sudah kembali. Istri saya berdiri di depan halaman dengan telanjang dari dada ke bawah di depan tetangga sialan ini. Istri sayapun berkata cemas tetapi bergairah, “Mas udah ya aku takut Mas Naryo balik nih…” Sahut Pak Yono, “Sebentar dik, aduh kok ga keluar-keluar nih. Kalau kamu buru-buru gitu aku juga bingung dik. Apa kamu mau bantuin aja?” Istri saya pun bingung harus berbuat apa. Akhirnya dengan nekat istriku mengangkat tangan Pak Yono satu lagi untuk diizinkan memilin putingnya yang sudah keras itu. Dengan sangat gemas senang dan horny Pak Yono memilin-milih puting istri saya meremasnya dengan kasar sambil terus beronani. Kebetulan hari ini adalah hari minggu. Tidak banyak orang yang lewat di depan rumah, karena jika ada orang yang lewat tentu saja dapat melihat aktifitas istri saya itu. Sayapun yang dari tadi mengintip sudah sangat berdebar-debar dan mulai beronani sendiri. Sebenarnya kejadian ini sudah berlangsung selama 45 menit. Akan tetapi, mereka tidak ada rasa curiga sedikitpun terhadap saya akan segera pulang, malah mungkin mereka mengharapkan waktu yang lebih lama. Aku sudah tidak dapat berpikiran dengan jernih lagi karena perasaan cemburu, marah, benci itu kalah oleh nafsu dan hasrat ku melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka melakukan ini sempa di halaman depan, tempat terbuka cukup panas cuaca hari itu, dan istriku telanjang dari dada ke bawah, serta remasan dan pilinan di puting kanan istriku makin kasar dan cepat. Istrikupun melenguh untuk pertama kalinya, “uhhh…” Sambil sedikit memejamkan matanya. Lalu Pak Yono melihat ini sebagai kesempatannya untuk mengambil langkah lebih jauh, ia malah melepaskan tangan kananya dari onaninya. Mengarahkan tangan tersebut ke arah liang kewanitaan istri saya yang sudah basah kuyup. Sambil sedikit memejamkan mata istri saya malah melebarkan kakinya di depan tetangga gendut jelek ini untuk memberikan kesempatan kepada Pak Yono memasukkan jarinya ke liang kewanitaan istri saya. Akhirnya istrikupun terbawa suasana dia sudah tidak lagi perduli dengan keadaan sekitar ditambah lagi kalau kalian ingat bahwa saya suaminya tidak mampu lagi memberikan kepuasan kepada istri saya. Sekiranya istri saya sudah tidak terpuaskan selama empat bulan lamanya. Saya rasa ini adalah kesempatan besar bagi istri saya untuk meraih kepuasannya setelah setelah sekian lama. Istri saya memejamkan matanya dan mendongak ke atas sambil melenguh yang kedua kalinya “ohhh….sshhh… enakkk mass….” Istrikupun entah sadar atau tidak ia mengangkat kakinya sebelah kanan untuk bertumpu di sisi bangku yang diduduki oleh Pak Yono sehingga wajah Pak Yono dapat sejajar dengan liang kewanitaan istriku, dan membiarkan Pak Yono mulai menjilatinya. Istriku benar-benar di puncak kenikmatan, ia bahkan mungkin akan mengizinkan Pria Gendut jelek ini untuk memasukkan senjatanya ke dalam liang kewanitaannya. Pak Yono sepenuhnya telah mendapatkan kontrol atas istri saya. Ia memilin, menghisap dadanya, menjilat liang kewanitaannya mencoblos-coblos jarinya berulang kali. Istrikupun lupa tujuan utama dari aksi ini justru membuat Pak Yono terpuaskan. Tetapi malah sebaliknya, “yaaa ammmmppppuunnn…. masss… gilaaaa”, racauan istriku yang mulai tidak jelas. Sepertinya istrikupun mulai teringat tujuan utama dia adalah memuaskan Pak Yono, sedangkan dia sendiri juga sangat ingin dipuaskan setelah 4 bulan lebih ia tidak meraih kepuasan seksual dariku, akhirnya istriku mendorong Pak Yono untuk duduk bersandar, dan yang benar-benar tidak aku duga-duga dan aku sangat takut hal ini akan terjadi. Akhirnya terjadi juga, istriku berjalan mengangkangi senjata Pak Yono yang keras dan tidak terlalu besar itu. Gila!! Dan ternyata istriku menggenggamnya sendiri dengan tangan kanannya dan menuntunnya ke dalam liang kewanitaannya itu. Pak Yono berkata dengan penuh kemenangan, “dik Yola, aku janji untuk memuaskan kamu hehe…” Sambil melepaskan daster istriku seluruhnya dan melemparnya ke bangku sebelah. Istriku diam saja atas semua perlakuan itu, sambil terus berusaha menggoyangkan pinggulnya tidak karuan dan meremas buah dadanya sendiri sambil meracau, “ohhh… ssshh…. mass yoonnoo… masss…” Sedangkan Pak Yono hanya duduk bersandar sambil cengengesan melihat Yola, istriku, bidadari malam bagi Pak Yono, wanita yang paling dihormati dan periang di desa ini, sedang berusaha mengayuh kenikmatan darinya. Waktu sudah menunjukkan jam 12 siang. Tetapi saya belum berani pulang karena sayapun sedang beronani untuk yang kedua kalinya!!! Ya saya sudah keluar tadi ketika istri saya melenguh kedua kalinya. Dan sepertinya merekapun sedang tidak ingin diganggu, jika saya keluar sekarang, banyak hal yang saya takutkan, entah istri saya akan saya ceraikan, entah dia akan di cap murahan oleh orang sekitar. Darahku sendiri berdesir kencang, jantungku berdegup tidak karuan, senjataku keras seperti kayu, hatiku hancur remuk, tetapi libido dan nafsuku telah memabukkan diriku. Jadi saya memutuskan untuk terus bersembunyi terus sambil onani untuk kedua kalinya. “Enak ya dik Yola?”, tanya Pak Yono sambil sambil terus tersenyum saja melihat istriku seperti cacing kepanasan di atas senjata kecilnya. Istriku tidak menjawab hanya melenguh lagi, “uhhh… mass…” Lanjut Pak Yono, “enak mana sama suamimu?” Istriku hanya terus memejamkan mata sambil melenguh, “masss… ennakkk…” Aku sendiri tidak begitu jelas maksudnya istriku “Enakan Mas Yono” atau “Aku sedang Enak Mas”. Saya beranggapan sepertinya ia memilih Mas Yono lebih enak dari saya karena saya sudah tidak mampu memuaskan dia lagi sekian lama mendorong saya dan darah sayapun berdesir lebih kencang lagi. “mass… aku ga tahaannn lagiii… mas keluarin donk cepetannn”, pinta istriku sambil memelas untuk segera dipuaskan. Tetapi bukannya diteruskan malah istriku diangkat terlepas dari senjatanya. Istriku berkata kesal, “yahhh…… mass kok?!” Lalu Pak Yono berdiri menggendong istriku ke halaman sebelah agar jika aku kembali tidak dapat langsung menemukan mereka dan orang yang lewat tidak dapat melihat mereka. Di situ ada tiang bendera, tangan istriku dituntun oleh Pak Yono untuk bertumpu ke situ sambil menghadap ke arah aku mengintip. Dan dari belakang Pak Yono mulai mengarahkan senjatanya kedalam liang istriku. Istrikupun hanya menuruti saja perlakuannya tanpa berkata apapun sambil menengok ke belakang melihat Pak Yono yang tersenyum lebar. Bless masuk lah senjata Pak Yono. Istriku melenguh kecil, “uhhhm…” Pak Yono mulai memaju mundurkan senjatanya secara perlahan, namun semakin kencang, dada istrikupun terus berguncang hebat atas sodokan-sodokan Pak Yono. Dan aku dapat menyaksikan dada istriku bergoyang hebat dengan sempurna dari sisi ini. Istriku berkata lagi, “massss hebattt… kok belum keluar juga sihhhh…” Pak Yono hanya tersenyum dan berkata, “aku akan puaskan kamu dulu dik… sudah lama aku ingin puaskan kamu… ingin miliki dirimu… hampir tiap hari aku melihat kamu seperti ingin menelanjangi kamu ini seperti mimpi bagiku dik” Istriku tersenyum juga dan berkata, “masss… ohh… sshh… gilaa…. teruss mass jangan berhenti…. benar mas puaskan aku…” Lalu Pak Yono malah mencabut senjatanya sambil memundurkan badannya. Dan istriku marah dan berkata, “massss kok di cabuuuttt!!! cepetan donk ahhh.” Pak Yono berkata, “bentar dik aku copot celana dulu…” Karena celananya berlipat-lipat karena kejadian di atas bangku, istriku yang sudah tidak sabaran sambil telanjang bulat ia berlutut di tanah yang kotor itu untuk menyambar senjata si gendut ini memasukkannya ke dalam mulutnya sambil meraba dadanya sendiri. Gilaa istriku kenapa menjadi seperti ini??? Istriku yang periang, menarik, dihormati, menjadi murahan seperti ini? Lalu Pak Yono melepas celananya dan baju nya ia pun telanjang bulat di situ. Jelek sekali seperti kerbau bunting. Akan tetapi, istriku belum mau melepaskan kemaluannya dari mulutnya. Pak yono mendesis, “dikkk pintar sekali kamu…” Lalu saya lupa dengan Pak Risman!!! Ia rupanya sudah kembali dan menyaksikan daster, BH, dan CD istriku berserakan. Lalu ia mencari-cari Pak Yono dan aku di mana. Ternyata kejadian ini sudah berlangsung selama 2 jam. Pak Risman akhirnya melihat istriku yang sedang menghisap batang kemaluan Pak Yono. Ia pun kaget. Dan tidak tahu harus bagaimana. Ia berdiam mengintip aktifitas tersebut tanpa menegur mereka. Namun sepertinya Pak Yono mengetahui keberadaan Pak Risman dia hanya tersenyum melihat Pak Risman sedang mengintip. Istriku masih terus menghisap senjata Pak Yono, lalu Pak Risman sudah mulai berani untuk melangkah maju. Pak Yono memberi kode untuk melepaskan semua pakaiannya terlebih dahulu. Tak lama kemudian Pak Risman sudah tidak berpakaian apapun lagi. Saya melihat senjatanya sangat panjang dan kekar. Mungkin karena ia kurus dan bekerja seperti kuli rumah. Pak Yono berkata kepada istriku, “dik, jangan menoleh kebelakang yah, ada Mas Naryo tuh mau kasi kejutan untuk kamu.” Istriku bukannya menoleh kebelakang malah ia memanggut, “he ehm..” sambil terus menghisap senjata Pak Yono. Saya juga heran kenapa Pak Yono berkata Mas Naryo? Lalu ia berkata lagi, “dik kamu berdiri deh tetap menghadap aku yah.” Istriku tetap menuruti saja, lalu Istriku berusaha melirik kebelakang, akan tetapi Pak Yono dengan sigap melumat habis bibir indah istriku. Dan yang membuatku terheran-heran istriku malah membalas ciuman tersebut dengan menjulurkan lidah. Sepertinya istriku sudah tidak seperti istri yang kukenal lagi. Lalu dari belakang dengan sangat bernafsunya Pak Risman meludahi senjatanya sendiri dan langsung mengangkat pantat istri saya sehingga istri saya terpaksa agak menunduk. Pak Yono kemudian mengarahkan lagi mulut istri saya kepada senjatanya yang masih keras itu. Kemudian Pak Risman dengan leluasa dari belakang berusaha memasukkan kedalam liang istri saya. Akan tetapi, nampak ia menyeringis kesulitan karena sempit atau karena terlalu besar. Istri sayapun melenguh “hhmmppphh…” Akhirnya masuk juga kepala dari senjata Pak Risman. Disusul dengan kata-kata Pak Yono semakin tertawa lebar, “dik Yola tenang aja itu Mas Naryo lagi kasi kejutan untuk kamu, sudah kubilang kan tadi dia gak apa apa kok ngeliat kita begini.” Lalu istriku sepertinya mengangguk sambil terus menghisap batang kemaluan Pak Yono dengan semakin bernafsu. Perlahan tapi pasti senjata Pak Risman berhasil masuk setengahnya dan istriku kembali melenguh “hhmmmpphhh… duhhh…” sambil melepas hisapannya sementara merasakan besarnya senjata yang masuk ke dalam dirinya tersebut. Lalu istriku kembali melanjutkan servicenya kepada Pak Yono, sedangkan Pak Risman yang bertubuh kecil tersebut mencoba mengangkat pantat istriku agar lebih leluasa lagi. Di angkatnya pula pantat istriku dan di hujamkannya sedalam mungkin sehingga masuk seluruhnya senjata sebesar itu di dalam tubuh istriku tanpa menyadari bahwa itu bukanlah suaminya. Istrikupun berteriak kecil, “mas naryoo…. kok?!? uhhffffhhh…” Mungkin maksudnya adalah kok senjataku besar sekali? Padahal itu adalah milik Pak Risman. Pak Yono menimpali lagi, “sepertinya suamimu terangsang hebat melihat permainan kita dik Yola. gimana kalau kita berikan atraksi yang lebih hebat lagi untuk memuaskan suami kamu.” Istrikupun mengangguk setuju kepada Pak Yono. Pak Risman mulai berusaha menggerakkan senjatanya di dalam istriku. Baru hujaman kedua istriku melenguh tidak karuan, “mass… aihhh… gilaaaa… sesakkk…” Istrikupun tidak dapat berkonsentrasi lagi untuk menghisap senjata Pak Yono. Sambil terus menikmati hujaman ketiga dari Pak Risman, istriku meracau lagi, “uhhh…. ga tahaaannn…. mass… aku keluarrrr…” Lanjut istriku, “ehhmmm…. keluarrrr…. ahhh… ngeehhh… ngehhh…” Pak Risman berhenti tidak bergerak sama sekali baru tiga kali hujaman lambat istriku sudah mendapatkan kepuasannya. Bagaimana jika ia mendapatkan lebih? Akhirnya akupun keluar untuk yang kedua kalinya tidak tahan lagi melihat aksi ini. Dalam pikiranku ingin sekali aku ikutan di dalam permainan ini. Tetapi aku berusaha menahan diri. Lalu istriku hampir terjatuh lemas karena orgasmenya akan tetapi ditahan oleh Pak Yono dan Pak Risman agar tetap dalam posisi tersebut. Setelah didiamkan sekitar 5 menit. Kulihat muka istriku memerah akibat orgasme tadi. Pak Yono dan Pak Risman menahan tawanya karena melihat istriku sang bidadari malam merka berada dalam posisi tidak berdaya seperti itu malah berusaha meraih kenikmatan dari mereka. Dua setengah jam sudah berlalu tidak ada tanda-tanda pergumulan ini akan selesai malah terlihat seperti akan berlanjut lama. Akhirnya setelah istriku mulai dapat berpijak kembali, istriku menegakkan badannya dan berkata kepada Pak Yono dengan manja “mas… lanjut lagi yahh….” Pak Yono tertawa keras sekali mendengar itu, “hahahaha…” Pak Risman pun tertawa kecil, “hehehehe….” Tetapi nampak istriku tidak menyadarinya. Istriku mulai kembali dengan pekerjaannya yang tak kunjung selesai dari 2.5 jam lalu yaitu memuaskan Pak Yono.

Istriku mengulumnya lebih dalam lagi ke dalam mulutnya dan dihisapnya kuat-kuat sehingga membuat Pak Tono tersentak kaget “woww…” Sementara Pak Risman pun mulai menggerakkannya lagi senjata tersebut. Istriku nampak bangkit kembali libidonya secara singkat karena hujaman yang mulai dipercepat oleh Pak Risman. kembali istriku melenguh “masss aduhhh gilaaa enakkkk bangettttt….” Terlepas lagi mulut istriku dari senjata Pak Yono. Istriku berusaha menyeimbangkan irama Pak Risman sambil meracau “mass baru kali ini akuuuu sesakkkk…. Ahh mass hauusss…” Akhirnya Pak Yono memutuskan untuk mengangkat mulut istriku untuk kembali diciumnya dilumatnya dan lebih parah lagi ia meludahi mulut istriku dan kembali melumatnya. Sambil meremas remas dada istriku yang menggantung bebas. Sebenarnya ia kehausan karena mereka bermain di halaman samping walau cukup rindang pepohonannya tetap saja keringat sudah bercucuran. Istriku malah berkata “mass.. ahh lagiii…” Pak Yono kemudian mengangkat mulut istriku menghadap atas sedikit sambil berusaha meludahinya lagi akan tetapi kali ini istriku menjulurkan lidahnya menanti air liur itu. Pak Yono memberikan air liurnya kembali dan istriku menelannya dengan tuntas. Kemudian hujaman Pak Risman semakin cepat istriku mercau lagi “ohh… ssshhhh… awww…..” sambil terus memejamkan mata kepalanya naik turun melihat ke atas dan ke bawah dengan keduatangannya bertumpu kepada Pak Yono menanggapi serangan Pak Risman dari belakang ia tidak lagi bisa berkonsentrasi untuk memberikan service kepada Pak Yono. Yang keluar dari mulutnya hanya, “yaahhh… uhhhh… terussss… lagi… lagi…..” Sepertinya Pak Yono tidak akan mendapatkan kenikmatannya kali ini, karena Pak Risman sudah memuaskannya lebih dari yang ia bayangkan. Akhirnya Pak Yono menuntun istriku untuk bertumpu kepada tiang bendera lagi sambil terus memejamkan mata ia berpegangan pada tiang tersebut. Pak Yono namun berkata, “dik, aku sek ke kamar kecil dulu ya. Kamu lanjutin aja sama Pak Risman kamu.” Namun istriku tiba-tiba tersentak kaget,”ha??!?” Melihat kebelakang sejenak… “Pak Rismannn… aduuhhh… sshhh… paannnttesssannn… ehmm….” Pak Risman hanya menyahut, “panntessan enak ya dik? heh heh…” Lalu ia menoleh dan mengangguk dua kali sambil berkata, “ehm ehmmbph..” dan kembali menoleh ke tiang bendera serta memejamkan mata sambil menikmati bersetubuhan ini sesekali ia meremas buah dadanya sendiri. Tidak lama setelah itu Pak Yono kembali dari kamar mandi masih bertelanjang bulat membawa tikar. Sambil melihat istriku yang tersengal-sengal, istriku juga melempar senyum kepada Pak Yono. Pak Yono berkata lagi, “mass mu hebat kan?” Sambil tersengal-sengal Istriku mengucap sebal, “huuuh! mas bohong” Pak Yono tertawa sambil menyahut, “ohhh… jadi ga mau nih sama mas risman?” Istriku melotot ke arah Pak Yono dan diam saja tidak menjawab apapun. Pak Yono berkata lagi, “ya udah ris, klo dia ga mau cabut aja” Lalu Pak Risman mencabut senjatannya. Istriku malah “aduhhh maasss jangan dongg…. ampuunnn mass ampunn…. terusin dongg…” Pak Yono merasa menang kembali, “terusin apa dik?” Istriku menjawab dengan memelas dan berlutut di depan tiang, “mau lagi” Pak Yono menimpali, “mau lagi apa yah?” Istriku dengan melotot ke arah Pak Yono berkata, “mau mas risman lagi.” Pak Risman tertawa, “heheheh….” Pak Yono bertanya lagi, “mau diapain ama risman?” Istriku sebal, “apaan siihh, uda ahh nyebelin…” Lalu ia menggelar tikar di dekat tiang itu, menyuruh Pak Risman berbaring, tanpa di suruh lagi istriku dengan lutut kotor menuh tanah langsung berjalan ke arah senjata Pak Risman menggenggamnya dan menuntunnya secara perlahan ke arah liang kewanitaannya. Pak Yono dan Pak Risman saling bertatap muka sambil melempar senyum kemenangan total. Istriku tanpa berlama-lama lagi ia langsung menggoyangkan pinggulnya ke sana kemari. Hanya dalam hitungan 3 menit, istriku meracau lagi, ia mencapai orgasm nya yang kedua, “masss…. riss… akuu keluarrrrr……. ngeeehhhh…” suaranya seperti melengking. Pak Risman dari tadi hanya diam menyaksikan istriku berdansa di atas senjata kemenangannya, sambil merasakan kontraksi dari liang istriku, lalu Pak Risman pun berkata, “kamu cantik dik, sempit, enak untung aku bisa menahannya, aku ingin puaskan kamu dulu dik.” Istriku tertunduk lemas di atas tubuh Pak Risman, mukanya memerah padam, tidak mampu berkata-kata, ia hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda sangat puas dan lemas. Pak Yono pun akhirnya mengenakan pakaiannya dan berjalan ke arah halaman depan tadi di mana daster, BH, dan CD istriku berserakan. Ia mempersiapkan diri untuk kepulanganku sepertinya. Ia mengambil BH dan CD tersebut dimasukkannya ke dalam kantong celananya, sedangkan dasternya ia gantungkan di dekat tiang bendera tempat Pak Ris dan istriku bermain di atas tikar. Sepertinya istriku sudah tidak kuat lagi, akhirnya Pak Risman mengambil inisiatif untuk menyedot buah dadanya terlebih dahulu, meremasnya, memilinnya. Pak Yono terhenti sejenak di belakang istriku, sambil menggantungkan daster tersebut. Sepertinya libidonya naik kembali dan memiliki inisiatif baru. Tetapi dia harus berjaga di depan menunggu kepulanganku. Padahal aku berada di samping rumah sambil mengintip aksi ini. Aku melihat di sekitarku sangat sepi tidak ada orang sama sekali. Waktu kira-kira sudah menunjukkan pukul 1 siang. Sudah tiga jam pergumulan ini berlangsung. Akhirnya Pak Yono berkata lagi, “dik, aku mau jaga depan yah menunggu mas nar. Takut pulang.” Istriku melihat Pak Yono, dan bingung harus berbicara apa, “tapi mas, mas kan belum keluar…” sambil tersengal-sengal. Pak Yono menjawab, “ga apa apa dik, lagipula senjata aku lebih kecil dari mas ris, nanti kalau aku masukin sekarang tidak ada rasanya dik.” Istriku mengucap lagi, “baik mass, aku janji kalau ada kesempatan lagi aku balas budi mas dua kali lipat.” Pak Yono tertawa sambil melempar senyum kepada Pak Risman. Istriku melanjutkan pergumulan itu lagi, sepertinya istriku benar-benar lemas. Akhirnya Pak Risman mengangkat istriku dan membalikkan posisinya. Istriku mengangkang dengan bulu-bulu kemaluannya yang sudah basah dan bau keringat bercampur cairan cintanya. Pak Risman berusaha memasukkan senjatanya lagi. “ohh….” lenguhan istriku ketika senjata itu masuk lagi. Pak Yono membakar rokok sambil berjalan ke arah pagar depan. Wah gawat aku bisa ketahuan, akhirnya aku memutuskan untuk memutari rumahku sambil mengintip di mana posisi Pak Yono. Sepertinya Pak Yono mencari-cari aku yang tak kunjung pulang. Aku tidak dapat lagi menyaksikan apa yang dilakukan Pak Risman dan istriku di dalam sana dan onaniku pun terhenti. Pak Yono sepertinya tidak menemukanku, ia merokok di depan pagar hingga dua batang. Sekiranya hampir 20-30 menit menunggu Pak Yono pergi kembali ke dalam. Saya sudah bisa melihat lagi ke arah dalam. Tetapi tidak menemukan istriku dan Pak Risman. Pak Yono pun tidak aku temukan. Yang aku lihat hanyalah pakaian Pak Risman di halaman samping dan daster istriku yang masih menggantung saja. Lalu aku memutuskan untuk memanjat dari tempat Rizal dan Doni mengintip untuk mencari di mana istriku berada. Akhirnya aku menemukannya, ia sedang berada di atas meja kayu setinggi lutut Pak Risman sambil mengangkang menyambut senjata Pak Risman. Pak Yono sambil merokok terus menyaksikan kejadian ini. Yang terdengar hanyalah lenguhan istriku berkali-kali, “uhhh…. hmmm… ehhh…” Setelah itu beberapa menit kemudian, istriku berkata lagi sambil tersengal-sengal, “mas ris kok belum keluar sih… apaaa akuu kurang memuaskan ya mass… uhhmm” Pak Risman menjawab, “dik Yola, kamu itu wanita tercantik yang aku pernah rasakan, aku ingin sekali cepat keluar, tapi nanti kita ga bisa dapat kesempatan seperti ini lagi.” Istriku meracau lagi, “oooohhh… gillaaaa sssshhh… mass… puassinnn akuu yaahhh terusss ngeeehhh terussshh…” Pak Yono hanya tersenyum melihat istriku seperti itu. Pak Risman menjawab, “pasti dik Yola, aku sering sekali beronani sendirian membayangkan kamu seandainya saja kamu istriku.” Istriku mengangguk-anggukkan kepalanya dengan terus memejamkan mata, dan mulai berkata, “maasss… harii inii… akuuu istriiimuu…” Pak Yono menimpali, “mas naryo gimana dong?” Istriku diam saja sambil terus merasakan kenikmatan ini. Istriku berkata lagi, “masss… akuuu hauss lagiii….” Pak Risman menurunkan istriku diarahkannya ketembok sambil tetap menancapkan senjatanya. Lalu mencium istriku melumat bibirnya memberikan air liur kepada istriku hingga menetes keluar dari bibir indah istriku. “ohhh gilaaa… ssshhmmm…”, racauan istriku lagi. Pak Yono mengajak Pak Mamat dan Pak Bayu bermain kartu di depan. Dan pamit sebentar kepada mereka untuk menggulung tikar mengambil daster istriku serta pakaian Pak Risman.

Tiba-tiba saja kami dikagetkan oleh Pak Mamat dan Pak Bayu di depan pintu. Istriku melotot ke arah Pak Yono tetapi tidak juga melepaskan serangan Pak Risman. Pak Yono buru-buru ke depan sambil mengajak mereka bermain kartu. Pak Yono kembali belakang ia berkata kepada istriku, “dik ada Pak Mamat dan Pak Bayu tuh.” Istriku melihat Pak Yono, “mass… sebentar lagii… yahhhh… tanggunngg…” Pak Yono hanya tersenyum kepada Pak Risman, dan berkata, “apa mau di ajak sekalian dik?” Istirku melotot dan marah, “ngawur aja kalo ngomong emangnya aku apaan!!!” Akhirnya setelah 4 jam permainan ini, Pak Risman mencapai orgasm pertamanya, “dik Yola… aku keluarrr yaahhhh….” Istriku yang sudah tidak sadar lagi siapa dirinya, cuma mengangguk-angguk sambil melihat Pak Risman dengan memelas “ohh mass… aku juggaaa….” Istriku berteriak keras sekali, “ahhh…. ngeeehhh… ssshhhhhh…” Akhirnya dikeluarkannya sperma Pak Risman di dalam liang kewanitaannya. “yeaahh”, suara terdengar dari Pak Risman. “banyaakkk… duhhh…”, istriku berkata. Istriku lemas sekali entah ini orgasm ke 3 atau ke 4. Karena saya tidak melihatnya selama 30 menit tadi. Akhirnya dengan rambut yang acak-acakan, tubuh penuh tanah, ada sisa-sisa sperma yang menetes di tanah. Badannya bau keringat, sperma dan air liur. Ia terduduk di tanah. Tidak mampu berdiri lagi. Pak Risman meninggalkan istriku di sana, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Entah apa yang dikatakan Pak Yono di depan sana, tetapi mereka seperti sedang tertawa-tawa setelah mendengar teriakan istriku tadi. Seselesainya Pak Risman membersihkan dirinya, ia berpakaian sambil melihat istriku yang masih terduduk lemas dan memejamkan matanya ke arah langit-langit. Akupun harus menghindar karena bisa kelihatan klo sedang mengintip. Pak Risman namun berkata, “dik Yola, kamu sungguh wanita idamanku. Terima kasih banyak yah…” Istriku kemudian menoleh dan melempar senyum kepada Pak Risman, “aku juga terima kasih mas… ini pertama kalinya aku merasa terpuaskan seperti ini.. hosh hosh… jangan bilang-bilang mas nar yah mas. Tolong!” Pak Risman tersenyum, “ya ga lah dik, bisa gawat atuh kita.” Pak Yono sudah kembali dan memanggil Pak Risman. Akhirnya mereka meninggalkan istriku dalam keadaan seperti itu karena tidak ingin ketahuan Pak Mamat dan Pak Bayu. Istriku masih terkulai lemas di tanah itu sambil terus terengah-engah dengan wajah penuh kepuasan ia tersenyum sendiri. Sekiranya 10 menit dari itu. Istriku mencoba bangkit. Pak Yono kembali lagi ke belakang untuk melihat keadaan istriku. Pak Yono membantu istriku menuju kamar mandi. Sambil menggantungkan daster nya tadi. Istriku berkata kepada Pak Yono, “mas tolong ambilin handuk yah di samping.” Pak Yono pergi ke samping dan mengambil handuk. Hampir saja aku keliahatan. Lalu aku memutuskan untuk pulang sekarang aku ingin tahu seberapa paniknya mereka melihat aku kembali. Lalu suara motorku kunyalakan dari kejauhan terdengar suara motor yang sudah ingin sampai di rumah. Lalu sesampainya di rumah Pak Risman buru-buru masuk ke dalam memanggil Pak Yono. Pak Yono dan Pak Risman pun keluar, sedangkan aku mendengar suara istriku gedebukan di belakang. Sepertinya buru-buru mengenakan daster. Lalu Pak Yono dan Pak Risman bermain lagi dengan Pak Mamat dan Pak Bayu. Akupun bersiap untuk bergabung bersama mereka. Aku memanggil lagi istriku “mahh, kopi nya dong disiapin…” Istriku menjawab, “ia pahh” Akhirnya tak lama istriku keluar dan memberikan kopi itu kepada mereka. Istriku pun keluar membawa kopi. Agak basah kumelihat daster itu menyetak bentuk buah dadanya putingnya dan terlebih lagi ternyata BH dan CD istriku masih di kantong Pak Yono. Aku dapat melihat putih-putih sedikit dari kantongnya. Aku bertanya kepada istriku, “kok basah gini mah? keringetan?” Istriku melirik Pak Yono dan Risman, “i..iyaa mass… tadi abis beres-beres abis mas lama sih perginya.” Akupun menjawab, “ia tadi ngobrol dulu sama Pak Soni jadi lupa waktu deh.” Waktu menunjukkan pukul 2 siang berarti pergumulan itu berlangsung selama 4-5 jam. Sambil menunduk dan meletakkan kopi saya rasa Pak Mamat dan Pak Bayu serta Pak Risman maupun Pak Yono dapat menyaksikan payudara istriku yang sudah tidak mengenakan apa-apa lagi. Lalu aku menyeletuk kecil,”mah kok ga pake BH sih… ga malu apa” Istriku cuma menjawab, “panas pah…” Pak Yono dengan kurang ajarnya mendengar kami, “gpp mas nar… bonus… hehehehe….” Lalu akupun berlagak tertawa kepada mereka. Istrikupun tertawa puas.

Aku sebenarnya marah kepada istriku, “Mengapa Aku Dikhianati?” Aku sendiri bingung apakah ini semua salahku? Aku yang mebuat ini semua terjadi? Mengapa aku sangat menginginkan hal ini? Darahku terus berdesir dan jantungku berdegup setiap kali tatapan Pak Risman dan Pak Yono kepada istriku. Setiap kali ejekan dan candaan Pak Risman dan Pak Yono kepada istriku. Antara bangga,cemburu,senang,horny,bahagia, tidak tahu lagi yang mana yang aku rasakan.

================================================== =

Jika kalian sudah membaca Part 2 tersebut dengan seksama, maka anda tidak akan sulit menggambarkan Part 4 ini karena Part 4 ini benar-benar sangat berkaitan dengan kisah Part 3. Seperti yang sudah kalian tahu, pada Part 3 Pak Yono belum terpuaskan oleh istri saya, melainkan istri saya diserahkan kepada Pak Risman untuk dipuaskan secara seksual. Dan di saat itu juga, istri saya tengah berjanji kepada Pak Yono untuk memberikan “kepuasan” secara terselubung lagi tetapi hanya jika mendapatkan kesempatan yang serupa saja. Sekiranya hari itu adalah hari Rabu (3 hari setelah kejadian penghianatan istri saya dengan Pak Yono dan Pak Risman yang tengah saya ceritakan di Part 2). Waktu menunjukkan pukul 8 malam, saat itu Pak Yono berkunjung ke rumah kami. Seperti biasa saya dan Pak Yono berdua saja sedang bermain catur sambil ngopi bersama. Lalu saya segera memanggil istri saya, “mah, ada Pak Yono nih, minta kopi dong.” Istri saya menjawab, “iya pah, sebentar.” Seingat saya, sebelum Pak Yono tiba, istri saya sedang mengenakan Daster Panjang di bawah lutut berwarna merah dan memiliki tangan. Tentu saja seperti yang kalian sudah ketahui dari Part 2, istri saya tidak mengenakan daleman lagi jika sedang berada di rumah. Namun, yang saya herankan mengapa istri saya lama sekali membuat kopinya kali ini. Sekiranya 30 menit berlalu, Istri saya, yola, datang sambil berkata kepada Pak Yono, “apa kabar nih pak?” Pak Yono tersenyum bahagia menjawab, “baik-baik saja tentunya dik.” Saat itu istri saya mengganti dasternya dengan Daster Kuning di atas lutut tanpa tangan (seperti tank top). Saya bertanya-tanya sendiri dalam hati, “perasaan tadi dasternya istri saya warna merah kok jadi pake yang ini yah?” Ketika istri saya meletakkan Kopi di meja, seperti biasa ia harus menunduk, pandangan Pak Yono tidak lepas dari buah dada istri saya. Saya sendiri dapat melihat secara samar-samar dari balik daster tersebut tonjolan pentil dari buah dada istri saya tercetak dengan jelas sekali. Sayapun diam saja tidak menegur ataupun mempermasalahkan hal itu.

Setelah istriku pergi ke dalam, ternyata yang tidak diduga-duga oleh saya, Pak Yono, si gendut jelek yang kurang ajar ini, malah bertanya dengan seenaknya kepada saya, “dik Yola, ga pake bra yah mas tadi sempet keliatan ‘itu’ nya? Maaf yah mas.” Lalu, aku sendiri langsung berdesir dan berasa “deg” di dalam dadaku karena hinaan spontan ini, setelah terdiam sekian detik akupun menjawab sambil berusaha tersenyum, “wah iyah ni Pak Yono, maaf, istri saya jarang pake bra kalau di rumah. Nanti saya suruh pake deh, bentar saya ke dalam dulu.” Lalu, Pak Yono dengan cepat langsung menyahut, “Jangan pak tidak usah, cuma boleh lah ya saya lirik-lirik dikit hehe… Mas Nar kan tahu saya tidak punya istri, mana ada yang mau sama saya gendut begini. Cuci mata sedikit sama dik Yola gak apa apa kan mas bantu-bantu temen kesulitan.” Lalu, sayapun mengurungkan niat untuk memberitahu istri saya untuk mengenakan bra, lagipula hal ini membuat aku sangat terangsang mengingat apa yang telah terjadi di Part 3 antara Pak Yono dan istri saya Yola. Sayapun menjawab, “yah, saya mah tidak apa apa deh pak, cuma kalau istri saya keberatan Pak Yono ngintip begitu ya saya tidak mau juga. Toh Pak Yono waktu itu sudah melihat tubuh istri saya ketika terjatuh dari tangga. Jadi saya pikir apa salahnya kalau lirik-lirik saja.” Sambil saya berusaha tertawa, pak yono pun tertawa bersama saya, lalu Pak Yonopun bertanya lagi, “Mas bole ga saya tanya satu hal ke mas nar?” Saya bertanya lagi, “tanya apa yah Pak?” Pak yono berkata lagi, “saya pernah dengar dari teman-teman saya ada sejenis penyakit bernama eksibisionis Pak. Mas Nar pernah dengar ?” Saya sejujurnya belum pernah mendengar istilah tersebut pada saat itu, mungkin saya pernah mendengar tapi saya belum tahu “arti sebenarnya” dari eksibisionis. Kalau yang sudah saya sebutkan dari Part 1 – 3 tentang Eksibisionis itu sebenarnya asal muasalnya dari Pernyataan Pak Yono berikut ini. “Eksibisionis itu adalah suatu tindakan di mana seseorang baik pria ataupun wanita bisa mengalaminya dia merasa ingin menonjolkan bagian-bagian tertentu yang di anggap sempurna dari tubuhnya kepada lawan jenisnya.”, kata Pak Yono. Saya pun hanya mengkerutkan dahi dan mengatakan, “oh seperti itu pak?” Lalu, Pak Yono melanjutkan, “Saya kok ngerasa dik Yola ini, mengidap penyakit yang sama loh Mas Nar, bukan bermaksud kurang ajar yah.” Lalu dalam hati saya, “jelas-jelas anda kurang ajar”. Tetapi saya menjawab, “lho?! Bagaimana Pak Yono punya pemikiran seperti itu?” Pak Yono melanjutkan lagi, “gini mas nar, Mas Nar masih ingat ketika kemarin dik Yola terjatuh dari tangga?” Saya menjawab, “ya tentu saja.” Pak Yono berkata, “jika wanita yang tidak mengidap penyakit eksibisionis ini, pasti secara spontan ia akan teriak minta tolong suaminya atau menutupi anggota tubuhnya karena malu dilihat orang luar seperti saya ini. Apa lagi saya tetangga masa dik Yola ga malu?” Lalu, mulai saat itu saya mulai berpikiran sepertinya memang benar pernyataan dari Pak Yono ini. Sayapun dengan makin cemas bertanya lagi, “lalu pak apa itu penyakit ? kalau penyakit apa bisa di sembuhkan yah?” Pak Yono berkata lagi, “wah mas mungkin saja bisa di sembuhkan tetapi, kita sendiri belum tahu benar apakan dik Yola mengidap penyakit eksibisionis ini kan mas? Kita harus tahu pasti dulu kalau dia benar-benar mengidap penyakit tersebut mas baru kita dapat memikirkan langkah penyembuhannya.” Sayapun menjawab lagi, “kalau dilihat dari kasus jatuh dari tangga sih rasanya memang benar pernyataan Pak Yono. Tetapi, bagaimana kita bisa tau secara pasti yah Pak?” Pak Yono tersenyum licik sambil berkata, “hm… saya sendiri juga baru sekarang mas menemukan orang yang berpenyakit eksibisionis ini secara langsung. Tetapi menurut teman-teman saya mungkin kita bisa cocokkan ciri-cirinya dengan cara menyuruh dik Yola melakukan sesuatu yang mengakibatkan ia harus melepaskan pakaian di hadapan kita mas. Karena orang eksibisionis pasti tidak akan malu untuk melepasnya atau malah ia berpura-pura tidak tahu malu mas.” Saya merasakan darah saya semakin berdesir entah mengapa saya sendiri juga bingung, istri saya mengidap penyakit kok malah saya terangsang? Lalu saya menanyakan lagi, “waduh gimana yah caranya Pak saya juga bingung?” Pak Yono menjawab dengan enteng, “saya minta izin sama mas nar dulu tapi, kalau seandainya saya berhasil membujuk dik Yola melepaskan dasternya di hadapan saya, saya harap Mas Nar jangan berpikir picik tentang saya, saya hanya berusaha membantu Mas Nar.” Lalu sayapun terdiam lama, sambil menengok ke arah istri saya yang sedang menonton televisi di dalam. Akhirnya, sayapun menjawab, “baiklah Pak, toh bapak sudah pernah lihat ini, asalkan istri saya dapat disembuhkan dan hal ini dapat bapak rahasiakan saya tidak apa apa.” Pak Yono tersenyum girang dan menjawab, “tenang saja mas, kita kan sudah lama menjadi teman rahasia mas aman di tangan saya. Sekarang… Mas coba panggil dik Yola untuk mengambilkan kita makanan. Lalu coba mas nar pergi ke kamar atau ke kamar mandi sebentar. Biar saya berbincang-bincang seidkit dengan dik Yola. Setelah 30 menit coba mas kembali lagi. Nanti saya beritahu apakah dik Yola berani menunjukkannya kepada saya atau tidak.”

Lalu saya pun pergi ke kamar mandi sambil berkata kepada istri saya, “mah Pak Yono tolong di kasih kue yah papah sakit perut nih. Sekalian di-‘temenin’ ngobrol dulu gih” Lalu istri saya berkata dengan sedikit girang, “oh ya pah!” Lalu saya mengambil posisi untuk mengintip dari dapur. Istri saya keluar untuk mengantarkan kue, saya tidak begitu jelas mendengar percakapan mereka, lalu saya mengambil inisiatif untuk memutar ke halaman sebelah. Hanya dalam waktu 1 menit saya memutar ke sebelah ketika saya mengintip, istri saya yola, bidadari bagi Pak Yono ini sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi dan sedang duduk berhadapan dengan Pak Yono tanpa rasa malu sedikitpun. Dan lebih gilanya lagi, dasternya berada di tangan Pak Yono. Saya tidak tahu apakah Pak Yono yang melepasnya ataukah istri saya yang memberikannya. Gila!!! Dalam hatiku ternyata istriku benar-benar mengidap penyakit ini. Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku kembali sekarang dan melabrak mereka? Ataukah saya menunggu hingga istri saya memakai dasternya lagi? Kata Pak Yono 30 menit berikan dia waktu. Baiklah saya coba untuk menunggu. Lalu percakapan mereka mulai terdengar, istri saya berkata, “masa sih mas?? Mas Naryo menyuruh begitu?” Pak Yono tertawa sambil berkata, “iya loh dik, sekarang Mas Naryo ke kamar mandi pasti lama percaya deh sama mas.” Aku sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Istriku menjawab lagi, “ah paling mas mau menipu yola lagi kayak kemarin Pak Risman.” Jika kalian masih ingat di Part 3 Pak Risman memasukkan senjatanya kepada istri saya, tetapi istri saya mengira itu adalah senjata saya. Pak Yono menjawab sambil cengengesan, “benar kok dik, Mas Nar bilang kalau kamu bersedia Mas Nar tidak keberatan. Itung-itung jasa menyelamatkan kamu dari insiden tangga itu dik. Kita di kasih waktu 30 menit saja sebelum Mas Nar kembali.” Saya sendiri bingung, apa sih yang sedang mereka bicarakan? Lalu istriku nampak sedang melihat ke arah dapur, untuk mencari keberadaanku, setelah memastikan aku tidak ada. Istriku bangkit berdiri lalu ia meliuk-liukkan badannya di depan Pak Yono. Apa maksud dari semua ini??? Aku benar-benar bingung. Tetapi darahku berdesir tidak karuan, melihat istriku cantik sekali malam ini di bawah cahaya lampu halaman. Seperti bidadari yang sedang berjoget-joget ria tanpa mengenakan pakaian. Lalu Pak Yono sambil tersenyum l

Lalu saya pun pergi ke kamar mandi sambil berkata kepada istri saya, “mah Pak Yono tolong di kasih kue yah papah sakit perut nih. Sekalian di-‘temenin’ ngobrol dulu gih” Lalu istri saya berkata dengan sedikit girang, “oh ya pah!” Lalu saya mengambil posisi untuk mengintip dari dapur. Istri saya keluar untuk mengantarkan kue, saya tidak begitu jelas mendengar percakapan mereka, lalu saya mengambil inisiatif untuk memutar ke halaman sebelah. Hanya dalam waktu 1 menit saya memutar ke sebelah ketika saya mengintip, istri saya yola, bidadari bagi Pak Yono ini sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi dan sedang duduk berhadapan dengan Pak Yono tanpa rasa malu sedikitpun. Dan lebih gilanya lagi, dasternya berada di tangan Pak Yono. Saya tidak tahu apakah Pak Yono yang melepasnya ataukah istri saya yang memberikannya. Gila!!! Dalam hatiku ternyata istriku benar-benar mengidap penyakit ini. Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku kembali sekarang dan melabrak mereka? Ataukah saya menunggu hingga istri saya memakai dasternya lagi? Kata Pak Yono 30 menit berikan dia waktu. Baiklah saya coba untuk menunggu. Lalu percakapan mereka mulai terdengar, istri saya berkata, “masa sih mas?? Mas Naryo menyuruh begitu?” Pak Yono tertawa sambil berkata, “iya loh dik, sekarang Mas Naryo ke kamar mandi pasti lama percaya deh sama mas.” Aku sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Istriku menjawab lagi, “ah paling mas mau menipu yola lagi kayak kemarin Pak Risman.” Jika kalian masih ingat di Part 3 Pak Risman memasukkan senjatanya kepada istri saya, tetapi istri saya mengira itu adalah senjata saya. Pak Yono menjawab sambil cengengesan, “benar kok dik, Mas Nar bilang kalau kamu bersedia Mas Nar tidak keberatan. Itung-itung jasa menyelamatkan kamu dari insiden tangga itu dik. Kita di kasih waktu 30 menit saja sebelum Mas Nar kembali.” Saya sendiri bingung, apa sih yang sedang mereka bicarakan? Lalu istriku nampak sedang melihat ke arah dapur, untuk mencari keberadaanku, setelah memastikan aku tidak ada. Istriku bangkit berdiri lalu ia meliuk-liukkan badannya di depan Pak Yono. Apa maksud dari semua ini??? Aku benar-benar bingung. Tetapi darahku berdesir tidak karuan, melihat istriku cantik sekali malam ini di bawah cahaya lampu halaman. Seperti bidadari yang sedang berjoget-joget ria tanpa mengenakan pakaian. Lalu Pak Yono sambil tersenyum lebar menyaksikan aksi istriku itu. Istriku yang bertubuh sedang tidak langsing dan tidak juga gemuk, meliuk-liukkan tubuhnya di depan Pak Yono yang brengsek ini. Entah apa yang sudah dikatakan kepada istri saya tentang saya. Akan tetapi, saya sendiri merasakan hal yang luar biasa pada senjata saya belum pernah saya melihat istri saya berjoget telanjang seperti ini. Entah dari mana ia mempelajari gerakan seperti itu. Lalu, Pak Yono memberikan pengarahan kepada istri saya untuk, berputar. Istrikupun berputar sambil terus meliuk-liukkan badannya. Ternyata aksi berputar tersebut untuk memperlihatkan tubuh istriku secara keseluruhan baik depan maupun belakang tubuhnya. Setelah itu, pak yono menyuruh lagi, “dik coba raba dada kamu dong.” Istriku dengan tanpa ragu-ragu mengarahkan tangannya ke arah dada 34 C nya untuk diremasnya di pilin dan di tarik-tarik hingga ia keenakan sendiri. Pak Yono diam saja menyaksikan ini sambil terus tersenyum kemenangan. Namun saya melihat, Pak Yono tidak tahan dengan aksi dada istriku yang saya sendiri pikir “sangat sexy” akhirnya ia membuka resleting celananya dan mengeluarkan senjatanya. Karena ia sendiri tidak tahan akan hal itu. Namun istriku yang melihat Pak Yono melakukan itu malah tersenyum, sambil tersenyum genit sekali kepada Pak Yono seperti berusaha menggodanya. Lalu Pak Yono mulai mengocok senjatanya sendiri. Sedangkan saya sudah melepaskan celana saya sendiri untuk beronani sedari tadi. Lalu, istri saya melakukan gerakan memilin kedua putingnya secara bersamaan dan menariknya ke depan secara bersamaan sambil memejamkan mata dan menengadahkan kepalanya ke atas, dan melenguh untuk pertama kalinya, “owhhh… sshhh…” Saya melihat pilinan tangan istri saya di atas putingnya semakin cepat dan semakin kuat di hadapan Pak Yono. Pak Yonopun semakin cepat mengocokkan senjatanya. Lalu, Pak Yono berkata lagi, “dik, kamu bisa raba bagian bawah kamu?” Istriku hanya tersenyum sambil duduk di hadapan Pak Yono dan mengangkat kakinya ke atas meja sambil mengangkang dan langsung meraba liang kewanitaannya di bawah bulu-bulu lebat itu di hadapan Pak Yono. Pertama-tama istri saya hanya meraba-raba vaginanya dari luar, lalu membuka belahan vagina tersebut terlihat lah warna merah dari dalam vagina tersebut. Pak Yono pun menyeletuk girang, “woww… hebat kamu dik…” Namun, istriku melirik lagi Pak Yono dengan tatapan sayu ke arah pak yono dan senjatanya, seperti ingin dipuaskan oleh senjatanya Pak Yono. Lalu, Pak Yono berkata dengan berengseknya, “wah dik, jangan nanti Mas Nar bisa gawat! Tadi Mas Nar cuma nyuruh kamu berjoget-joget aja di depan ku dik. Aku janji sama mas Nar untuk tidak melakukan hal lebih jauh.”

Lalu, istriku nampak menatap Pak Yono lebih sayu dan lebih lama seperti memelas, sambil ia mulai memasukkan satu jari tengahnya ke dalam vaginanya dan ia mulai melenghuh lagi, “ssshhh… mass…” Akupun melihat itu tidak kuat lagi, onaniku kalah dengan Pak Yono, aku sudah keluar di detik ketika ia melenguh yang kedua kalinya. Namun, Pak Yono berkata lagi, “kamu cantik sekali dik… aku berusaha bertahan untuk tidak melakukannya dik.” Namun istriku, memasukkan dua jari ke dalam vaginannya mengocoknya memutarnya lebih cepat dan lebih keras, lalu melenguh lagi, “ohh… mas yonooo…” Gila!!! Ini benar-benar gila dalam batinku. Tingkat kesadaranku mulai kembali. Sepertinya aku dibohongi oleh bajingan gendut ini. Apa yang harus kulakukan haruskah aku melabraknya sekarang? Tetapi belum 30 menit jika aku melabraknya dalam keadaan seperti ini. Apa yang harus aku katakan kepada istriku ataupun mas yono? Apakah harus mencerainya? Ataukah harus menjelaskan eksibisionis itu kepada istri saya? Namun segala pemikiran tersebut buyar ketika, istriku berkata dengan nada sangat sayu memelas tanpa rasa malu kepada Pak Yono, “mass aku mohon masukin mas… puaskan aku mass seperti kemarin… jangan biarkan aku seperti ini… Mas Naryo biar aku yang tanggung jawab mas.” Pak Yono tertawa girang sekali namun masih dengan nada bajingannya ia tidak memberikan juga kepuasan kepada istri saya yang sudah memohon seperti itu benar-benar ia merendahkan sekali harga diri istri saya. Pak Yono berkata lagi, “waduh gmn yah dik, aku gak enak sama Mas Nar, soalnya uda janji tadi dik… aku panggilin Pak Risman lagi aja gimana dik?” Namun istriku menjawab dengan memelas lagi, “duh mass, mass aja dongg mas uda tanggung gini…” Lalu, akhirnya Pak Yono mengambil langkah maju, sambil melihat jam tangannya apakah sudah 30 menit, kejadian ini sudah berlangsung selama 20 menit, ia masih memiliki waktu 10 menit. Lalu, Pak Yono berlutut di depan liang kewanitaan istri saya dan menjilatnya, menghisapnya, menusuk-nusukkan lidahnya serta jarinya. Istri saya benar-benar dibuat mabuk kepayang olehnya, istri saya mengangkat pantatnya agar Pak Yono dapat lebih leluasa memainkan vaginanya. Sedangkan tangan istriku sendiri memegangi rambut Pak Yono dan tangan satu lagi memilin dadanya sendiri. Istriku meracau tidak karuan, “owhhh… mass… enakkk… enakk masss…. terussshhh… terushhh…” Lalu, Pak Yono nampak sudah tidak beronani lagi, melainkan memainkan istri saya lebih leluasa lagi. Ia melepaskan tangannya dari senjatanya lalu memilin-milin puting istri saya secara kasar meremasnya. Istri saya meracau lagi, “ohhh… mas yonooo… puaskan akuuu… uuuhhhh…. terusss mashhh” Istriku benar-benar sudah berada di luar akal sehat lagi, ia tidak inget lagi bahwa aku akan segera kembali dalam beberapa menit. Dan ia tidak lagi ingat bahwa dia bukanlah istri Pak Yono melainkan istriku. Mungkin yang ia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana caranya mengayuh kepuasan dari bajingan gendut jelek ini. Namun saya akui dari cara Pak Yono memainkan istri saya belum pernah saya melihat istri saya merasa termabukkan oleh seksual liar seperti ini selama kami menikah maupun pacaran. Pak Yono melihat jam lagi, dan memang sudah 30 menit sekarang tetapi saya tidak mungkin keluar sekarang sementara saya sendiri sedang beronani untuk yang kedua kalinya. Pak Yono melepaskan semua rangsangan yang ia berikan kepada istri saya, padahal istri saya belum mencapai kepuasannya. Lalu istri saya berkata kesal sekali, “masssssssss!!!! terusin dongg!!!” Pak Yono hanya tertawa dan berkata, “aduh dik udah 30 menit ntar lagi mas nar balik loh!” Aku sendiri ingin sekali berteriak! Aku belum mau balik! Puaskan istriku!!! Lanjutkan!!! Entah apa yang terjadi pada diriku aku kesal sekali melihat Pak Yono menghentikan aksinya itu. Namun, aku masih tetap beronani berharap keluar yang kedua kalinya. Istriku melangkah maju ke arah Pak Yono. Dan menundukkan kepalanya di senjatanya Pak Yono untuk menghisapnya, lalu Pak Yono berkata, “dik… aduhh udaahh jangan diteruskan bahaya dik.” Namun, istriku nampak tidak perduli dengan hal tersebut. Ia terus menghisap senjata Pak Yono sekuat mungkin dan secepat mungkin. Pak Yono sampai menggeser-geserkan tubuhnya karena mungkin hisapannya terlalu kuat sambil berkata, “aduh dik jangan kuat-kuat…” Lalu, sepertinya Pak Yono mengambil inisiatif untuk mengerjai istriku lagi, ia berkata lagi dengan berpura-pura kaget, “eh.. halo Mas Nar…!” Berpura-pura aku sudah kembali. Namun yang aku tidak duga-duga istriku tetap diam saja menghisap senjata kecil milik bajingan gendut ini. Pak Yono tidak mau kalah ia berkata lagi, “maaf mas nar, bukan salah aku dik Yola begini, dia yang mau sendiri.” Istriku akhirnya melepaskan senjata Pak Yono dan menengok kebelakang. Lalu dengan sebal istriku berkata, “ah nyebelin kan…” Pak Yonopun beranjak dari kursi dan berdiri untuk berusaha kabur dari istriku karena ia sepertinya benar-benar ketakutan aku akan segera kembali.

Namun, istriku berdiri untuk mengintip ke arah dalam rumah memeriksa apakah aku sudah kembali. Setelah memastikan aku belum kembali, istriku berkata lagi kepada Pak Yono, “mas nar belum balik mas, ayo dong sebentar aja masukin mas.” Sambil menahan celana Pak Yono, istriku berusaha membukanya kembali. Akhirnya, aku berpikir rasanya aku tidak tega melihat istriku menjadi murahan seperti ini. Lebih baik aku hentikan, lalu aku mengenakan celanaku kembali dan berlari kebelakang, sambil berusaha membuat kegaduhan membuka dan menutup pintu. Aku melihat sepintas, istriku sedang berposisi mengangkang di atas kursi, sambil memegang senjata Pak Yono di mana kepala dari senjata Pak Yono sudah masuk separuhnya. Mereka Panik!!! Istriku mendorong Pak Yono dan senjatanya itu terlepas dari liang istriku dan hampir saja Pak Yono terjatuh dan berusaha menggapai dasternya secara terburu-buru memakai dasternya. Akupun berjalan melangkah ke depan, berusaha menarik nafas untuk menenangkan senjataku. Pak Yono sepertinya kesulitan menutup senjatanya karena masih keras sekali. Istriku masih tersengal-sengal di ambang nafsu yang tidak kesampaian. Sesampainya aku di depan, aku berkata untuk memecahkan situasi ini, “huffhhh… sakit perut… makan apa yah tadi.” Lalu, istriku berkata sambil tersengal-sengal dan mungkin masih berdebar-debar, “ttaaddiii paaggii kannn makan pecel pedas pahhh…” Namun aku menjawab, “oh iya yah” Sambil melirik Pak Yono yang manggut-manggut ke arahku. Istriku mohon diri kepada kami untuk pamit ke dalam namun, ternyata yang aku kagetkan adalah, istriku memakai dasternya TERBALIK!!! Mungkin karena ia buru-buru tadi memakainya sehingga daster tersebut terbalik luar dan dalam (bukan depan dan belakang) saya dapat melihat merek dasternya dari bagian leher belakangnya. Akhirnya, istriku beranjak ke dalam, saya melihat ia beranjak ke arah kamar mandi. Sedangkan Pak Yono yang masih juga berdebar-debar dan baru saja sempat memasukkan senjatanya berkata kepadaku, “wah gawat mas, tadi sudah hampir dia membuka bajunya mas. Tapi tadi saya ngobrolnya terlalu lama karena sulit untuk mendapatkan topic ke arah buka baju mas. Tapi sepertinya tadi ia sudah mengangkat dasternya sedikit lalu, mendengar suara pintu mas dan dia langsung menurunkan lagi dasternya.” Dalam hatiku, bajingan ini gendut, jelas-jelas kamu sudah hampir me-‘makai’ istri saya! Ingin sekali aku menonjoknya di wajahnya. Tetapi aku berusaha mengontrol amarahku. Lalu, sayapun berpura-pura untuk bertanya, “apa yang bapak bicarakan tadi kok sampai ia bisa mau melepaskan di hadapan Pak Yono?” Lalu dengan terbata-bata karena berbohong ia menjawab, “eng… anu mas, awalnya saya cuma menanyakan keadaan dia setelah jatuh dari tangga apakah masih sakit. Lalu, saya memuji-muji tubuh dik Yola sangat indah, menawan. Saya ingin sekali melihatnya lagi kalau dikasih kesempatan. Lalu, awalnya dik Yola menolak karena takut ada Mas Naryo. Dia bilang loh mas, jangan karena ada mas naryo. Itu pertanda ga baik loh mas. Berarti kalau ga ada mas naryo mungkin dia langsung memperlihatkannya.” Aku hanya memanggut-manggut saja mendengar pelecehan ini. Lalu Pak Yono melanjutkan, “Begitu saya rayu-rayu dengan kata membalas budi atas insiden tangga tersebut, lalu ia mulai beridiri dan ingin mengangkatkan dasternya. Tetapi baru mengangkat sebatas paha saja kita mendengar suara pintu Mas Naryo akan kembali dari dalam. Oleh karena itu, kami hentikan semua aksi kami. Tapi untuk saat ini saya belum tahu pasti apakah ia positif mengidap penyakit eksibisionis ini.” Sayapun berpura-pura mengerutkan dahi dan menjawab, “jadi kita belum tahu lagi nih istri saya harus diapakan?” Dalam hatiku berkata, “harus diapakan? Rasanya sudah jelas deh harus diapakannya…” Pak Yono berkata lagi, “Mungkin di lain kesempatan kita coba waktu lebih lama mas. Saya coba lagi untuk mencuri-curi kesempatan bersama dik Yola mas. Tetapi tentu saja dengan persetujuan mas naryo. Saya tidak berani mas.” Berengsek Sekali!! Dalam hatiku, “mencuri-curi kesempatan bersama dik Yola” Maksudnya mau menyetubuhi istri saya lagi? Batin dan pikiran saya sudah sangat marah mendengar ini semua. Namun, tidak aku pungkiri bahwa istri saya benar-benar tergila-gila dengan bajingan gendut ini. Jika saja tadi, mereka akan benar-benar melakukannya di depan saya pun mungkin saya bersedia. Karena, saya tidak tahan melihat istri saya di ujung kenikmatan tetapi tertahan seperti itu. Saya yakin ia sangat tersiksa akan keadaan ini. Ingin sekali aku mengatakan kepada Pak Yono, “tolong dilanjutkan Pak, kasihan istri saya.” Tetapi harga diri, martabat, dan derajat saya dipertaruhkan di sini. Saya dan Yola merupakan orang yang sangat dikagumi di desa ini bukan hanya karena Yola sebagai wanita periang yang menawan tetapi juga karena leluhur kami yang sudah sangat berjasa akan pembangunan desa ini. Setelah segala pemikiran panjang itu, akupun berkata kepada Pak Yono, “wah sayang sekali ya mas, ya mungkin di lain kesempatan aja deh mas. mohon dibantu mas agar saya dapat menyembuhkan penyakit istri saya itu.” Pak Yono dengan tertawa dan tersenyum sangat girang berkata, “wah tentu saja mas, saya sangat menghormati mas dan dik Yola, saya tidak akan main-main dalam membantu. dan saya juga berjanji untuk tidak mencoba untuk melakukan hal yang macam-macam mas. saya ga berani sama mas.” Lalu, dengan kesal sayapun berusaha menjawab, “wah jangan dong Pak Yono, kalau tubuh telanjang istri saya bisa di pamerkan ke bapak, harta saya yang tersisa tinggal masalah ranjang bersama istri saya dong. kalau ranjang juga di ambil sama bapak, sama saja saya kehilangan segalanya.” Namun, seketika saya melihat senyuman kemenangan dari wajah bajingan ini sepertinya ia berkata dalam hatinya, “mas belum tahu aja bahwa istrinya udah saya puaskan luar dan dalam, sudah saya jatuhkan harga dirinya, sudah dipakai oleh saya hampir dua kali. terlebih lagi Pak Risman sudah memuaskannya selama 3 jam berturut-turut.”

Tiba-tiba saja ketika kami sedang ngobrol tadi, istriku datang kembali dengan hanya mengenakan handuk kecil menutupi bagian bawahnya sedangkan kedua dadanya dia tutupi dengan tangan kanannya. Sambil berusaha menyembunyikan bagian tubuhnya yang mengenakan handuk dari Pak Yono sedangkan bagian atasnya dapat terlihat jelas oleh saya dan Pak Yono hanya saja pentilnya ditutupi oleh tangan kanan istriku. Istriku memanggil-manggil aku, “pahh… sini bentar deh…” Aku pun heran, apa karena keran kamar mandi mati? Atau handuknya terbang lagi? Kok pake handuk kecil? Ada apa nih? Lalu, akupun berkata kaget, “wah mamah kenapa kok pakaiannya begitu!” Lalu, dengan sambil tertawa-tawa sedikit malah istriku melangkah maju sehingga kami dapat melihat tubuhnya dari atas hingga kakinya sedang ditutupi handuk kecil bagian bawahnya, sedangkan tangannya terus menutupi dadanya, sambil berkata kepada Pak Yono, “pak yono, permisi sebentar yah aku pinjem mas naryo nya.” Pak Yono tersenyum-senyum berkata, “oh.. i..iya dik gak apa apa, aku tunggu di sini.” Aku yang terheran-heran ada apa sih ini? Digandeng oleh istriku ke arah kamarku, lalu istriku berjalan ke arah jendela membuka jendela tersebut, dan berbalik arah menghadapku sambil mengibaskan rambut panjangnya. Lalu, perlahan membuka tangan kanannya dari dadanya, dengan sedikit berjoget ia menurunkan handuknya, lalu ia meliuk-liukkan badannya seperti yang dilakukannya kepada Pak Yono tadi. Ia mengerlingkan matanya kepadaku, sayu, cantik, indah, sexy oh, apakah ini istriku yang dulu? Mengapa ia lebih cantik hari ini? Mengapa ia sangat sexy malam ini? Akupun terbuai oleh godaan istriku, dan sudah melupakan keberadaan Pak Yono. Akupun dengan terheran-heran namun senjataku tidak pernah bohong, ia berusaha mencuat dari celana dalamku. Aku berusaha membetulkan celanaku namun istriku dengan cepat melangkah maju dan membuka celanaku langsung memasukkan senjataku ke dalam mulutnya. “Oh!” Aku terpekik. Istriku menghisap senjataku, mengulumnya, sambil meremas-remas dadanya sendiri. Aku hanya terpana menyaksikan keliaran istriku ini. Istriku menghisap senjataku mengulum senjataku yang memang lebih besar daripada Pak Yono sampai air liurnya belepetan di bibir dan dagunya. Ia benar-benar kesetanan. Lalu, tangannya beralih dari dadanya ke arah liang kewanitaannya. Sambil melenguh, “hhhmmmppphhh…” Aku benar-benar terpana melihat ini semua. Bahaya sekali ini bisa-bisa belum apa-apa aku sudah keluar lagi di mulutnya. Wah kalau aku sampai tidak memuaskan istriku lagi sekarang bisa-bisa ia lari ke depan untuk memperkosa Pak Yono. Akhirnya aku memutuskan untuk, menggigit bibir bawahku keras sekali agar kesakitan. Pikiranku akan nafsu buyar seketika. Wah ampuh juga ini cara baru. Lalu, aku di dorong oleh istriku untuk terlentang di atas ranjang dengan jendela terbuka di atas kepalaku. Istriku dengan liarnya melenggok-lenggokkan pinggannya, menjilati seluruh tubuhku, menciumiku, mengocok-ngocok senjataku sambil meremas dadanya sendiri. Lalu ia menaiki tubuhku secara perlahan, menggenggam senjataku, diarahkannya ke liang kewanitaaannya. “Oh.. istrikuu… kamu liarr….”, aku meracau kepadanya. Istriku hanya tersenyum sayu kepadaku. Lalu, mulai menengadahkan kepalanya ke atas sambil memilin-milin dadanya sendiri, ia mulai menggoyangkan pinggulnya karena memang vagina istriku ternyata sudah sangat basah dan licin sekali. Ia meliuk-liukkan tubuhnya pinggulnya sambil seperti menari diatas senjataku. Istriku liar sekali malam ini. Dan tiba-tiba saja pandangan istriku terpaku ke arah jendela, aku memiringkan kepala sedikit untuk melihat apa yang ada di jendela, sepertinya aku melihat sosok seseorang di sana tetapi tidak begitu jelas siapa. Namun aku teringat, apakah itu Pak Yono? Wah, apakah ini rencana mereka berdua? Ataukah istriku memang sengaja membuka jendela tersebut berharap Pak Yono mengintip kami? Namun, istriku terus terpaku ke arah jendela, aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh Pak Yono di sana. Sambil terus memilin dadanya, meliuk-liukkan pinggulnya memandangi jendela dengan tatapan sayu. Namun, aku terkaget sekejap istriku seperti menjulurkan lidahnya ke arah jendela tersebut. Apakah Pak Yono sedang mengeluarkan senjatanya aku sendiri tidak dapat melihatnya. Namun, sekarang istriku benar-benar gila, ia meracau keras-keras, “ohhh… masss…. enakkk… masss…. terusss…” Aku mengangkat tanganku menggenggam buah dada 34 C istriku memilinnya meremasnya semakin keras karena aku sendiri sudah terbuai oleh keadaan ini. Tiba-tiba saja istriku mengangkat pinggulnya melepaskan senjataku dan melangkah maju, ke arah kepalaku, ia mengarahkan liang kewanitaannya ke arah mukaku bermaksud agar aku dapat memanjakan liang tersebut. Namun, bau yang pekat dari cairan cinta istriku dapat tercium dari sana, akupun sudah setengah sadar atas keadaan ini karena mengingat adanya Pak Yono di jendela aku menjadi sangat bernafsu dan ingin menunjukkan bahwa aku juga bisa memuaskan istriku, aku tidak boleh kalah. Oleh karena itu, aku langsung menusukkan jariku ke dalam vagina istriku sambil menjilati klirotis dari istriku, istriku meracau tidak karuan, “uhhhmmm… ssshhh… aahhh…” Terus-terusan istriku meracau dan berteriak semakin keras, “OOHHHHh….. masss… terusshhhhhh hmpmmhmm…” tiba-tiba saya saya merasa suara istriku tertahan oleh sesuatu, saya tidak dapat melihat dengan jelas karena tertutup oleh vagina istri saya, tetapi sekilas aku melihat istri saya menempelkan wajahnya di tralis jendela. Apakah ia sedang berciuman dengan Pak Yono?? Aku tidak terlalu jelas, tetapi keadaan ini membuat aku semakin terbuai. Racauan istriku tidak terdengar begitu jelas lagi yang terdengar hanya, “ehhmmmphh… uhmmm… ohmmm…” Sepertinya benar mereka sedang berciuman!! Oh gila! Secara tidak langsung kami sedang mengadakan threesome di sini. Hanya saja pemain yang satunya sama sekali tidak tahu bahwa ada pemain satu lagi di atas balik jendela. Sensasi ini membuat senjataku keras seperti kayu. Akupun akhirnya mengocok kemaluanku sendiri. Tiba-tiba samar-samar aku melihat adanya tangan masuk dari jendela tersebut! Dan benar itu adalah jam tangan Pak Yono! Brarti Pak Yono ada di balik jendela itu! Iya meremas dada istri saya!!! Memilinnya memutarnya!!! oh gilaaa!!! Sensasi apa ini??? Baru pertama kali aku merasakan sensasi sehebat ini. Gaya seks macam apa ini?? Aku belum pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya. Bukannya aku mencegah Pak Yono meremas istriku malah aku mendorong pantat istriku agar naik ke atas sehingga istriku lebih leluasa di remas oleh Pak Yono. Lalu, tiba-tiba saja tangan kiri istriku masuk ke salah satu tralis jendela tersebut berusaha menggapai sesuatu aku tidak tahu apa. Menurut perkiraanku adalah itu senjata Pak Yono!!! Aku semakin gila. Dan berpikir yang aneh-aneh. Apakah pak yono tahu bahwa aku menyadarinya apakah lebih baik aku panggil pak yono saja masuk ke kamar dan kita bermain bersama? Ataukah aku harus membiarkan istriku terus-terusan di-‘nikmati’ oleh Pak Yono seperti ini? Pikiranku berkecamuk tidak jelas. Antara ingin, dan tidak, antara bangga dan cemburu! Aku benar-benar terbuai oleh suasana liar ini. Aku semakin mendorong pantat istriku ke atas, namun sekarang istriku hanya berlutut di depan mukaku tidak lagi merapatkan Vaginanya kepadaku. Ia benar-benar menikmati ciuman Pak Yono dan remasan Pak Yono. Jadi sama saja sekarang ini istriku sedang melakukan foreplay bersama Pak Yono bukan bersamaku lagi. Aku mendiamkan hal ini hanya dengan mengocokkan senjataku sambil terus berusaha mengintip mereka sedang melakukan apa di balik sana. Akan tetapi, memang dari posisiku memang tidak terlalu jelas, hanya terilhat kedua tangan Pak Yono sedang meremas dan memilin kedua buah dada istriku. Sedangkan kepala istriku seperti sedang memaksa ingin ke luar dari tralis jendela karena mereka sedang berciuman. Aku diamkan hal ini berlangsung selama sekitar 10 menit. Akhirnya, terdengar suara, Pak Yono, “oghh…” Walaupun samar-samar dengan suara racauan istriku aku dapat mendengarnya. Sepertinya Pak Yono tengah mencapai klimaks nya. Namun, istriku seperti melambai ke arah Pak Yono. Dan kembali mundur, untuk menancapkan senjataku kembali ke arah liang vaginannya. Bless ketika senjataku yang sangat keras itu masuk ke dalam vaginannya yang sudah mulai mengering karena 10 menit tidak aku sentuh. Istriku meracau-racau lagi, “ohh… massshhh… eenakkk… ohhh enakk… lagi… lagi…” Tiba-tiba istriku berkata, “massss… yono… aku keluarrrr……ahhhhhhhh….” Akupun juga keluar setelah mendengar kata2 “mas yono” Sialan dalam hatiku, jadi dari tadi istriku bersenggama denganku hanya memikirkan Pak Yono sedang menyetubuhinya? Akupun dengan jengkel sambil terengah-engah aku bertanya kepada istriku, “kok mas yono sih?” Lalu istriku dengan terbata-bata menjawab, “eh… anu pah, mas yono masi ada di depan kan kita harus cepet balik ke depan ga enak pah. tadi aku tiba-tiba saja teringat mas yono ada di depan.” Lalu aku hanya diam, dan aku tahu pasti bukan karena itu.

Melihat keanehan yang terjadi dalam istriku, aku bingung, senang, bahagia, dan bangga atas perlakuan istriku ini. Aku malah mengambil kesimpulan, “wah jangan-jangan pengaruh Pak Yono tadi malah membuat istriku menjadi seperti ini. kalau begitu mah sering-sering juga gak apa apa!” Dalam hati gelapku aku berkata seperti itu, meyakinkan kepada diriku bahwa istriku boleh di-‘permainkan’ lagi oleh Pak Yono, terserah mau diapakan yang penting ketika beranjak ke kamar istriku menjadi liar lagi seperti ini. Kali ini aku benar-benar merasa terhina, terpuaskan, direndahkan, dilecehkan oleh Pak Yono. Akan tetapi, saya tahu ini semua adalah salah saya sendiri yang membiarkan ini semua terjadi. Saya bisa saja mencegahnya tetapi kenapa saya tidak melakukannya? Mengapa saya malah menginginkan Pak Yono memuaskan istri saya lebih lama lagi lebih puas lagi lebih liar lagi? Mengapa? Oh Yola, istriku tercinta, mengapa kamu menjadi seperti ini? Yola aku sangat sayang sama kamu aku tidak ingin bercerai denganmu. Mohon seseorang menghentikan hal ini terjadi lagi.

Akan tetapi, harapanku mencegah hal itu terjadi lagi bukanlah sesuatu yang mudah, istriku benar-benar sudah dimabukkan oleh permainan Pak Yono yang sampai kepermainan kedua kalinya ia belum juga mengeluarkan spermanya sedikitpun ke dalam tubuh istri saya. Saya sendiri berharap Pak Yono dapat dipuaskan oleh istri saya dan memuaskan istri saya, menyemburkan cairan Pak Yono kepada istri saya karena sudah dua kali belum juga terlihat! Sepertinya saya harus memikirkan cara lain sebelum Pak Yono benar-benar memanfaatkan istri saya untuk kepuasannya sendiri.

================================================== =

Suatu ketika di hari sabtu siang, seperti biasa istriku, Yola sedang membersihkan rumah di pagi hari. Saat itu waktu menunjukkan pukul 05.00 pagi. Istriku bangun pagi sekali di hari itu. Akupun terbangun karena memang aku tidak betah jika istriku tidak berada di sampingku terutama saat matahari mulai terlihat. Ketika istri saya terbangun seperti biasa kami tidak mengenakan pakaian apapun ketika tidur. Istri saya beranjak ke lemari dan mengambil daster miliknya lalu tanpa mengenakan daster tersebut ia langsung beranjak keluar kamar. Saya pun terbangun seketika Yola keluar kamar. Saya mendengar istri sedang berada di halaman belakang. Seperti yang sudah pernah saya ceriterakan bahwa kamar mandi kami berada di seberang jendela kamar tidur kami. Saya melihat mencuci muka dan menggosok gigi di kamar mandi dengan telanjang bulat. Dasternya digantung di samping kamar mandi tersebut. Setelah selesai kumur-kumur dan gosok gigi. Istri saya lupa untuk mengambil handuknya karena mungkin sedang dijemur. Lalu ia beranjak ke arah jemuran. Posisi jemuran ini agak ke depan rumah, jika saja ada orang yang lewat di pagar rumah kami maka dapat melihat jemuran kami berada di sisi kanan dari rumah kami. Akan tetapi, dari posisi saya tidak dapat terlihat jelas istri saya yang berada di jemuran itu. Saya melihat istri saya lama sekali tidak kembali ke arah halaman belakang ada apa? sayapun mengambil sarung dan beranjak keluar kamar untuk mengecek keberadaan istri saya. Sangat terkaget-kaget saya melihat istri saya hanya mengenakan handuk yang sangat tidak layak untuk menutupi seluruh tubhnya. Dada 34C milik istriku seperti ingin mencuat keluar dijepit oleh handuk tersebut. Sedangkan bagian bawah istriku akan mudah terlihat oleh siapa saja yang berdiri di dekatnya atau menunduk sedikit saja. Saya melihat istri saya sedang berdiri di dekat pagar dan bercakap-cakap dengan seseorang. Orang itu ternyata adalah Pak Bayu. Jika kalian sudah membaca part sebelumnya. Pak Bayu adalah salah seorang penjaga ronda malam bersama Pak Mamat. Kepribadian Pak Bayu kurang sopan seperti Pak Yono. Iya juga mata keranjang seperti Pak Yono sering sekali menggoda wanita baik tua maupun muda, baik istri maupun single. Pak Bayu memiliki tubuh seperti saya tidak terlalu gendut ataupun kurus. Tetapi Pak Bayu memiliki tangan yang cukup kekar menurut saya. Dia berkulit lebih hitam dari Pak Risman, ciri khas warna kulit jawa yang cukup hitam menurut saya. Sedangkan saya dan istri saya tidak memiliki kulit sehitam itu. Saat itu saya melihat istri saya bersandar di Pagar rumah kami sambil berbincang-bincang dengan Pak Bayu. Entah sudah berapa lama mereka berbincang karena saya baru saja keluar. Lalu, saya mencoba mengintip dan mencari posisi yang agak pas untuk mendengar pembicaraan mereka. Saat itu waktu menunjukkan pukul 05.15, langit masih sangat gelap. Sepertinya Pak Bayu sedang ronda menjaga lingkungan.

Akhirnya saya mendapat posisi yang cukup baik untuk mendengar percakapan mereka. Posisi itu adalah di samping rumah sebelah kiri (jika anda ingat kejadian part 3, tentang istriku digumuli oleh Pak Yono dan Pak Risman, di tempat itulah saya mengintip.). Saat itu, yang saya dengar adalah kata-kata istri saya, “ahhh ya ga lah Pak… masa pagi-pagi sih.” Saya belum mengerti apa arti pembicaraan itu. Lalu, Pak Bayu berkata, “lalu, mengapa dik Yola kok tumben pagi-pagi lagi menjemur pakaian? Biasanya saya ronda ga pernah lihat dik Yola menjemur pakaian, kalau saya tahu dik Yola pagi-pagi menjemur pakaian, mah saya sudah pasti mampir ke sini terus.” Istriku sambil cekikikan berkata, “ah ga kok Pak tadi saya habis cuci muka aja kok terus lupa bawa handuk jadi saya ambil handuk di jemuran. Saya mana tahu kalau Pak Bayu sedang menjaga di depan.” Lalu, Pak Bayu sambil tertawa-tawa menjawab, “loh cuci muka atau mandi sih? kok tidak memakai pakaian apapun?” Istriku sedikit terbata-bata menjawab, “eh… anu… Pak iya… saya…” Tiba-tiba Pak Bayu menimpali, “hayo…. abis dikasih jatah sama Mas Naryo yahhh… enak dong pagi-pagi udah dapet jatah. Kalau saya punya istri secantik dik Yola juga pasti tiap pagi saya genjot hehe…” Istriku sambil bernada sebal malah menjawab, “eh bukan Pak! Mas Naryo mah boro-boro deh pagi-pagi jatah, jam segini masih ngorok palingan.” Lalu, Pak Bayu mengkerutkan dahi sambil bertanya lagi, “loh? bangunin aja dong masa punya istri secantik ini disia-siakan? Kalau ga mau bangun bangunin aja bagian tertentu dik hehe…” Istriku sambil bernada manja menjawab, “ihhh… bangunin apa tuhhhh Pak… pagi-pagi hayoo omongannya…” Pak Bayu seperti mendapat lampu hijau menjadi semakin berpikir kotor, ditambah lagi istriku yang hanya berbalut handuk berkata, “yah abis… Pagi-pagi saya sudah melihat dik Yola telanjang gimana ga pusing yah? Masa mas naryo ga bangun kalau lihat dik Yola seperti ini?” Saya melihat Pak Bayu sambil berkata seperti itu dia mengarahkan tangannya ke arah celananya seperti membetulkan celana dalamnya. Mungkin senjatanya sudah mengeras. Saya sendiri spontan, senjata saya sudah keras di balik sarung milik saya. Istriku seperti tertawa girang sekali sambil menutupi mulutnya melihat kejadian itu. Lalu, Pak Bayu berkata lagi, “loh!? kok malah ketawa sih senang yang menyiksa ‘adik kecil saya’ di dalam sini?” Sambil menunjuk ke arah selangkangannya sendiri. Istriku malah semakin tertawa tertahan dengan mulutnya, “ngik…ngikik…. hihi…. ngikk…. hihi…. abis… abissss Pak Bayu lucu hihi…. dik Yola kan ga ngapa-ngapai Pak, si adik yang ber-‘unjuk rasa’ sendiri kok yeee….” Pak Bayu tersenyum girang berkata, “Yah dik Yola, adik siapa yang ga ber-unjuk rasa melihat dik Yola sih?” Istriku tertawa cekikikan lagi, sambil berusaha berkata-kata, “ngikik….hihi… Adiknya Mas Nar dong!” Pak Bayu bertampang sok prihatin berkata, “ha!? masa sih mas nar ga bereaksi melihat dik Yola seperti ini?” Istrku berkata lagi, “ihh… tanya aja kalau ga percaya mau telanjang jg udah ga membesar lagi tuh itunya. Apalagi cuma begini Pak…. boro-boro dehhh dilihat juga gak.” Pak Bayu dengan bahagia menjawab, “wahh sayang yah punya istri seksi gini di sia-sia in. Saya mah tadi kalau melihat dik Yola lebih lama lagi bisa banjir ga karuan deh.” Istriku tertawa semakin cekikikan sambil berkata, “banjirrr? ujan kali!” Pak Bayu terus berusaha menggoda istri saya yang berdiri di pagar hanya mengenakan handuk saja, “ehh, beneran loh dik. Kamu sih pagi-pagi udah bikin pusing aja.” Istriku menjawab sambil tetap tertawa,”yah maaf deh Pak, saya kan ga lihat ada Pak Bayu di situ. Lagian, matanya ganjen uda tau[ ada cewe telanjang udah lari aja. ini malah di panggil! huh!” Pak Bayu semakin bahagia berkata, “yah… namanya juga rezeki masa dilewatin toh! emang dik Yola ga takut diperkosa pagi-pagi seperti itu? Daerah sini kan banyak malingnya dik.” Istriku menjawab, “ah siapa yang mau sih sama yola, udah gak seperti waktu muda dulu masih sekel. Lagian kalau sampai diperkosa Pak Bayu yang dijitak masa uda jaga ronda masih ada maling hayo!” Saat itu waktu menunjukkan pukul 05.30, keadaan masih sangat sepi. Pak Bayu terlihat masih berusaha mrnggoda istri saya, “Mas Nar sekarang masih bobo dik?” Istriku menjawab, “iya Pak kenapa? ada perlu? saya bangunin kalau ada perlu? mau masuk dulu?” Pak Bayu berkata,”boleh saja.”

Lalu, istriku mengambil kunci dan membuka Pagar mempersilahkan Pak Bayu duduk di teras, “bapak mau minum apa? saya bangunin mas naryo dulu yah.” Saya pun bersiap-siap lari ke dalam tetapi malah pak bayu berkata, “ehh jangan… saya perlunya cuma sama dik Yola kok. hehe…” Istriku bingung saya juga bingung, “anu dik… boleh ga aku liat kamu lagi kayak tadi waktu jemur?” Lalu, senjata saya sekejap mendadak keras, istriku menjawab, “ya ampun mas aneh-aneh aja ya ga bolehhhh lahhh!!! Kalau mas Naryo bangun bisa gawat!” Pak Bayu memelas, “aduh dik sebentarr saja! yah… dulu kan dik Yola juga pernah telanjang di depan kita-kita masa lupa. jadi apa salahnya sekali lagi kan?” Istriku berusaha mengelak, “ga ah mas… saya buatin kopi dulu yah” Sambil beranjak ke dalam rumah sayapun berusaha berpindah posisi mengintip ke arah dapur. Saya melihat di dapur istri saya membuat kopi, seselesainya kopi itu, ia membuka handuknya dan membalutkannya lagi ke tubuhnya saya tidak begitu mengerti apakah ia membetukkan handuknya saja atau apa. Lalu, sambil membawa kopi, istriku berjalan keluar sambil berjongkok dan meletakkan kopi… terlepaslah sudah handuk itu dari tubuhnya sreetttt…. jatuh ke tanah. Pak Bayu terbelalak matanya, dengan spontan saya mengocok senjata saya. Saya langsung berpikir apakah tadi di dapur tadi ia mengendurkan handuknya? ataukah hanya kebetulan? saya tidak mengerti lagi. Lalu, istriku meletakkan kopi sambil berkata, “ehhh maafff Pak.” Pak Bayu yang terpana ke arah dada istriku tidak melepaskan pandangannya sedikitpun ia berkata, “Wowww!! Indahnya dik tubuhmu.” Lalu istriku sambil masih berjongkok berusaha menutupi dadanya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya berusaha menggapai handuk dibelakangnya tetapi sepertinya terinjak oleh kaki kirinya, ia berusaha menarik handuk tersebut sambil melihat ke arah Pak Bayu dengan sedikit sebal karena pandangan Pak Bayu yang menusuk ke arah tubuh telanjangnya yang tak kunjung berhenti. Ketika berusaha menggapai dan menarik handuknya itu, istri saya malah terjatuh terjuntai di lantai. Dengan bertopsng pada kedua sikunya serta paha kanan di angkat menahan untuk berpijak, ia kesakitan. Posisi ini seperti pose seorang foto model porno saja menurut “teman saya raka”. Sekiranya itu, Pak Bayu membantu mengangkat tubuh telanjang istri saya dengan kedua tangannya di bawanya ke ruang tengah sambil berpura-pura prihatin atas apa yang telah terjadi. Pak Bayu berkata, “kamu gak apa-apa dik?” Istriku mengaduh sambil melihat siku tangannya yang kesakitan, “aduhhh… i…iya gpp Pak…” Pak Bayu terdiam cukup lama mengamati tubuh telanjang istriku. Istriku berkata kepada Pak Bayu, “ih udah ah jgn dilihatin terus dongg! nyebelin…” Pak Bayu berkata sambil tertawa, “hehe.. maaf dik abis kapan lagi bisa lihat kamu begini.” Istriku menggerutu lagi, “Pak… tolong handuk saya dong… nanti Mas Nar keburu bangun.” Saya sangat terbawa suasana di sini mengocok dengan cukup cepat. Lalu, saya melihat Pak Bayu beranjak mundur sambil terus mengamati tubuh telanjang istriku ke arah depan, ia mengambil handuk di depan dan menghirup aroma istriku yang tertempel di handuk itu. Aku merasa bapak ini sangat aneh melakukan bisa hal seperti itu, karena menurut saya bau istri saya biasa saja kalau pagi-pagi tidak wangi. Lalu, Pak Bayu sambil terus menghisap aroma dari handuk itu ia mengeluarkan senjatanya dari celananya. Dan mengocoknya secara perlahan, sambil terus menghirup aroma istri saya dari handuk itu ia menutup mukanya dengan handuk itu.

Mata saya tertuju kepada istri saya yang ternyata ia berjalan ke arah teras mencari pak bayu yang terkaget-kaget ia melihat senjata pak bayu hitam kecoklatan dan besar. Istri saya betul-betul terpana melihat aksi Pak Bayu yang tidak ia duga-duga ini. Ia sangat terharu kagum senang terpancar dari wajahnya. Wajah istri sayapun terlihat memerah padam karena malu. Namun sepertinya karena Pak Bayu sengaja menutupi mukanya dengan handuk istriku, Pak Bayu tidak menyadari bahwa istriku berada di sebelahnya. Saya berpikir istri akan menegur atau meninggalkan Pak Bayu tetapi yang tidak di sangka-sangka, istri malah mengambil posisi mengintip sambil memegangi dadanya sendiri. Memilin dadanya sendiri, memejamkan mata dan melihat lagi ke arah senjata Pak Bayu yang masih dikocok terus oleh Pak Bayu. Waktu menunjukkan pukul 06.00, jalanan sudah mulai agak terang. Istri saya terus memilin dadanya sambil terus mengawasi Pak Bayu takut Pak Bayu sadar. Tak lama setelah itu istri saya mengangkat satu kakinya ke atas kursi di dekat dia mengintip dan memasukkan jarinya ke arah selangkangannya. Sambil berusaha menahan nikmat istriku menggigit jari bawahnya. Lalu, dengan terus berusaha menggapai orgasme baik istriku maupun pak bayu mempercepat kocokan mereka masing-masing. Istriku benar-benar dilanda nafsu, ia memilin dan menarik putingnya semakin cepat dan keras. Istriku memejamkan matanya mendongak ke atas sambil sedikit melenguh tertahan, “uhhhh…..” Lalu, istriku kaget dengan lenguhannya sendiri dan menghentikan perbuatannya itu semua sambil melihat tajam ke arah sekitar dan pak bayu. Takut-takut pak bayu mendengar lenguhan barusan. Setelah merasa aman, istriku malah berjalan ke kursi sebelah pak bayu, ia memilin putingnya sendiri secara perlahan sambil melihat keadaan sekitar dan ia hampir saja melihat saya yang sedang mengintip dari samping rumah. Kocokan sayapun terhenti dan berusaha mengumpet sambil menenangkan diri bahwa saya tidak ketahuan. Dan, sepertinya memang tidak ketahuan karena saya melihat istri saya mencoba maju lebih dekat lagi ke arah pak bayu sambil terus meremas dadanya sesekali istri saya berlari ke arah dalam ketika ia melihat pak bayu ingin bergerak. Sepertinya istri saya memang benar-benar dilanda nafsu walaupun mungkin ia sangat ingin bersetubuh dengan pak bayu tetapi sepertinya ia masih terus berusaha menjaga harga dirinya dengan hanya memuaskan dirinya sendiri di samping pak bayu. Namun, sampai kini belum ada tanda tanda pak bayu maupun istriku akan orgasm. Pak bayu melenguh, “oh yolaa… aku inginnn…” Istriku mendengar itu, ia langsung buru-buru lari ke dalam ngumpet takut pak bayu sadar, tetapi ternyata pak bayu memang masih di samudra nafsu jadi tidak perduli dengan keadaan sekitar. Namun kulihat di tangan istriku mengkilat-kilat sepertinya istriku juga sudah basah tidak karuan. Istriku mencoba mennyolokkan jarinya ke arah selangkangannya sambil terus memilin dan meremas dadanya sendiri. Bulu-bulu kemaluan istriku terlihat basah karena cairan cintanya, sedikit berwarna mengkilap. Lalu, istriku di ambang nafsu lagi, ia kelihat ke arah kemaluan pak bayu yang hitam kecoklatan serta keras seprti kayu dengan sayu, terlihag pandangan memelas ala yola ingin dimasukkan dan dipuaskan oleh senjata itu. Tetapi istriku mengurungkan nafsunya. Lalu saya melihat istri saya juga sudah dilanda nafsu membara dengan memejamkan matanya terus menengadah ke atas sambil melenguh yang tak tertahan lagi, “uuuhhh….. ssshhhh….” Sambil terus memejamkan mata dan mempercepat kocokan tangannya.

Ternyata lenguhan istriku kali ini terlalu keras!!! Pak Bayu tersadar ia membuka handuknya dan menengok ke belakang melihat bidadari cantik sedang mengobok-ngobok kemaluannya sendiri. Mata Pak Bayu benar-benar terbelalak tidak ingin mengedipkan mata lagi. Iya benar-benar terpana melihat istri saya seperti itu. Namun pak bayu dengan sigap berjongkok di bawah selangkangan istri saya dan berusaha menjilatnya. Namun, yang tak kuduga-duga adalah tangan istri saya yang penuh cairan cinta itu malah menggapai rambut pak bayu dan menekannya lebih dalam ke arah selangkangannya sambil mendesah, “masss……” Pak Bayu masih asik dibawah istri saya menjilat dan mencolokkan lidahnya. Lalu Pak Bayu mulai mengangkat tangannya dan berusaha menggapai dada istri saya tetapi karena posisinya di bawah ia tidak melihat posisi dada tepatnya di mana. Malah ia menggapai perut istri saya, namun istri saya menangkap tangan pak bayu dan mengarahkannya ke dada kirinya. Mengizinkan pak bayu meremas dan memilinnya lebih leluasa. Istriku sambil mendorong terus wajah pak bayu ke arah selangkangannya ia menjilat tangan kanannya sendiri menhisap-hisap jarinya yang tadi penuh cairan cinta ia yang sudah agak kering. Lalu memberikan jarinya yang basah karena air liurnya itu ke arah lidah pak bayu yang sibuk menjilati vagina istri saya. Ini benar-benar sensasi baru yang saya lihat selama ini istri saya tidak pernah seperti itu terhadap saya. Lalu, ia melakukannya lagi mencolokkan jari nya ke vaginanya sendiri, menjilat cairannya itu di bibir seksinya, dan memberikannya lagi kepada pak bayu untuk dijilatnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang cukup lama dan terlihat sangat menyenangkan bagi pak bayu. Saya sendiri tidak tahan melihat hal baru ini, dan sayapun mencapai ejakulasi pertama saya. Ohh… nikmat sekalii…. Darahku benar-benar brdesir kencang menyaksikan istriku semakin liar. Malah aku merasa sangat bangga melihat hal ini. Entah aku gila atau tidak tetapi ini benar-benar ejakulasi yang hebat menurut saya. Lalu, istriku pun nampak segera mengalami orgasmnya. Pak Bayu semakin ditekan kuat ke arah selangkangannya. Jari-jari istriku mulai memilin dada kanannya sendiri. “ohhhhh….. massssss……. keluarrrrrrrrrr…….”, istriku melenguh panjang dan keras sekali. Sepertinya ia tidak perduli lagi apakah saya akan terbangun. Nampak istriku seperti ingin terjatuh lemas tetapi ia bertumpu pada kedua bahu pak bayu sambil terengah-engah, “hehhh… hehhhh…. ufhhhh….” Sambil mata dan kepalanya ditundukkan ke arah kanan ia malu melihat mata pak bayu karena mukanya merah padam. Namun pak bayu berdiri memalingkan wajah istri saya ke arah wajahnya memandangnya dengan penuh arti tanpa berkata apapun.

Cukup lama mereka berpandangan. Lalu, pak bayu mulai mencium istri saya mengulum mulutnya menhisap lidahnya. Mereka berpangutan seperti sepasang kekasih dengan senjata pak bayu mengatung keras sedangkan istri sudah telanjang bulat berpeluh keringat. Istri saya mengalungkan tangannya ke bahu pak bayu mereka berpangutan. Sepertinya istri saya sudah tidak sabar lagi, istri saya menarik dan menuntun pak bayu untuk merebahkan istri saya di kursi panjang di ruang tamu itu. Lalu, ketika istri saya sudah terbaring pasrah di atas kursi kayu itu. Pak Bayu melepaskan lingkaran tangan istri saya dan memelorotkan celana panjang serta celana dalamnya sendiri di depan istri saya. Namun, istri saya yang benar-benar di lautan nafsu membara tidak dapat tinggal diam saja menunggu Pak Bayu melepaskan seluruh pakaiannya. Istri saya menghisap sendiri jemari tangannya yang kecil itu, dan memasukkan jarinya kembali ke arah vaginanya sambil memasahi pinggiran vaginanya dengan air liurnya. Sedangkan tangan kirinya, meremas dan memilin payudaranya sendiri sambil menggeliat-geliat dan melenguh, “sshhh… sshhh…” Mata istri saya menatap sayu ke arah Pak Bayu serta senjata Pak Bayu yang terlihat sangat keras dan besar seperti balok kayu hitam. Kini terlihatlah dua insan yang ingin menggarap lautan birahi telanjang bulat bersama di ruang tamu. Pak Bayu tersenyum penuh kemenangan melihat istri saya dalam posisi seperti itu. Pak Bayu pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia memposisikan dirinya di tengah-tengah selangkangan istri saya. Ketika Pak Bayu menaiki kursi kayu tersebut, kursi kayu itu berbunyi keras seperti mengereyot (jika kalian tahu kursi kayu yang terbuat dari bambu). Tetapi, nampaknya mereka berdua sudah tidak perduli lagi suara apa yang akan ditimbulkan di atas kursi cinta tersebut. Dengan perlahan namun pasti, karena liang kewanitaan istri saya sudah basah sekali bercampur antara peluh keringat, cairan cinta, air liur pak bayu serta air liur yola sendiri. Dengan mudah, istri saya menggenggam senjata Pak Bayu dan mengarahkannya ke selangkangannya sendiri. Bless… Tanpa kesulitan sepertinya senjata itu sudah masuk seluruhnya, dan bersamaan dengan itu istri saya terpekik kaget dan menengadahkan kepalanya ke atas sambil berteriak kecil, “aahhwwwww…. oougghhh…. gee… aaa… matt…” Seperti itu kira-kira yang aku dengar dari racauan istriku. Pak Bayu nampak tersenyum bahagia sepanjang persetubuhan ini, bagaimana tidak, istriku sang bidadari desa ini, wanita yang dikagumi di desa ini, wanita periang yang memiliki banyak teman serta penggemar, berada di bawah sejatanya, sedang berusaha meraih kenikmatan dari senjatanya, dan sepertinya Pak Bayu merasa menang sekali karena istri saya memuji ‘kegagahan senjatanya’. “Paaaakkkkk… Baaa… yuuuu… sshhh… see..saakkk… oughhh gi… laaa…”, begitu sekiranya racauan istriku pada saat itu. Pak Bayu tertawa dan mengatakan, “dik Yola, kamu wanita idamanku sejak dulu. Aku tidak menyangka bisa mendapatkanmu seperti ini. Izinkan aku memuaskan kamu selama suami mu tidak mampu memuaskanmu.” Istriku menatap sayu kepada Pak Bayu dan mengangguk kecil sebagai tanda setuju atas perkataan Pak Bayu. Aku, sebagai suami, hancur hatinya cemburu sudah sangat membara. Ingin sekali aku membunuh Pak Bayu dan menampar istriku. Tetapi, memang nafsu manusia tidak dapat dibohongi, senjataku sudah kembali membesar lagi dan siap untuk onani di ronde berikutnya. Akupun memutuskan untuk mendekat ke arah mereka, agar dapat lebih jelas mendengarkan istriku yang sedang digumuli oleh Pak Bayu, lelaki yang tidak tahu diri menggoda istri orang dan memanfaatkan kelemahan seksual suaminya.

Saat itu, ramai sekali suara yang ditimbulkan oleh kursi kayu bambu panjang itu, “ngekkk… ngekkk… ngekkk… duk… duk…” Terdengar sangat keras sekali ke seluruh rumah. Saya tidak tahu apakah mereka menyadarinya bahwa suara itu dapat saja membangunkan aku yang sedang tidur. Ditambah lagi racauan istriku, “ohhh… ssshhh… ehmmm…. yahhh… yahh… masss…. terusssss….”. Racauan itu terdengar semakin keras, karena Pak Bayu sepertinya mempercepat irama sodokan senjatanya. “gii… laaa…. masss…. oooogghhh… aku… akuuuu… puasskannn…” terdengar bersamaan dengan suara kursi bambu itu, “ngekkk… duk… ngeekkk… dukk… ngekkk… ngekk…” Yang semakin keras saya yakin sekali suara seperti ini sudah pasti dapat membangunkan saya jika saya benar-benar dalam keadaan tertidur. Namun, mereka nampak sangat tidak perduli dengan suara-suara yang mereka timbulkan itu. Mereka semakin mempercepat irama permainan mereka, semakin intens istriku meracau. Pak Bayu bertanya pertama kalinya kepada istri saya, “dik…. di manaaa… keluarrr…” Istriku masih meracau keenakan sambil terus memilin dan menarik puting susunya sendiri. Sekali lagi, Pak Bayu bertanya berusaha menyadarkan istri saya karena sepertinya ia akan mencapai klimaksnya, “dik Yolaaa… ohh… aku… keluarr.. di … mana??” Istriku tersadar dan berusaha menjawab, “sshhh… di… luu… arrr… a…ku… su…. burr… ohhh massss enakkkk sekaliiiii….” Tetapi kata-kata dan perbuatan sangatlah bertolak belakang, karena saya melihat ketika pak bayu sudah mendekati klimaksnya iya mencoba mencabut senjatanya dari istri saya namun, tak diduga-duga, kaki istri saya yang melingkari badan pak bayu menekan dan menahan pak bayu. Karena mungkin istri saya juga akan segera keluar jika dicabut akan sangat tanggung. Maka, karena pak bayu tidak terbendung lagi, tumpah lah sudah lahar panas itu di dalam rahim istriku. Dan, istrikupun melenguh keras sekali sambil menekan pantat pak bayu untuk dihujam lebih dalam lagi bagaikan istri yang mengharapkan untuk dihamili, “ooouuugggghhhhhh…. ngeeeekkkk….. ngehhhhh…. sssssshhhhh….” Pak Bayu pun meracau, “OHHH…. MANTAPPP!” Lalu, tubuh pak bayu menindih tubuh istri saya yang penuh keringat, keringat mereka bersatu di dada mereka, cairan cinta mereka bersatu di dalam rahim istriku. Tubuh mereka bertumpuk dengan warna kulit yang kontras sekali perbedaannya, istriku sawo matang lebih cerah ke arah putih terawat, sedangkan pak bayu berwarna hitam kecoklatan. Saat melihat mereka seperti itu aku benar-benar sangat bernafsu dan langsung mencapai ejakulasiku yang kedua kalinya. Ohhh… gilaaaa… nikmat sekali pemandangan ini. Istriku yang periang dan cantik itu, memiliki tubuh yang cukup menarik, sedang ditiban oleh lelaki yang bukan suaminya, berwarna kulit yang cukup ekstrim yakni hitam kecoklatan. Terlebih lagi, senjata pak bayu yang cukup besar berwarna coklat kehitaman melebihi milik saya dan pak risman. Tidak heran kalau istri saya benar-benar terkulai lemas karena ia mencapai dua kali orgasm pagi ini.

Saat ini, waktu menunjukkan pukul 08.30 PAGI. Berarti sudah hampir 2.5 jam istriku digauli oleh pak bayu. Setelah saya ejakulasi dan membersihkan tangan saya dengan sarung saya. Saya mengintip lagi keberadaan mereka, tetapi yang saya lihat adalah mereka masih dalam posisi seperti itu bertumpukan dengan kemaluan masih bersenggama dan berpelukan tidak bergerak sama sekali. Apakah mereka tertidur?!? yang benar saja??? Namun hingga kini waktu menunjukkan pukul 09.00 tidak ada tanda-tanda pergerakan dari mereka. Namun, saya melihat pak bayu bergeser tidur di sebelah istri saya sambil terus memeluk istri saya, yang ternyata ISTRI SAYA BENAR-BENAR TERTIDUR LEMAS! Saya tidak dapat keluar kamar hingga kini. Saya benar-benar tidak betah dengan keadaan ini. Saya berusaha untuk bersabar menunggu. Sayapun tertidur sejenak di ranjang. Sekiranya saya terbangun karena ada suara pintu kamar saya dibuka, saya melirik dan ternyata itu adalah pak bayu masih dalam keadaan telanjang bulat. Setelah memastikan bahwa saya masih tidur. Waktu menunjukkan pukul 12.00 SIANG. Wah saya ketidurannn!!! Sayapun cepat-cepat mengambil posisi mengintip untuk mencari istri saya di ruang tamu. Dan ternyata, tak diduga duga saya melihat istri saya masih tidur pulas. Pak Bayu mengamati istri saya yang masih tertidur pulas itu. Ia memandanginya terus sambil menyalakan sebatang rokok. Sekiranya pukul 12.45 istriku terbangun dan tersentak kaget setelah melihat jam. Istriku melihat ke arah pak bayu yang masih telanjang bulat berkata, “mas naryo?” Pak Bayu sambil menghisap rokok tersenyum dan berkata, “tidak apa-apa.” Entah apa yang ditangkap oleh istri saya, namun istri saya berusaha bangkit berdiri sambil mengucek-ngucek matanya. Istri saya berjalan ke arah kamar saya mengintip namun, ditarik oleh pak bayu dan ditunggingkan di depan kamar sekiranya 2 meter jauhnya dari pintu kamar. Dengan bertumpupada televisi yang ada di ruang tengah, istri saya menungging sambil berkata, “eeehhhh….. mass” Lalu tiba-tiba senjata pak bayu digesek-gesekkan di vagina istri saya itu. Istri saya merasa keenakan lagi, “duhhh….” Lalu terlihat tangan istri saya ingin menggapai pintu kamar sayapun buru-buru lari untuk tidur di ranjang. Sambil sedikit membuka mata saya melihat pintu kamar dibuka, dan terlihatlah istri saya sedang menungging dan pak bayu di belakangnya sedang menyodok-nyodok rahim istri saya. Namun sepertinya gagang pintu itu berjalan terlalu jauh sehingga istri saya sulit menggapai gagang itu untuk menutupnya lagi. Namun, sodokan pak bayu semakin cepat, istriku melenguh kecil sekali, “uggghhhh….” Karena takut saya terbangun. Lalu, tangan istri saya terlihat memilin putingnya sendiri meremasnya menariknya oghh sial senjata saya membesar di balik sarung wah bisa gawat ini. Namun, pak bayu menyadari bahwa senjata saya membesar ia berbisik agak kencang kepada istri saya, “dik yola, lihat suamimu membesar, apa dia sedang mimpi istrinya disetubuhi sama orang lain yah? hahahaha” Istriku menengok ke belakang sambil melotot tanda sebal. Namun, nafsu istriku sudah mulai kembali ia mulai meracau, “oughhh…. ssshhhn… masss tutupin pintuuuu….”

Pak Bayu terlihat senang dan tidak ingin menutup pintu sama sekali. Istriku meracau lagi, “ohhhh yaaaaaa terusssss masss…… sssshhhh” Pak Bayu malah mencabut senjatanya, dan menggandeng istriku ke tepi ranjang di sisi kaki ku. Istriku diam saja walaupun terlihat sedikit menolak. Mungkin karena sudah tidak sabar ingin digagahi lagi oleh pak bayu istriku langsung saja menungging dengan tangan bertumpu di tepi ranjang di bawah kakiku. Sodokan demi sodokan diterima oleh istri saya dengan nikmat. Saya tidak dapat melihat jelas karena saya harus benar-benar berpura-pura tidur. Namun, yang tak kuduga-duga pak bayu mempercepat irama hujaman senjatanya. Istri sayapun bergoyang kencang sehingga ranjangku bergetar. Sepertinya istriku sadar bahwa ranjang itu bergetar ia melepaskan tangannya dari ranjang. Dan menggandeng pak bayu keluar kamar sambil menutupnya. Akupun bangun dan mencoba mengintip keberadaan mereka istriku menggandeng pak bayu ke dapur. Di situ ada meja yang terbuat dari tembok istriku mengangkang di situ. Tanpa menunggu lama pak bayu memasukkan senjatanya dan mencium bibir seksi istri saya. Mereka berpangutan, bertukar ludah, menghisap lidah. Istriku meracau “ohhhhhh massss….. lagi….lagi…..” Sekiranya waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 belum ada tanda-tanda dari pak bayu ingin menyudahi permainan ini. Istriku sepertinya sudah benar-benar dilanda nafsu. Ia menggeliat-geliat menerima sodokan pak bayu meracau tidak karuan. Istriku terlihat ingin mencapai klimaksnya tetapi, pak bayu mencabut lagi senjatanya. Istriku berteriak keras sekali, “MASSSSSHHHHH….. ayooo donggggg….. ahhh….!!” Pak Bayu malah berjalan meninggalkan istri saya, ia berjalan ke arah ruang tengah di situ ada kasur kecil untuk tidur-tiduran ketika nonton televisi. Pak Bayu berbaring di sana, tanpa menunggu untuk di suruh lagi istriku mengangkangi senjata pak bayu sambil berkata, “mass puasin yahhh….” Pak Bayu hanya tersenyum dan mengangguk. Istriku menuntun senjata pak bayu memasuki rahimnya lagi. Istriku tanpa berlama-lama lagi, ia menarik meremas dan memilin putingnya sendiri, sedangkan pak bayu hanya tersenyum melihat istri saya menjadi liar di atas kemaluannya. Namun, racauan istriku menjadi semakin keras, “ohhhh masss…. baaaa….yuuu…. akuuu….. haaa….usss….” Istriku langsung mencium mulut Pak Bayu, yang mungkin tadi berbau rokok istriku menciumnya mengulumnya meludahinya. Istriku bangkit lagi memejamkan matanya menengadah ke atas sambil meracau, “gi…laaaa…. mass… bayu…. pria…. terhebaattt…. ga….gah…i…. aku…. ohhh masss gagahi akuuuu… aku digagahi mas bayuuu…. mas naryooo mas bayuuuu….. gagahi… AKKUUUUUUU…..” Istriku berteriak sekeras-kerasnya. Dan terjuntai di atas tubuh pak bayu. Waktu menunjukkan pukul 15.00 sore.

Gila… kejadian ini sudah terjadi hampir 10 jam walau diselingi dengan istirahat cukup lama tadi. Akupun berusaha beronani lagi. Istriku benar-benar lupa siapa dirinya. Lalu, Istriku yang masih terkulai lemas itu dibaringkan oleh pak bayu ke lantai. Dan pak bayu mengambil posisi untuk menghujamkan senjatanya lagi. Istriku tidak dibiarkan istrirahat, pak bayu menggenjot istriku kembali. Nampak pandangan istriku kosong mungkin karena sudah terlalu capai tidak mampu berkata-kata lagi iya sudah mengalami 3-4 orgasm saya tidak tahu lagi. Pak bayu mengulum puting istri saya menyedot meremas dengan kasar puting istri saya. Istri saya hanya dapat menatap pasrah kepada mas bayu dan terkadang istri saya memandang ke arah kamar saya mengintip mungkin ada perasaan bersalah dalam dirinya. Sekiranya 30-45 menit kemudian pak bayu menggendong tubuh lemas istri saya ke meja dapur. Dilakukan lagi hal yang serupa seperti diruang tengah tadi. Istri saya benar-benar hanya diam saja diperlakukan seperti itu, sesekali ia memejamkan mata dan mendesis, “ssshhhh….” Tetapi sudah tidak ada racauan apapun lagi. Pak bayu mencium bibir istri saya meludahi mulut istri saya meremas dadanya meludahi dada istri saya yang bercampur keringat. Mengulum memilin meremas ohhn gila istri saya oh istri sayaaa benar benar berengsek kamu bayuuuuu…. sayapun keluar onani yang ketiga kalinya. Waktu menunjukkan pukul 16.30, dan untuk terakhir kalinya istri saya di angkat lagi oleh pak bayu, di bawanya ke ruang tamu depan di mana kursi bambu itu berada, disitu istri saya digenjot sekencang-kencangnya oleh bayu ditarik putingnya sekencang-kencangnya sehingga istri saya terpekik, “awwwww…. sakit” Pak Bayu diam saja melihat itu, lalu pak bayu malah menambah dengan menggigit bagian atas dada istri saya. Istri saya terpekik lagi, “aduhhhh…. mass…” Nampak, bagi bayu itu bukan sebuah penolakan lalu bayu mencoba menggigit lagi dada atas sisi satunya. Istri saya terpekik lagi, “Ahhhhhh…. ssshhh….” Sepertinya pak bayu berhasil membangkitkan libido istri saya dengan perlakuan kasar itu. Lalu, pak bayu semakin menjadi-jadi ia menarik kedua puting istri saya ke arah berlawanan dengan keras sekali. Istriku berteriak, “Masss sakitttt….” Sambil terdengar bunyi-bunyian kursi bambu berisik itu, istriku mendesah dan meracau, “hmphmmm masss …. enakkkk….” Sepertinya taktik baru pak bayu tengah berhasil membuat istriku bangkit libidonya. Lalu pak bayu memutar posisi istriku bertumpu pada kursi bambu itu, sambil memukul pantat istriku, “plakkk” istriku terpekik lagi, “awwwww…..” Pak bayu sambil menyodok senjatanya dari belakang pak bayu memukul sisi pantat sebelah kanan istriku dengan keras sekali, “PLAKKK!” Istriku berteriakkk, “sakittttt….” Namun, pak bayu tidak juga menghentikan aksinya, ia menampar lagi sisi yang satunya, “PLAKKK!” Istriku meracau, “ampuunnnn…. masss….. ssshhhh….” Lalu, lagi-lagi pak bayu melemparkan tamparannya, “plakkk…” Ternyata kali ini istriku meracau, “ahhhhh… lagiii….” Plakkkk…. “lagiiii…..” PLAkkkk…. “terussss….” PLAKKK!! terdengar semakin keras… “AHHH…. SAKIT!!! ENNAAKKK! MASS BAYUUUUUUU LAGIIIIIIIIII!!!” Istriku berteriak keras sekali hingga terdengar ke seluruh rumah bahkan mungkin jika ada orang di jalanan depan rumah akan mendengarnya. Lalu, pak bayu melanjutkan tamparannya ke sisi pantat satunya, “PLAKKK!!!” Istriku berteriak lagi, “GILAAA SAAKITTTT TAUUUU ENAKKKK…. MASSS BAYUUUUU HEBATTTTT!!” Plakkkk “AHHH” Plakkk “MAS BAYU!!! JAHAT!!” Plakkk “AHhHHH… AMPUN!!” Aku melihat mas bayu menggigit punggung istri saya dengan cukup kencang, “Awwwww…..” Plakkkk tamparan dilemparkan lagi, istri saya semakin berteriak, “MASSSSSSSSSSSSSSSS ENAKKKKKKKKKKKK…. SAKITTTT….” Plaakkkk…. “MAS NARYOOOOOO!! TOLOOONGGG ISTRIMU DISIKSAAAA… TAPI… TAPIII…. ENAAKKK MASSS….” Pak Bayu terlihat menghentikan aksi tamparan itu, tetapi istri saya malah berteriak, “LAGIII….!!!” Plaakkkkk…. “AAAHhHHH….” Plakkkkk “SAKITTTT….” Plaakkkkk “LAGI….” Plakkkk plakkk plakkkk plakkk plakkkkk berulang ulang dan sangat kasar dilakukan oleh mas bayu, istriku berteriak, “MAS BAYUUUU ….. AKU…. SUKAAAAA….. YOLAAAA…. YOOLAAAA PUASSSSSS…. YOLA KELUARRRRRR…… LAGIIII MASSSS LAGIIII….” Plaakkkk “KELUARRRR….” Nampak istriku mencapai orgasmenya lagi.

Dengan tubuh penuh merah-merah karena gigitan dan tamparan yang diterimanya. Ia sudah tidak mampu lagi berdiri. Istriku berbaring di atas kursi bambu sambil terengah-engah kelelahan, dan juga sedikit air mata keluar dari matanya karena saya rasa perbuatan tadi cukup menyakitkan. Saya tidak tahu lagi harus berkata apa. Yang saya tahu saya benci sekali dengan pak bayu hingga sekarang. Saat ini waktu menunjukkan pukul 17.30, langit terlihat sudah mulai gelap. Saya rasa kejadian hari ini sangat keterlaluan mereka berperilaku seolah-olah sepasang suami istri. Ketika pikiran saya yang sedang berkecamuk itu, saya melihat pak bayu mengocok kemaluannya sendiri dan mengarahkannya ke wajah istri saya yang masih terengah-engah dan terpejam. Sepertinya istri saya belum menyadari bahwa pak bayu belum mencapai kepuasannya. Istriku kaget sekali ketika melihat senjata pak bayu di arahkan ke wajahnya dan ternyata bersamaan dengan itu, ditembakkannya lahar panas itu ke arah wajah istriku. Anehnya istriku bukannya menghindar malah membuka mulutnya lebar-lebar. Sebagian besar masuk ke dalam mulut istriku, sebagian lainnya tercecer di wajah dan rambut istriku. Istriku mengambil sperma yang tercecer dengan jarinya dan menelannya. Seumur-umur aku jarang sekali melihat istri saya menelan sperma dengan lahap seperti ini. Namun, belum sempat bersih semua sperma itu, tiba-tiba kami semua dikagetkan oleh sekitar 3 orang berkumpul di depan pagar. Orang-orang itu adalah tetangga kami, Pak Jery, Pak Yunus, dan Pak Mamat (pak mamat teman ronda pak bayu). Istriku menjadi panik, pak bayu buru-buru berpakaian, sedangkan istriku tidak ada pakaian. Ketiga orang tersebut nampak tidak sabar dan berteriak-teriak memanggil namaku. Namun istriku semakin panik takut kalau saya bangun akhirnya tidak ada pilihan lain, istriku meminjam pakaian pak bayu yang cukup besar ia berjalan ke luar hanya dengan mengenakan kaos pak bayu tanpa mengenakan apapun lagi di balik baju itu. Sangat jelas puting istriku yang masih tegang karena persetubuhan tadi tercetak di balik kaos itu. Sedangkan bagian bawahnya sangat minim sekali karena itu hanya kaos saja. Lalu perlahan-lahan sambil menarik nafas panjang istriku keluar rumah. Sambil berusaha tenang bertanya “ada apa yah bapak-bapak ke mari? mas naryo sedang tidur.” Mereka tertegun sesaat melihat penampilam istriku yang kacau balau begitu, karena sepertinya sisa sperma masih menempel di rambutnya, mungkin bau sperma sangat pekat dapat tercium oleh mereka, ditambah lagi leher istri saya seperti bekas digigit. Karena saya tidak berada di posisi yang tepat untuk mendengar percakapan di halaman rumah. Maka kata-kata yang saya sampaikam berikut ini adalah karangan saya yang sekiranya memang mirip dengan keadaan saat itu. Begini kata pak mamat berkata dengan terbata-bata, “enggg… anu bu… tadi pam yunus dan pak jerry bilang kalau di sini ada teriak-teriak minta tolong kesakitan. Jadi kami kemari hanya ingin memeriksa saja bu…” Jlebbb!! Seperti pisau tajam ditancapkan ke dalam jantungku. Mungkin istriku juga mengalami hal seperti itu. Aksi seks kasar penuh pelecehan dan siksaan itu benar-benar menjadi siksaan bagi istri saya. Istri saya membela diri berkata, “ohhh… itu mah televisi kali pak saya terlalu besar tadi remotenya rusak jadi susah ngecilinnya.” Lalu mereka bersamaan berkata, “OOooooo…” Pak Yunus nampak belum puas dengan jawaban istri saya berkata lagi, “tapi kok saya mendengar suaranya seperti ibu Yola memanggil-manggil nama pak bayu yah?” Lalu, Pak Jerry juga menimpali, “iya saya juga mendengar seperti itu lho!”

Istriku terdiam sejenak mencari akal untuk keluar dari masalah ini. Istriku menjawab lagi, “ah mungkin itu tadi sore ketika saya melihat mas bayu melintas di depan rumah saya coba panggil-panggil ternyata salah orang.” Merekapun terlihat berbincang bincang satu sama lain seperti masih tidak percaya. Namun istriku mencoba mencari akal untuk mengalihkan perhatian mereka lalu istriku menemukan sebuah ide gila. Istriku berpura-pura ngulet sambil merentangkan tangannya ke atas tinggi sekali sambil dengan cepat mencopot cincin miliknya dan berpura-pura dijatuhkan ke tanah. Ketika tangan direntangkan ke atas dapat terlihat mereka bertiga terbelalak melihat bulu-bulu kemaluan istri saya karena memang pakaian istri saya sangat tidak layak saat itu. Lalu, istriku menjatuhkan cincin sambil berkata, “ehhh…. yah jatohh…” Mereka bertanya, “apaan jatuh bu?” Istriku sambil berpura-pura mencari menundukkan badannya sambil berkata, “cincin saya jatuh.” Saya melihat pantat istri saya yang merah bekas dipukuli tadi oleh pak bayu, terpampang jelas di hadapan mereka bertiga. Namun, mereka menawarkan diri untuk membantu mencarinya, mereka masuk ke halaman rumah sambil berjongkok mencari-cari cincin tersebut. Sekiranya 5-10 menit mereka mencari cincin itu. Sambik sesekali memandangi selangkangan dan pantat istri saya yang memang sudah pasti kelihatan dari bawah. Pak Jerry sepertinya menyadari aroma sperma yang pekat dari tubuh istri saya yola. Pak Jerry dengan kurang ajar bertanya, “ibu Yola kok bau aroma pria sih?” Istriku terkaget dan terbata-bata menjawab, “aku kan belum mandi pak.” Pak Mamat menimpali, “pantesan ada yang bau-bau ya bu…” Akhirnya cincin itu ketemu juga. Dan istriku berterima kasih kepada mereka lalu, merekapun beranjak pulang setelah berpamitan. Istriku menghela nafas lega dan kembali ke dalam rumah. Melihat Pak Bayu sudah mengenakan celana dan sedang merokok. Pak Bayu membuka percakapan dengan berkata, “hampir saja dik… bisa gawat kita di bawa keliling kampung… hehe…” Seperti yang kalian pernah ketahui jika ketahuan selingkuh atau bersenonoh di desa, biasa nya digiring keliling kampung dengan bertelanjang bulat. Istriku sambil melepaskan kaos pak bayu dan kembali telanjang bulat berkata, “i…iya masss…. aku capek sekali…” Istriku terjuntai lemas di kursi bambu itu. Istriku memejamkan matanya untuk beberapa saat. Pak bayu mengambil kaosnya dan mengenakannya. Lalu, beranjak ke sebelah istriku, mengecup keningnya, sambil berkata, “terima kasih banyak dik yola… kamu anugerah terbesar dalam hidupku.” Istriku malah berkata, “mas, yola juga sangat puas mas… yola terima kasih juga atas bantuan mas.” Pak Bayu membelai-belai rambut istriku, membiarkan istriku tertidur.

Waktu menunjukkan pukul 19.00, langit sudah sangat gelap. Istriku malah tertidur di sana dijaga oleh pak bayu. Lalu, aku sedari tadi sudah kebelet ingin ke toilet yang sudah kutahan-tahan. Kali ini aku sudah tidak tahan lagi, aku berusaha membuat kegaduhan, namun pak bayu menyadarinya ia langsung menutupi tubuh telanjang istriku dengan handuk tadi. Dan ia mengambil posisi di balik tirai untuk bersembunyi. Sedangkan saya keluar kamar, berpura-pura tidak melihat dan buru-buru ke arah kamar mandi. Saya membersihkan diri serta mandi bebek dan segera kembali ke kamar, saya melihat istri saya sudah mengenakan daster tetapi berantakan seperti dipakaikan oleh pak bayu seadanya. Saya pun berusaha memaggil istri saya, “mahh, kok bobo di situ sih… mahhh….” Tetapi sepertinya memang istriku tertidur pulas tidak ada jawaban darinya. Aku lapar sekali, akhirnya aku membuat indomie sendiri, saya tidak melihatmadanya tanda-tanda pak bayu di sekeliling rumah apakah ia sudah pulang? Seusai saya makan, saya kembali ke dalam kamar. Waktu menunjukkan pukul 21.00, saya melihat istri saya masih tertidur pulas sekali. Namun, yang tak kuduga-duga ternyata pak bayu belum pulang ia kembali menjaga istri saya yang sedang tidur. Ia bersembunyi entah di mana. Pak Bayu juga tertidur di sebelah istri saya. Sayapun ketiduran karena lelah.

Sekiranya Pukul 01.30, saya mendengar ada aktifitas di luar sana, saya kembali mengintip. Ternyata saya melihat dengan sangwt tidak percaya Pak Bayu yang sudah segar bugar sehabis mandi, dan istri sayapun sudah kembali bersih. Mereka berdua telanjang bulat di ruang tengah dengan pakaian istri saya serta pak bayu berserakan dari ruangan depan hingga ruang tengah. Terlihat istri saya sedang terbaring mengangkang di mana pak bayu sedang menghujam-hujamkan senjatanya ke arah rahim istri saya. Racauan istri sayapun berbeda, “paaahhh…. ohhh…. sssshhhh….” Pak Bayu sambil terus menggenjot berkata, “ya mahhh… enak yah…. mamah suka?” Istriku memandang pak bayu dengan penuh arti, “papah hebatt…. aku…. i…stri..mu….. hari ini… oughhhh….” Pak Bayu tertawa sambil bertanya, “loh!? Mas Naryo gmn dong?” Istriku sambil memjamkan mata menengadah ke atas berkata, “Aku… sukaaaa…. papah…. ba…yu…” Tidak jelas maksud istri saya, papah baru atuh papah pak bayu. Pak Bayu kembali menggoda, “mamah harusnya izin dulu dong sama mas naryo.” Istriku mendesis keenakan, “ssshhhhh…. i… i..yaaaa…. ouuughhhh…. terussss…hh…” Pak Bayu terus menkan, “izinnya gimana emangnya mah?” Istriku berkata kecil, “sssshhhh….. mas … izinnn…..” Pak Bayu terus saja melecehkan harga diri istri saya, “yah mahhh…. mana dengar kalau begitu…” Istriku benar-benar sudah di samudra api, berteriak kecil, “MASS…. NARYOOO… IZINNNN…” Pak Bayu belum juga puas, lalu ia mengancam ingin mencabut senjatanya dari liang kenikmatan istriku, “izin apa itu? mas naryo mana ngerti? kalau belum izin saya sudahi aja deh yah ga enak sama mas naryo. heheheee…” Istriku melotot dan berteriak lagi, “JANGAN DONG!!! SSHHHH…. OUGHHHH…. MAS NARYOOO..YOLA IZINNN…. BOLEH DIGAGAHI PAPAH BAYU MALAM INI SAJA!! …. PA…PAHH BAYUUUUUU… HE….BAATTTT… MAASSS… Y…OL…..A…. SU….KAAAAAAAAAAAAAAA……..!!!” Istriku mendesis dan meracau terus, “yolaa…. ouggghhh…. puuuaasss….. gil..aaaa…. enaakkkkkk banggeeettttt…. papahhhh terussss….” Pak bayu hanya tertawa sambil terus menggenjot istri saya, namun, istri saya masih terus meracau, “ouuuggghghhhh mas naryoooo….. istrimuuuu…. ketagihannnnn milik papahhhh bayuuuuu….. bessaaarrrrrr…..” Istriku benar-benar liar dengan bayu, saya mendengar caci maki itu, tidak bisa berhenti beronani, peandangan ini, sensasi ini, benar-benar tak terlupakan. Memang hingga kini menurut saya istri saya paling liar adalah bersama pak bayu. Istri saya meracau lagi, “mas naryoooo yola…..digagahi…. papah…. bayuu…. yollaaa…. digaghiiii…..mpapah bayuuuuuu…. papah bayuuuuuu gagahhhhhh….. hebatttt….. yolaaaa…. ga taaa…hannnm… mau keluarrrrr….. ougghghhj….” tetapi dengan cepat pak bayu melepaskan senjatanya dan menampar wajah istri saya “PLAK!” Sehingga orgasmenya tertahan. Tetapi bukannya marah malah istri saya berusaha menggapai senjata pak bayu untuk dimasukkan lagi tetapi pak bayu malah berjalan mundur menjauhi istri saya. Istri say merangkak memelas agar di kasih senjata hitam tersebut. “Papahhhh…. jangan gitu donggg…. puasin mamaahhh… aku mohonnnnm….. pah…” Pak Bayu bertanya, “kamu mau apa?” Istriku tanpa ragu-ragu berkata, “mau dipuaskan oleh ****** papahhhhh…. yang bessaarrrr…” Saya menyaksikan ini, darahku berdesir keras sekali, dan onanikupun sudah akan segera mencapai puncaknya tetapi saya tahan karena saya yakin malam masih panjang banyak aksi-aksi gila pak bayu terhadap istri saya. Oh pak bayu, saya izinkan kamu puaskan istri saya jangan kamu siksa seperti itu. Itu yang ada dalam pikiranku saat itu.

Namun pak bayu berjalan ke arah ruang tamu dan membuka pintu depan sambil berkata kepada istriku yang berjalan lemas, “kalau kamu mau kamu harus mendapatkannya…” Sambil terus berjalan ke arah pagar rumah istriku hanya mengikuti saja. Akupun mencari posisi tepat di luar kamar untuk dapat melihat mereka lebih jelas. Waktu menunjukkan pukul 02.30 pagi, tidak ada orang di jalanan dan sepertinya sangat sepi istriku mengikuti pak bayu berdiri di dekat pagar rumah yang masih terkunci. Lalu dari arah dalam menghadap jalanan, istriku bertumpu pada pagar dengan tubuh telanjangnya di halaman rumahku, pak bayu menyodokkan senjatanya dari belakang. Saya tidak dapat melihat jelas dari posisi ini karena tubuh istri saya tertutup oleh tubuh pak bayu seluruhnya. Akan tetapi, sedikit-sedikit saya dapat melihat bahwa tubuh istri saya berguncang hebat menggoyangkan pagar sehingga bergetar hebat. Istriku terdengar mendesis, “oussshhhhhhh……. sssshhnmmmm..” Sambil terus menghujamkan senjatanya pak bayu berkata, “enak mah?” Istriku menengok dan mengangguk sambil menatap sayu ke arah Pak Bayu. Pak Bayu bertanya lagi, “dingin mah? di luar seperti ini?” Istriku mengangguk lagi. Pak Bayu berkata lagi, “ooghhh akan kupuaskan kamu mahhh…. kuhangatkan tubuhmu…” Istriku menjawab, “i…yaaahh… pahh… terusshh… puas… puass…” Istriku semakin liar, ia meracau, “uuugghhhh…. hmpphhhh…. bessaaaarrrr…. ennakkkkk…. teruusss… AAAHHH KEEE…LUUU…AA…”. “PLAAAAKKK!!!”, tiba-tiba saja Pak Bayu menampar pantat istriku. Dan, sepertinya istriku tidak jadi mencapai orgasmenya lagi karena tamparan keras di pantatnya itu. Istriku terpekik, “ADUHHH!!!!” Tamparan selanjutnyapun datang lagi, “PLAKKK!!” Istriku terpekik lagi, “AAAHHHH SAKITTTT!!!” Sekali lagi Pak Bayu menampar pantat istriku, “plakkkkkkkk” Istriku berteriak keras sekali, “AAAAAAGGGGHHHH JANGAN SIKSA AKU MASSSS…!!! AMPUNNNNN AMPPUUNNN!!!” Tetapi Pak Bayu tidak perduli sama sekali, ia menampar lagi pantat istriku dengan keras, “PLAK!!!” Istriku berteriak lagi, “AMPUNNN!!! SAKITT!!!” Tiba-tiba, saya melihat istriku melepaskan senjata Pak Bayu dari tubuhnya dan menggandeng Pak Bayu ke pepohonan di dekat Pagar situ. Istriku bersembunyi bersama pak bayu di sana. Sepertinya mereka mendengar seseorang berjalan di jalanan. Lalu benar saja, itu adalah Pak Mamat dan Pak Nizam yang sedang berkeliling. Pak Nizam ini adalah salah satu penjaga ronda bersama Pak Mamat dan Pak Bayu. Mereka memeriksa keadaan di rumahku mungkin karena mereka mendengar teriakan istriku tadi. Namun, setelah memeriksa ke sana kemari Pak Mamat mendapati pintu depan rumah saya masih terbuka! Maka dari itu seperti biasa mereka harus membangunkan sang pemilik rumah untuk menutup pintu itu. Pak Mamat pun bersiap mengetuk pagar. Namun, istriku sepertinya mengetahui hal tersebut. Tepat sebelum Pak Mamat mengetuk pagar rumah kami, mungkin karena takut saya terbangun jika Pak Mamat mengetuk pagar. Istriku berpura-pura keluar dari persembunyiannya dan berjalan ke arah samping rumah. Pak Mamat tidak jadi mengetuk pintu, ia terkaget-kaget matanya terbelalak lebar menyaksikan tubuh telanjang istriku mengkilat penuh keringat dan tubuhnya memar merah-merah sehabis disiksa oleh Pak Bayu terutama dadanya, pipinya, pantatnya, serta lehernya.

Mereka benar-benar terbelalak dan tidak mampu berkata apa-apa, lama sekali sepertinya mereka terdiam. Dan, istriku berjalan sambil berpura-pura mencari sesuatu di tanah ke arah samping rumah. Saya rasa istriku berharap bahwa mereka tidak akan memanggil istriku melainkan melarikan diri melihat istriku telanjang bulat seperti itu. Tetapi, Pak Nizam memang pria yang lebih berani dari Pak Mamat, ia memanggil istriku, “ibu kok malam-malam begini di luar rumah? tidak berpakaian lagi?” Istriku berpura-pura kaget, “aduhh!!!” Sambil menutupi bagian tubuh yang bisa ia tutupi. Walaupun tidak mungkin dapat menutupi tubuh telanjangnya hanya dengan kedua tangannya. Namun, istriku sambil terbata-bata menjawab, “aduhh!!! Pak Mamat, Pak Nizam, bikin kaget saja.” Mereka, hanya terdiam memandangi tubuh bagian depan istriku yang terlihat sangat ‘hot’ dengan semua memar tersebut. Istriku melanjutkan, “Saya tadi ada tikus pak, saya pukul-pukul tidak kena malah lari ke luar. saya kejar-kejar terus habis. Takut masuk lagi ke rumah.” Pak Nizam berkata dengan nada ringan, “oh, saya bantu saja ya bu. Ibu pakai baju dulu masa malam-malam begini telanjang di halaman rumah.” Istriku berusaha menjawab, “engg.. anu pak tidak usah… biar saja mungkin tikusnya sudah lari… saya kembali ke dalam dulu ya bapak-bapak…” Namun, istriku berjalan dengan sedikit berlari ke arah dalam rumah, saya pun segera bergegas masuk kembali ke dalam kamar untuk dapat terus mengintip istri saya. Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.30 pagi, istriku menutup pintu depan rumah, dan mengintip dari jendela menunggu Pak Mamat dan Pak Nizam pergi. Saya tidak tahu Pak Bayu sedang berada di posisi mana karena saya tidak dapat melihatnya dari dalam kamar. Lalu, sekiranya keadaan sudah aman, istriku keluar lagi dan mencari Pak Bayu. Saya menunggu beberapa saat memastikan bahwa istri saya tidak kembali lagi ke dalam untuk dapat keluar kamar mengintip aksi mereka lagi. Lalu sekiranya 5 menit berlalu, saya keluar kamar dan mendapati Pak Bayu sedang berdiri di halaman rumah tetapi kali ini tidak bersandar di pagar, sedangkan istri saya, yola, wanita yang benar-benar liar malam ini. Sedang berlutut di tengah-tengah selangkangan Pak Bayu, menghisap mengulum menjilat kejantanan Pak Bayu yang mungkin tadi telah menyusut karena Pak Nizam dan Pak Mamat datang. Istri saya mengulum senjata hitam itu dengan sangat telaten dan nikmat sekali. Air liurnya membasahi buah zakar dari Pak Bayu. Istriku sepertinya benar-benar bangga dan kagum dengan senjata Pak Bayu ini. Apakah istriku ini benar-benar kecanduan penis Pak Bayu? Saya tidak mau terlalu berpikir panjang, sayapun telah menyusut senjatanya karena Pak Mamat dan Pak Nizam tadi. Sekarang saya mulai beronani lagi menyaksikan istriku yang benar-benar kecanduan senjata Pak Bayu ini. Sekiranya 15 menit istriku menghisap kemaluan Pak Bayu, dengan kasar Pak Bayu menjambak rambut istri saya sambil menengadahkan wajahnya ke arah nya. Lalu, menjejalinya dengan senjatanya lagi, kali ini Pak Bayu yang mengontrol bagaimana keluar masuknya senjata itu di mulut istri saya. Saya melihat istri saya kesulitan karena senjatanya itu dipaksakan untuk dimasukkan sedalam-dalamnya ke dalam mulutnya. Setelah beberapa saat, Pak Bayu mendorong istri saya dengan kasar hingga terjatuh terbaring di tanah yang kotor itu, dan ia memposisikan dirinya di selangkangan istri saya. Istri saya hanya diam saja mengikuti permainan kasar Pak Bayu. Diarahkannya senjata hitam penuh air liur istri saya itu ke dalam liang senggama istri saya. Blesss… Masuklah sudah senjata itu tanpa kesulitan karena memang sudah sangat licin. Istriku terpekik kecil, “ouuugghh…” Pak Bayu mulai menggoyangkan pinggulnya untuk menusuk-nusukkan senjatanya ke dalam rahim istri saya. Irama Pak Bayu langsung meningkat tanpa berlama-lama lagi, Pak Bayu semakin kencang dan kasar meremas-remas menjambak-jambak rambut istri saya. Memilin dan menarik puting istri saya. Sesekali menggigit payudara istri saya. Menampar dada istri saya ke kiri dan ke kanan. Istri saya hanya berteriak-teriak berulang-ulang, “AAHHHH… OUUGHHH… SSSHHH… AHHH…. AWWWWWWW…. ADDUUHHHH… OUUGGGHHH… SSSHHHHH…” Pak Bayu semakin cepat menghujamkan pinggulnya ke arah selangkangan istri saya, terdengar suara, “plok… plokk… plokk” Tanda pinggul mereka bertabrakan, sekaligus tanda bahwa senjata Pak Bayu benar-benar masuk seluruhnya ke dalam tubuh istri saya.

Saya sendiri dalam posisi ini, beronani dengan sangat cepat sekali. Ahh… gilaa… seru sekali dalam batinku. Panas sekali permainan ini. Sekali lagi saya melihat istri saya meracau tidak karuan, “sshh…. terusss… gill…aaaa…. enn…aaakkkk … maass… paaahhh…. aAaaAAAaaaahhhhhHhhhHhhHhhhh……..” Lenguhan panjang istriku terdengar cukup nyaring. Dan akupun mencapai ejakulasiku yang entah keberapa kalinya hari ini. Istriku nampak sudah mencapai orgasmenya. Tak lama kemudian, Pak Bayupun mencapai puncaknya, “akuuuu keluarrrr… uuuugghghhhh…” Istriku terlihat menggapai Pantat Pak Bayu dan menusukkan lebih dalam ke arah selangkangannya menyambut lahar panas Pak Bayu yang ditumpahkan di dalam rahimnya. Aku tidak mengerti apa maksud dari ini semua, apakah istriku berniat dihamili oleh Pak Bayu? Pikirankupun sudah berkecamuk tidak jelas. Tidak dapat berpikir mana yang benar dan salah lagi. Semua sudah terjadi begitu saja. Jika benar nanti istriku hamil, maka itu adalah anak dari Pak Bayu. Aku benar-benar marah cemburu ingin membunuh Pak Bayu dengan tanganku sendiri. Tetapi apa daya suami yang lemah ini aku hanya pasrah seharian melihat istriku digauli oleh pria semacam itu.

Terlihat, Pak Bayu telah usai dari aksi pergumulan ini. Ia berdiri sambil tersenyum ke arah istriku yang masih terbaring lemas di tanah halaman rumah. Pak Bayu meninggalkan istriku begitu saja dan berjalan ke arah Kamar Mandi belakang untuk membersihkan dirinya. Aku melihat waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi, sangat berbahaya jika mereka masih meneruskan permainan ini di halaman rumah. Karena pukul 04.30 sudah mulai banyak orang berjalan melintasi jalanan depan rumah untuk pergi ke mesjid di pagi hari. Tidak lama kemudian saya melihat istri saya bangkit berdiri dan berjalan menuju dalam rumah. Sayapun berlari ke kamar tidur untuk bersembunyi. Saya melihat istri saya mengambil beberapa pakaian Pak Bayu yang berserakan di rumah kami. Celana dalam hitamnya, celana panjangnya, kaosnya. Lalu istriku beranjak ingin masuk ke kamar tidur akupun memposisikan diri untuk tidur. Istriku masuk ke dalam kamar, menyalakan lampu kamar dan mencari handuk di dalam laci. Saya sesekali membuka mata mengintip istri saya yang sedang membuka laci tersebut. Tampak jelas terlihat tubuhnya penuh memar merah, berpeluh keringat, bau sperma yang sangat kuat, rambut acak-acakan dan tubuh penuh dengan tanah kotor karena berbaring di halaman tadi. Setelah mendapatkan salah satu handuk yang biasa aku gunakan untuk mandi. Istriku beranjak ke arah dapur untuk keluar melalui pintu belakang ke arah kamar mandi tempat Pak Bayu sedang membersihkan badan. Istri saya menggantungkan baju pak bayu di sebelah kamar mandi serta handuk tersebut. Lalu ia membuka pintu kamar mandi pak bayu dan mengikuti Pak Bayu di dalam kamar mandi. Di posisi ini saya dapat dengan mudah melihat kamar mandi karena seperti yang sudah saya pernah ceritakan berulang-ulang kamar mandi kami terletak berseberangan dengan kamar tidur kami. Istri saya nampak cekikikan bercanda dengan pak bayu, sambil membasahi tubuhnya sesekali istriku menyenggol-nyenggol senjata pak bayu berharap agar keras lagi sepertinya. Apakah benar-benar istriku sudah kehilangan akal sehat? Apakah sebegitu berharganya penis pak bayu ini baginya? Namun, pak bayu sendiri juga bercanda-canda dengan menyentuh dada istri saya berulang-ulang. Istri saya berkata kepada pak bayu, “pah… saya bersihkan punggungnya yah…” Pak Bayu pun membalikkan badan dan berkata, “boleh…” Istri saya dengan telaten menggosok badan pak bayu dari belakang, hingga ke depan dan kembali lagi ke senjata pak bayu sambil bercanda-canda dan cekikikan lagi. Pak Bayu berkata, “ya ampun, mamah masih mau?” Istriku tidak menjawab cuma cekikikan saja sambil terus menggosok-gosok senjata pak bayu itu. Pak Bayu menimpali lagi, “mamah megangin itu terus minta lagi yah?” Istriku menjawab kali ini, “abis lucu sih pah dari kecil begini bisa membesar seperti tadi, hihihi…” Namun, kali ini Pak Bayu gantian yang membersihkan tubuh telanjang istriku yang sudah hancur lebur baik luar maupun dalam. Luar, penuh memar merah merah dan tanah kotor serta peluh keringat dan sperma. Sedangkan dalam, sperma pak bayu bertebaran di dalam rahim istriku yang mungkin sedang berenang-renang mencari sel telur untuk dibuahi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 pagi, Aku sendiri benar-benar lelah hari ini, aku sangat mengantuk karena mungkin terlalu lelah. Akhirnya aku memutuskan untuk menghentikan aksi pengintipan hari ini. Lagipula mungkin Pak Bayu akan pulang setelah ini. Akupun akhirnya tertidur pulas sekali.

================================================== =

Sekiranya aku terbangun dari tidur panjang pukul 16.00 siang hari pada hari minggu, saya melihat istri saya tidak ada di ranjang sebelahku. Dan sepertinya ia tidak tidur di kamar karena posisi seprei ranjang tidak berubah, apakah ia tertidur di depan lagi? Sayapun mengumpulkan tenaga untuk bangkit keluar kamar. Saya mendapati rumah dalam keadaan terkunci rapat dan tidak melihat adanya tanda-tanda istri saya di rumah. Kemanakah ia pergi? Makanan juga belum disediakannya biasanya di meja makan selalu ada makanan. Mengapa kali ini tidak ada makanan? Saya melihat-lihat kesekeliling rumah dan tidak juga mendapati istri saya. Saya memutuskan untuk mandi dan membersihkan badan terlebih dahulu baru melanjutkan mencari istri saya. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 sore hari. Saya melihat kunci rumah dibawa oleh istri saya. Saya mengambil kunci cadangan dan keluar rumah, apakah ia pergi ke warung atau pasar. Saya tidak tahu ke mana ia pergi. Namun, saya mencari ke arah warung tidak ada tanda-tanda Yola istriku. Sayapun memutuskan untuk berjalan ke arah rumah Pak Bayu yang letaknya agak ke belakang dari desa ini. Namun, perjalanan rumah pak bayu cukup jauh karena letaknya agak terpisah dengan kompleks desa ini. Dan jika kalian tahu rumah desa yang terbelakang seperti ini jaraknya sangat jauh-jauh. Sekiranya rumah Pak Bayu sudah terlihat di pandangan saya. Aku menguatkan hati dan berjalan melangkah ke arah rumah Pak Bayu bermaksud mengrebek mereka kali ini karena ini sudah kelewatan. Sekiranya beberapa kaki lagi mencapai rumah Pak Bayu, saya mendengar suara yola, istriku berteriak, “AAAHHHHH… OOOHHHHHHH… UHHHHHHHHH……” Darah sayapun langsung berdesir kencang, jantungku terasa berhenti, langkah kakiku rasanya berat sekali. Tetapi tetap ku usahakan untuk mengendap-endap ke rumah Pak Bayu yang tidak memiliki pagar itu. Rumahnya masih sangat kuno terbuat dari kayu. Terdengar lagi teriakan istriku, “AAAAAAAHHHHH…. SSSSSHSHHHHHHHHHH… IIIIISSSHHH… UUHHHHHH…. OOOOOUUGGGHHH…. PAKKKK MAMAAATTT…”

APAAA?!?!? PAK MAMAT?? Ada apa ini sebenarnya??? Saya mendengar istriku meneriakkan Pak Mamat??? Pikiranku hatiku sudah hancur berantakan. Tidak ada lagi yang dapat aku lakukan. Aku mengendap-ngendap seperti maling di rumah Pak Bayu. Mencari celah untuk mengintip, ternyata tidak usah dicari celah, dapat terlihat dengan jelas sekali dari posisi segini. Sekiranya 5-10 meter dari rumah Pak Bayu terlihat ada jendela dari kayu yang tidak ditutup, saya melihat di situ ada 3 insan yang telanjang tanpa mengenakan pakaian apapun. Istri saya terlihat sedang digenjot dari belakang oleh Pak Mamat sedangkan tangan istri saya sedang mengulum kemaluan Pak Bayu yang berdiri di depannya sambil Pak Bayu meremas-remas rambut istri saya. Saya mendengar Pak Bayu berkata, “mahhh… teriak saja sepuasnya di sini jangan malu-malu… kita jauh dari desa kok… tidak akan di tangkap Pak Mamat seperti waktu di rumah kemarin hehehe…” Istriku tidak menjawab malah berteriak lagi, “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……. …… SSSSSSSSSSSSSSSSSSSHHHHHHHHHHHHHHHHH……. OOOOOOOOOOHHHHHH…….. ENAAAKKKKKKKKKK…. IIIIYAAAAAHHHHHHHHH… ENAAKKKK…. SUKAAAAAAAAAAAAAA……” Hancur sudah hatiku rumah tanggaku hidupku. Tidak ada lagi yang dapat aku lakukan untuk menyelamatkan istriku ini. Sepertinya memang ia sendiri yang meminta ini semua terjadi. Aku pasrah tidak dapat berkata-kata. Aku berpikiran untuk menceraikannya. Tetapi senjataku, SENJATAKU BANGUN LAGI! Ah brengsek sekali. Mengapa di saat seperti ini senjataku bisa bangun? Lamunanku di hamburkan oleh Pak Mamat, “Ibu Yola… ibu Yola… suka ****** yah?” Sambil mempercepat genjotannya kepada istriku, istriku diam saja tidak menjawab karena sedang sibuk mengulum senjata pak bayu. Pak Bayu melepaskan senjatanya dan berkata kepada istriku, “ditanya tuh sama pak mamat kok diam saja?” Istriku menengok ke arah Pak Mamat dan berkata, “su…kaa… sshhh…” Pak Mamat berkata lagi, “Bu Yola, enakan mana saya sama Pak Naryo?” Istriku hanya diam lagi. Pak Bayu berpindah posisi ke sebelah Pak Mamat dan menampar pantat istriku, “PLAAAKKK” Sambil berkata, “Hayo jawab yang jujur mau saya berikan hukuman?” Istriku terpekik, “Aduuhh!!!” Tetapi istriku masih diam saja tidak menjawab pertanyaan itu, istriku masih menikmati genjotan Pak Mamat itu. “PLAAAKKKK” “Hayo jawab! Atau saya hukum lebih keras lagi”, teriak Pak Bayu. Istriku terpekik, “Aduhhh!! Ampuunnn sakittt!!!” Pak Bayu menampar lagi, “PLAKAKKK!! JAWAB!” Istriku akhirnya berteriak, “SAKITTTT… PAK MAMAAAATTT… LEBIH HEBAAAATTT… YOLAAA… SUKAAAAAA…. MAMAATTTT..” Pak Mamat melihat ke arah Pak Bayu sambil tertawa-tawa lepas karena kemenangan ini. JLEBBB!!!! Seperti ada sebilah Pedang menancap di jantungku. OH TIDAK!!! Keterlaluan sekali perbuatan mereka ini.

Hari terlihat sudah mulai gelap, waktu mungkin menunjukkan sudah pukul 18.00 karena saya tidak memiliki jam di sini. Lalu terlihat keadaan sekitar sudah sangat gelap, akupun tidak membawa senter. Pak Mamat masih asik menikmati istriku, dan juga sebaliknya istriku masih asik menerima genjotan pak mamat. Sedangkan Pak Bayu, berjalan ke arah luar untuk menyalakan petromax miliknya. Ia memang masih termasuk orang yang miskin di desa ini. Ia tidak memakai listrik untuk lampu. Ia menyalakan petromax dan lilin. Lalu, meletakkannya di dalam kamar perzinahan itu. Suara di sekitar sangat sepi, hanya suara jangkrik, kodok, dan suara desahan istriku, “aahahh…. sssshhh.. uuhhhh.. ooohhh…” Plok plok plok suara hantaman paha Pak Mamat ke pantat istriku. Dada 34 C milik istriku pun terus berguncang hebat. Pak Bayu sedari tadi hanya duduk menonton saja, namun dia mengambil inisiatif untuk mengambil lilin di sebelahnya. Dan ternyata… yang tidak di sangka-sangka oleh istriku bahkan aku. Pak Bayu meneteskan lilin itu di atas punggung istri saya. Tess… Istriku terpekik hingga terlepas dari genjotan Pak Mamat sambil menatap marah ke arah Pak Bayu. “Panasss…” begitu katanya. Namun, pak bayu mengatakan, “mah… mamah percaya aja deh sama papah… nanti mamah pasti suka…” Istriku masih kepanasan memegang punggungnya lalu tak lama kemudian menungging lagi memposisikan pantatnya terbuka lebar di hadapan Pak Mamat, mengharapkan Pak Mamat memasukkan senjatanya lagi. Dan baru kali ini aku melihat secara menyeluruh senjata Pak Mamat, bahwa ternyata senjata itu mirip Pak Bayu besarnya bahkan mungkin lebih besar, dan kali ini berwarna hitam. Tidak lagi hitam kecoklatan. Pantas saja istriku suka dengan senjata pak mamat daripada saya. Namun, Pak Mamat mengarahkan kembali senjatanya itu ke dalam vagina istriku yang menganga itu. Istriku terpekik pelan, “uhhhhh…” Pak Mamat mulai menggoyangkan pinggulnya secara perlahan namun pasti. Sekiranya istriku sudah merasa nyaman, Pak Bayu menumpahkan lilin itu lagi di punggung istriku. Tess… Istriku berteriak, “Panasss paahhh…” Tanpa menghiraukan kata-kata istriku, Pak Bayu meneteskan lagi lilin itu. Tess… “Aduhhh!!!” Istriku terpekik lagi tetapi lebih pelan dari sebelumnya. Lalu, tetesan selanjutnya terus di teteskan secara perlahan, istriku terpekik-pekik hanya tidak menolaknya, “Aaahhh… Awww.. duhhh… panass.. ahhh… oohhh… uhhh…” Tiba-tiba saja dikejutkan dengan Tamparan keras di pantatnya oleh Pak Mamat, “PLAKKK!!!” Istriku teriak kali ini, “ADUHHH!!!” Pak Mamat berkata, “ibu suka diginiin?” Istriku diam saja hanya mendesis, “ssssssshhhhhhhhhhhh………..”

“PLAKKK” sebuah tamparan keras dari Pak Mamat lagi untuk istriku. Istriku tetap diam dan mendesis, “ooohhhhhhh…….” Tetesan demi tetesan tamparan demi tamparan diberikan kepada istriku. Pak Mamat akhirnya berkata lagi, “Ibu suka diginiin?” Istriku tetap diam karena mungkin ia sebenarnya tidak suka perlakuan kasar seperti ini. Tetapi kalau tidak suka kenapa malah mendesis? Dalam batinku. “Plakkkk….” ternyata Pak Bayu berpindah ke depan muka istriku dan menampar wajahnya sambil berkata, “jawab kamu lonthe!” Istriku menatap marah ke arah Pak Bayu. Akupun menatap pak bayu sangat marah dari posisi ini. Itu istriku!!! Brengsek! Istriku ditampar lagi oleh Pak Mamat, “Jawabbb!!!” Plakkk ditampar lagi oleh Pak Bayu sambil di tetesi lilin panas itu. Pak Mamat mempercepat kocokannya, istriku melenguh, “ooooouuuuugghhhhhhhh……..” Plakkk… plakkk tamparan semakin keras dan sakit. Istriku berteriak, “SAKITT!! AMPUNNN. IYAAAHHH SUKAAAAAAAAAAA… SUKAAAAAA… SUKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…. SAKITTT…. ENAAAAAKKKKKKK!!!” Namun, Pak Bayu tetap menampar wajahnya, “Kenapa lama jawabnya lonthe?!” Istriku sedikit mengeluarkan air mata dan berteriak, “SUKAAAAAAA!!! AMPUNNN!!!! IYAAAA …. OUUGGHHH… AKU… LONTHEEE…. PUASSKAN AKUUUU… SIKSAAA AKUU… GAGAHI AKU… OHHHHHH….” Pak Bayu dan Pak Mamat tertawa keras sekali. Akupun tidak percaya akan kata-kata istriku itu. Pak Bayu menanyakan lagi, “mah… mamah mau menginap lagi di sini malam ini kayak tadi pagi?” HAHH?!?!? Jadi tadi pagi istriku tidur di sini? Pantas saja kamar ku kenapa masih bersih??? Apa sebenarnya yang terjadi ketika istri saya sedang mandi ber-dua dengan Pak Bayu??? Mengapa menjadi begini??? Lalu, istriku sambil ter-engah-engah berusaha menjawab, “oohhh… ahhh… uhhh… ja… ngan mass…” Terlihat Pak Bayu memberikan kode kepada Pak Mamat imtil terus menggenjot istri saya tanpa ampun, karena sepertinya ia akan segera klimaks. Istri saya pun sudah terlihat ingin mencapai orgasme nya. Namun, seperti biasa, Pak Bayu berengsek ini tidak begitu saja mengizinkan istriku mencapai orgasmenya, ia menampar pantat istriku lagi, Istriku yang sudah mendesis-desis hampir keluar, “AAHHH… Akuu… Mauu… Ke…. (Plakkk)… ADUUUH!!!! SAKITTT!!!” Istriku menengok memelas ke arah Pak Bayu dan berkata, “Pahhh… izinkan aku… ougghh… keluaarrr pahhh… ssshhhh… aku mohonnn…” Terlihat Pak Mamat, menggenjot istri saya semakin cepat dan heboh dari belakang, badan istri saya bergetar hebat, dadanya berguncang dan saling beradu kiri dan kanan. Tetapi Pak Bayu hanya cengengesan dan berkata, “Kalau kamu mau orgasme kamu harus menginap di sini malam ini.” Istriku langsung menjawab dengan lantang, “tapi mas naryo pahh tidak akan bisa pahh… jangan hari ini besok aku harus bekerja.” Tiba-tiba Pak Bayu mengambil lilin lagi dan meneteskannya kali ini di daerah pantat istriku, “Aduuhh panasssss!!!” Istriku berteriak kesakitan.

Pak Bayu hanya bertanya, “jadi apakah kamu mau menginap di sini malam ini?” Istriku menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus berguncang tubuhnya menerima tusukan Pak Mamat, karena memang dia harus pulang kalau tidak bagaimana dengan saya ataupun kerjaannya besok? Namun, Pak Bayu lagi lagi memberikan kode kepada Pak Mamat, Pak Mamat mempercepat lagi iramanya dan meremas-remas dada istri saya dari belakang. Pak Bayu menjambak rambut istri saya yang panjang itu ke arah belakang lalu bersiap-siap menampar pantat istri saya lagi. Sekiranya istriku akan segera mencapai orgasmenya lagi, “AAAHHHH… SSSHHHH… ENAAAAKKK… SUKAAAAa… BESAAAARRRR… TERUSSSHHH…” Tiba-tiba, PLAKK!!! Tes tes suara lilin ditaburkan di pantat yang di pukulnya. Istriku berteriak lagi, “GILA!!! SAKIT MASSS AMPUNN DONG JANGAN SIKSA BEGINIIII!!! SAKIT MASS… AKU INGIN KELUAR MASSS…” Istriku terlihat benar-benar marah atas perlakuan ini. Akupun merasa sangat marah sudah di ubun-ubun kepala. Pak Mamat sepertinya benar-benar sangat kenikmatan menyaksikan ini semua, lalu Pak Mamat tak lama berteriak, “OHHHHHHHH….” Tanpa basa basi bertanya kepada yola keluar di luar atau di dalam. Pak Mamat menghujamkan sedalam-dalamnya senjata miliknya itu ke dalam liang kewanitaan istriku dan, serrr…….. tumpah sudah lahar panas putih itu di dalam rahim istri saya. Istri saya terlihat sangat kecewa kepada Pak Mamat, sambil berkata, “jangan di dalaaammmm…. aduhhh… Pak Mamat gimana sihh!!!” Memang seperti yang kalian ingat bahwa istri saya dalam keadaan subur. Pak Mamat hanya tersenyum sambil berkata, “maaf bu, habis pantat ibu seksi sih.” Begitu saja katanya. Istri saya terkulai lemas di ranjang milik Pak Bayu sambil terengah-engah kelelahan melayani kedua pria ini. Lalu, tanpa membiarkan istriku beristirahat Pak Bayu menjambak rambut istri saya dan mengarahkan wajahnya ke arah senjatanya yang sudah layu untuk menyuruhnya mengulumnya. Istrikupun membuka mulutnya yang masih terengah-engah itu sedikit karena dia masih harus menarik nafasnya. Tetapi Pak Bayu dengan kasar langsung menjejali mulut istri saya yang seksi itu. Bagian-bagian tubuh istri saya yang saya banggakan adalah mulutnya yang seksi dan pantatnya yang bahenol. Yola, istriku terlihat gelagapan karena dijejali senjata hitam pak bayu. Namun, Pak Bayu tetap melanjutkan tusukan senjata kotornya ke arah mulut istri saya. Pak Mamat yang kelelahan sedang duduk di tikar di lantai belakang mereka. Sedangkan saya sudah mulai beronani sendiri menyaksikan aksi persetubuhan istriku ini. Setelah beberapa kali dengan kasar Pak Bayu menyodok-nyodokkan senjatanya ke mulut istriku. Senjata Pak Bayu sudah mulai keras lagi, ia mengarahkannya ke arah kemaluan istriku dari belakang lagi. Perlahan nanmun terpekik istriku merasakan nikmat di kemaluannya. Lalu, Pak Bayu mulai menggoyangkan kembali pinggulnya menghujam-hujamkan kemaluannya ke arah liang rahim istriku. Tanpa membutuhkan waktu yang lama karena mungkin istriku sudah sangat bernafsu ketika melakukan persetubuhan dengan Pak Mamat, istriku langsung mendesis-desis keenakan, “oougghhh…. uuhhhhhh…. hufffffhhh…. ssssshhhhhhh……..” Pak Bayu bertanya perlahan, “enak mah?” Istriku mengangguk-ngangguk sambil terus berguncang. Pak Bayu bertanya lagi, “nanti inap saya yah mah?” Istriku menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berguncang. Lalu, Pak Bayu terlihat agak sebal atas keangkuhan istriku ini, lalu ia menyuruh Pak Mamat mengambil lagi lilin itu. Lalu, meneteskannya di pantat istriku. Istriku kali ini tidak terpekik atau apapun dia hanya diam saja di tetesi lilin itu. Apakah sudah tidak merasakan sakit? Ataukah sudah di ambang kenikmatan? Istriku hanya mendesis-desis ringan, “ssshhhhhhh…. ohhhhssss……….. ihhhhhhhhhhhsssss…” Seusai itu, Pak Bayu ingin tetap mencari cara agar istriku dapat menginap lagi malam ini. Saya tidak tahu sekarang sudah pukul berapa karena saya tidak membawa jam. Yang pasti langit sudah sangat gelap mungkin sudah sekitar pukul 20.00 malam. Bisa dikatakan istriku berada di rumah Pak Bayu sudah hingga larut malam. Memang rumah pak bayu ini seperti pondok kecil yang cukup jauh dari pemukiman desa jadi sangat sepi di sini. Pak Bayu mengguncang-guncangkan istriku dengan sangat keras sekali hingga terdengar suara “plok plok plok” seperti paha mereka sedang beradu. Istriku merasakan kenikmatan tiada tara ia mendongakkan kepalanya ke atas sambil meremas memilin dan menarik putingnya sendiri tanpa ampun. Istriku mendesis kencang, “AHHHHH… SSSHHHH…. IYAAAHHH IYAHHHHH….” Tiba-tiba saja ketika istriku berada di puncak seperti itu, Pak Bayu melepaskan senjatanya. Istriku berteriak, “PAPAAAAHHHH!!! JANGANNN DONGGG!!! KU MOHONNNNNNNNNN!!!” Pak Bayu hanya tertawa dan Pak Mamat juga tertawa di sana. Namun, istriku yang terengah-engah melangkah turun dari ranjang mengejar kemaluan Pak Bayu dan menggenggamnya untuk dikulumnya namun Pak Bayu menghindari istri saya. Pak Bayupun berkata sambil berusaha menghindari kuluman istri saya, “jawab dulu, mau tidak inap di sini malam ini?” Istriku tetap mengejar kemaluan Pak Bayu yang keras itu, tetapi tidak menjawab apapun. Pak Bayu bertanya lagi, “jika ingin mendapatkan kepuasan lagi mamah harus ikut bersama kami ronda malam ini.” Istriku melotot ke arah Pak Bayu sambil berhasil mendapatkan kemaluan Pak Bayu dan langsung mengulumnya berkata sedikit, “tidak mau”. Lalu, Pak Bayu melepaskan lagi senjatanya dari mulut istriku. Istriku bernada sebal dan berkata, “aduh papah aku ga bisa besok harus kerja pahh lain kali deh bener.” Pak Bayu tetap berusaha mendapatkan istriku malam ini, “tidak papah maunya hari ini.”

Istriku namun berkata, “ya sudah aku pulang saja sekarang.” Namun, istriku beranjak berdiri dan mengambil dasternya siap memakaikannya ke pada tubuh telanjangnya dan ternyata istriku tidak membawa bra atau cd ke sini. Karena hanya memakai daster saja istriku langsung bersiap berjalan keluar rumah Pak Bayu. Namun, Pak Bayu menahan tangan istriku dan mencium bibir seksi istriku. Istriku nampak terhanyut lagi mereka saling berpangutan, mengulum lidah, mulut bibir, berbagi air liur. Nampak istriku sudah bernafsu sejak tadi sekarang semakin bernafsu. Daster istriku diangkat oleh Pak Bayu secara perlahan dan terlepaslah sudah kembali daster itu dari tubuh istriku. Sekarang nampaklah dua insan yang saling berpangutan ingin mendapatkan kepuasan dari persetubuhan. Lalu, Pak Bayu memberi kode kepada Pak Mamat untuk menyembunyikan daster istriku. Pak Mamat keluar dari rumah Pak Bayu dan menyembunyikan daster istriku itu di sebuah gentong di sekitar situ. Istriku masih terhanyut atas ciuman dan beberapa rabaan Pak Bayu terhadap tubuh istriku. Pak Mamat kembali dari luar ke arah dalam tanpa menutup pintu rumah itu, ia tertegun melihat pantat bahenol istriku yang terpampang di belakangnya. Pak Mamat nampak sudah bernafsu lagi, Pak Mamat kemudian segera bersiap melahap istriku lagi dengan melebarkan selangkangan istriku dan menjilati selangkangan istriku. Istriku nampak terhanyut atas aksi kedua pria ini. Istriku sudah lupa bahwa ia harus pulang karena sudah larut malam. Namun aku sendiri menyaksikan mereka dalam posisi ini sangat terhanyut atas nafsu dan kenikmatan. Darahku berdesir kencang sekali menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya di posisi apakah mereka akan melakukannya kali ini. Lalu, Pak Bayu melepaskan ciumannya dan mengulum dada istriku yang sudah sangat bernafsu ini. Dengan pintu pondok itu yang tetap terbuka sehingga semakin mudah saya melihatnya dari posisi ini. Pak Bayu memberi kode kepada Pak Mamat untuk menyingkir lalu menggandeng istriku keluar pondok sambil menoleh untuk memastikan keadaan sekitar apakah sepi. Setelah dirasa aman, istriku digandengnya ke arah samping pondok itu. Di situ ada meja yang biasa dipergunakan untuk duduk-duduk. Pak Bayu duduk di sana dan menyuruh istriku mengulum kejantanannya. Sedangkan Pak Mamat dari posisi belakang bersiap memasukkan lagi senjatanya ke dalam kemaluan istriku. Bless… masukklah sudah senjata Pak Mamat tanpa kesulitan dan istriku terpekik sedikit, “huffhfhhhhh…” Lalu, mulai digoyangkannya pinggul pak mamat itu, di hujamkannya senjata itu secara bertubi-tubi ke dalam kemaluan istriku. Sambil terus berusaha berkonsentrasi menghisap kemaluan Pak Bayu, istriku mendesis-desis kenikmatan yang memang sudah berkali-kali tidak didapatkannya karena di-‘tanggung-tanggungkan’ oleh mereka. Sekiranya dalam posisi seperti ini sudah berlangsung cukup lama saya tidak tahu sudah berapa menit tepatnya tetapi menurut saya sekarang waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 21.00 malam. Sudah saatnya bagi Pak Mamat dan Pak Bayu ronda malam ini namun, sepertinya acara ronda mereka akan tertahan karena mereka sedang sibuk me-‘ronda’ tubuh istri saya yang terpampang jelas telanjang di antara mereka. Terlihat sangat sekali tubuh istriku kontras lebih putih di bawah petromax itu ketimbang kedua pria yang sedang menikmati tubuh istriku itu. Saya sendiri melakukan onani lebih cepat lagi karena sudah mendekati puncaknya. Oh nikmat sekali onani di ruang terbuka seperti ini sambil menyaksikan kedua pria sedang menikmati tubuh istriku yang sudah penuh peluh keringat bau sperma dan memar-memar di tubuhnya di malam yang panjang ini. Hingga aku mengalami ejakulasi pertama kalinya di sini. Aku tidak memiliki tissue atau apapun untuk menadah lahar panasku sendiri akhirnya aku hanya menembakkannya ke tanah di dekat situ. Terdengar suara-suara rintihan dari istriku yang sedang di ambang kenikmatan, “ohhh… hmmphhhh…. ssshh…. hufffhhh… hmphhh…” Karena mulutnya masih penuh dengan senjata Pak Bayu, istriku tidak dapat merintih dengan bebas.

Mereka di dalam posisi itu cukup lama, hingga aku mendengar ada suara langkah kaki di belakangku, dan ternyata itu adalah Pak Yono dan Pak Risman yang sudah bersiap-siap ingin mengajak Pak Bayu dan Pak Mamat ronda seperti biasanya. Namun, sepertinya mereka terbelalak melihat apa yang tengah terjadi di sana. Melihat istriku sedang merintih-rintih dihimpit oleh Pak Bayu dan Pak Mamat. Lalu, Pak Yono dan Pak Risman saling tertegun dan saling melihat satu dengan yang lainnya, lalu mereka tersenyum dan tertawa sambil berlari-lari kecil ke arah pondok Pak Bayu. Pak Yono membuka percakapan dengan berkata, “waduhhh… sepertinya ronda malam ini bakal seru nih.” Istriku terkaget dan melepaskan kemaluan Pak Bayu dari mulutnya dan mendorong Pak Mamat dari dalam tubuhnya. Istriku melihat ke arah Pak Yono dan Pak Risman, lalu ia berlari ke dalam rumah Pak Bayu sambil menutup pintu rumah Pak Bayu. Lalu, aku mendengar Pak Bayu berkata kepada Pak Yono, “wah lu no… ganggu aja nih lagi asik juga.” Pak Mamat pun bernada kecewa menimpali, “ah tau nih ga bisa lihat orang seneng apa?” Pak Yono hanya tertawa-tawa dengan Pak Risman sambil berkata, “tenang saja bay, gw sama Risman juga sudah pernah merasakan istrinya Pak Naryo kok.” Pak Bayu dan Pak Mamat terheran-heran, “ha? serius luh? kapan?” Pak Yono berkata sambil mencari-cari istriku di dalam rumah, “cukup lama, yang penting sekarang gimana kalau kita main ramai-ramai aja biar seru.” Pak Mamat berkata dengan sedikit sebal, “yaa… enak di elu dong dua kali dapet kita baru kali ini nih belum tentu ibu Yola mau kalau ramai-ramai gini.” Pak Bayu mengambil inisiatif untuk berdiri dan membuka pintu pondok sambil bertanya kepada istriku, “mah… Pak Yono sama Pak Risman mau ikutan main nih boleh gak?” Istriku di dalam berusaha menutupu tubuh telanjangnya dengan tangannya sambil melihat ke arah Pak Yono dan Pak Risman dia hanya diam saja tidak berkata apapun. Pak Bayu bertanya sekali lagi sambil cengengesan dengan ke-empat pria lainnya, “mah ayo dong mereka nungguin nih abis mamah seksi sih malam ini jadi semua pria pada mau deh.” Istriku akhirnya menjawab, “aku mau pulang saja, kembalikan dasterku.” Lalu Pak Bayu berkata, “aduh jangan dong kan mamah belum puas dari tadi nanti pusing loh. Lagipula apa salahnya mereka ikutan toh mereka juga sudah pernah sama mamah kan?” Istriku melotot ke arah Pak Risman dan Pak Yono sambil berkata dengan nada lirih sedikit ketakutan seperti ingin menangis, “aku mau pulangg saja… tolong kembalikan dasterku…” Pak Bayu seperti memberi tatapan kepada Pak Yono lalu berkata, “ya udah gini aja deh, mamah boleh pilih dua pria dari kita berempat untuk melayani mamah malam ini. Setelah mamah bisa puasin dua pria malam ini maka daster mamah akan kita kembalikan.” Istriku terdiam sambil menatap mereka berempat cukup lama, akhirnya istriku nampak menyetujuinya karena ia mengangguk kecil. Pak Yono berkata sambil tertawa kepada mereka, “ya udah ayo kita undi siapa dua pria beruntung itu.” Istriku dengan mata melotot dan kaget tidak mampu mengeluarkan kata-kata apapun, ia hanya pasrah sambil terengah-engah ia berjalan dan duduk di tepi ranjang Pak Bayu sambil menunggu keempat pria tersebut saling bertaruh siapa yang mendapatkan tubuhnya malam ini.

Pak Yono berkata lagi, “ayo kita undi pake koin saja…” Singkat cerita, pemenang undian itu adalah Pak Mamat dan Pak Yono. Lalu, mereka tertawa keras karena berhasil mendapatkan istriku malam ini. Lalu, Pak Yono dengan cepat beranjak ingin mendekati istriku yang terduduk pasrah sebagai hadiah dari pemenang undian ini. Pak Bayu yang tidak mau kalah melihat istriku yang sepertinya sebal karena diundi. “Yono… Sepertinya Yola tidak mau tuh tampangnya murung gitu. Hm… saya punya ide gimana kalau kita semua buka baju biarkan Yola memilih dua pria di antara kita yang bakal memuaskan Yola malam ini.” Lalu, istriku nampak senang atas keberanian Pak Bayu menolong dirinya, ia melempar senyum kepada Pak Bayu. Dalam waktu singkat mereka semua telah telanjang bulat, lalu Pak Bayu bertanya lagi, “mah, ayo dong dipilih dua pria di antara kita siapa yang menemani mamah malam ini?” Istriku nampak bingung untuk memilih setelah melihat senjata mereka semua, istriku menatap senjata mereka satu per satu dengan teliti, menatap wajah penasaran mereka dengan penuh arti. Akhirnya setelah cukup lama, istriku menunjuk, Pak Bayu dan Pak Risman untuk menemaninya malam ini. Istriku ternyata memilih pria-pria yang memiliki senjata terbesar di antara mereka. Pak Yono dan Pak Mamat lalu menggerutu, “wah curang lu bay, tadi kan sudah menang undian lagian elu kan paling ganteng pasti dipilih lah.” Pak Bayu membela diri, “ini kan kemauan Yola kita harus menghargai dong keinginannya.” Akhirnya, Pak Yono dan Pak Mamat menyerah dan berkata, “ya sudah tapi boleh kan kita menonton kalian di sini?” Pak Bayu lalu menatap istri saya sambil bertanya, “gimana mah?” Istriku diam sambil menatap mereka semua lalu kembali lagi ke Pak Bayu. Dan yang tidak kuduga-duga ternyata, istri saya sambil tertunduk malu menganggukkan kepalanya kepada mereka semua. Mereka semua berteriak, “yeeeyyy!!!” Pak Mamat dan Pak Yono berkata, “kita dapat tontonan gratis, bidadari seksi lagi.” Pak Bayu berkata kepada istri saya, “akan menjadi malam yang panjang buat kamu nih mah.” Istriku nampak pasrah tidak mampu berkata-kata lagi. Pak Bayu menyuruh istri saya, “mah, Pak Risman kan belum maksimal tuh, gimana kalau mamah bantu Pak Risman dulu.” Istriku tanpa disuruh dua kali, ia turun dari ranjang Pak Bayu dan berlutut di depan senjata Pak Risman lalu mulai menjilati dan mengulumnya. Pak Yono berkata, “wah bay, lu mesra amat pakai panggilan mamah-mamah segala?” Istriku terlihat sibuk mengulum menjilati kemaluan Pak Risman tidak memperdulikan perkataan Pak Yono barusan sedangkan Pak Bayu hanya melempar senyum kemenangan kepada Pak Yono sambil menatap istriku yang sudah mulai asik dengan pekerjaan yang diberikannya. Memang sejak awal istriku sudah naik turun libidonya karena tidak diizinkan keluar oleh Pak Bayu seharian ini istriku belum mencapai orgasmenya satu kalipun. Sehingga mungkin saat ini, istriku sangat berharap bisa mengayuh orgasmenya dari kedua pria yang akan menemaninya malam ini agar dapat cepat menyudahi persetubuhan yang melelahkan ini dan pulang ke rumah menemui aku sebagai suami kesepian yang menantikannya di rumah.

Pak Risman mulai mendesah kenikmatan karena senjatanya sedang dikulum oleh bibir seksi istriku ini, “waahhh…. wiihhhh…” begitu kira-kira yang keluar dari mulut Pak Risman. Pak Bayu kemudian melihat aksi ini sudah cukup lama. Pak Bayu duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Pak Risman untuk bertukar posisi dan memposisikan istri saya menungging menghadap ke ranjang sambil bersiam mengulum senjata Pak Bayu. Istriku mengulum senjata Pak Bayu dengan lahap dan nikmat, sementara, Pak Rismah bersiap-siap memposisikan dirinya di belakang istri saya untuk menembus rahimnya. Bless… Istri saya benar-benar terpekik panjang ketika senjata Pak Risman berada di dalam rahimnya, “OOOOOUUUUUGGGGGHHHH……….” Lalu, Pak Bayu beserta Pak Mamat maupun Pak Yono, tertawa keras, “haha…haha…ha…” Istriku tetap melanjutkan ‘tugas’nya untuk mengulum senjata Pak Bayu. Namun, rupanya Pak Risman sangat bernafsu malam ini, ia tidak menunggu lama langsung saja mempercepat irama goyangannya. Istriku megap-megap sambil berusaha mengulum senjata Pak Bayu. Seperti yang kaliang ingat di Part 3. Istri saya tidak dapat berkonsentrasi untuk mengulum kemaluan siapapun ketika Pak Risman sedang membelah rahimnya. Istriku meracau mendesis dan megap-megap, “aahhhhhh…. sssshhhhh…. gi…laaa….” Pak Bayu memakai kesempatan ini untuk menggoda istriku, “gila kenapa mah?” Istriku mendesis lagi, “sssshhhh…. gi…laaa…..” Pak Bayu dan Pak Yono menyahut, “apanya sih yang gila?” Istriku tidak perduli lagi berkata, “bessaa…aaarr…… ooohhhhhh….” Mereka semua tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan istriku itu, “hahahahaa…. haha….” Memang sepertinya di antara mereka yang paling besar senjatanya adalah Pak Risman ini. Lalu, tak seberapa lama sepertinya Pak Risman memang sudah bernafsu sekali, ia segera akan mencapai puncaknya. Pak Risman memberi kode kepada Pak Bayu untuk bertukar posisi. Ketika, senjata Pak Risman dikeluarkan dari rahim istriku, istriku melenguh kecewa, “yaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh………… ssshhh……..” Namun, Pak Bayu dengan cepat menggantikan posisi Pak Risman sedangkan Pak Risman berpindah ke mulut istriku. Tanpa harus disuruh lagi, istriku langsung melahap kemaluan pak risman yang penuh cairan cinta istriku itu sendiri. Tak sampai 3 menit, Pak Risman berteriak, “aaaaaaaaaahhhhhhhhhh……… nikmaaaaaaaattttttttt……” Diletuskannya lahar panas Pak Risman ke dalam mulut istriku hingga tumpah dari mulut istriku mengalir ke dagunya dan jatuh ke lantai. Beberapa dari sperma itu ditelan oleh istriku dan beberapa lagi jatuh dan tumpah di bibir serta dagunya. Setelah itu, Pak Risman nampak kelelahan sepertinya ia tidak dapat melakukan persetubuhan lagi sementara waktu. Sementara itu Pak Bayu yang sedari tadi sedabg memompa istriku memberi kode kepada Pak Risman untuk berbaring di bawah istriku untuk menghisap payu dara istriku secara lahap. Lalu, Pak Risman menuruti saja kemauan Pak Bayu.

Pak Risman memposisikan dirinya di bawah istriku tepat di bawah dadanya, menghisapnya memerasnya memilinnya mengulumnya menariknya. Istriku mendesis keenakan, “ooooohhhhhhhhhh sssshhhhhhhhh….” Lalu sekiranya sudah cukup, Pak Bayu menyuruh Pak Risman menyingkir. Pak Bayu mencabut senjatanya lagi lalu berpindah ke depan istriku untuk menyuruh istriku mengulum senjata Pak Bayu lagi. Istriku kecewa sekali karena ia belum mendapatkan orgasmenya lagi. Namun, Pak Risman beristirahat di pinggir sambil menonton istri saya yang sedang mengulum-ngulum kemaluan Pak Bayu. Nampak istri saya tengah terhanyut lalu, Pak Bayu memberi kode kepada Pak Mamat untuk menggantikan posisi Pak Risman tanpa persetujuan dan sepengetahuan istriku. Mungkin saat itu istriku berpikir itu adalah Pak Risman yang sedang ingin menyetubuhinya lagi ronde kedua. Lalu Pak Mamat memasukkan senjatanya ke dalam kemaluan istriku membelah nya dan menusuknya. Istriku mendesis keenakan, “ooooouughhhh…. ssssshhhh….” Sambil terus menggoyangkan pinggulnya Pak Mamat meremas-remas dada istriku dari belakang. Istriku terus memberikan pelayanan kepada Pak Bayu yang tak kunjung selesai. Tiba-tiba Pak Bayu memberi kode kepada Pak Mamat untuk mempercepat sodokannya. Istriku megap-megap keenakan lagi, “ooooouuuuggghhh sssshhh… ahhhhh…. issshhhhh….. terussshhh …..” Rupanya Pak Mamat yang sedari tadi menonton aksi istriku sebagai bintang filem porno malam ini tidak dapat bertahan lama. Pak Mamat menumpahkan spermanya ke dalam rahim istriku lagi. Istriku berteriak, “jangan di dalammmmm!!!! aduhhhhh!!!” Namun, Pak Mamat tidak perduli malah ia menghujamkan lebih dalam lagi senjatanya sambil berkedut-kedut karena keluar. Istriku tidak menyadari bahwa itu adalah sperma milik Pak Mamat. Lalu, tanpa harus menunggu lama, Pak Yono yang sudah tidak sabar itu menggantikan posisi Pak Mamat, istriku tidak menunjukkan rasa curiga sedikitpun. Hujaman demi hujaman diberikan oleh Pak Yono, remasan demi remasan diberikan oleh Pak Yono untuk memuaskan istriku. Pak Bayu melihat istriku sudah hampir orgasme karena desahannya sudah sangat keras, “aaaaaaaaahhhhhhh…. yaaahhh…. terussshhhhh…. lagi….lagi…..” Lalu, Pak Bayu menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan siapa yang menyetubuhinya, “****** pak yono enak mah?” Istriku menengok kebelakang sambil menatap sayu ke arah Pak Yono, mungkin karena ia benar-benar mengharapkan bisa di puaskan malam ini tidak perduli oleh siapapun, akhirnya istriku mengangguk ke arah Pak Bayu. Pak Bayu kemudian memberi kode kepada Pak Risman lagi untuk meremas dan memilin Payu Dara istriku lagi. Sedangkan Pak Mamat memilin dan meremas payu dara istriku di sisi lain. Istriku benar-benar sudah di ambang kenikmatan, ia tidak perduli lagi dengan dua pria yang harusnya menyetubuhinya malam ini menjadi empat pria di sana. Suasana menjadi sangat hening hanya terdengar rintihan nafsu dari istriku, “ooohhh… shhh… ahhh… issshhh… huffhhh…. hmbpphhhh… yahhhh… iyaahhhh…. ssshhhh….” Keadaan ini berlangsung cukup lama, lalu Pak Bayu memberi kode kepada Pak Yono untuk bertukar posisi, sekarang Pak Yono berada di depan istriku sedangkan Pak Bayu menghujam kemaluannya ke dalam rahim istriku lagi. Istriku mulai mengulum senjata Pak Yono. Tiba-tiba saja Pak Risman sudah kembali keras. Berdiri di samping Pak Yono dan menyodorkan senjatanya ke muka istriku. Pak Mamat mengambil alih kedua payudara istriku. Mungkin karena dorongan yang kuat atas perlakuan ini semua, istriku yang sudah benar-benar bernafsu, ia menggenggam kemaluan Pak Yono dan mengocoknya. Sedangkan kulumannya berpindah ke senjata Pak Risman. Sesekali ia mengganti genggamannya ke arah senjata Pak Risman dan mengulum senjata Pak Yono. Istriku melakukan itu secara bergantian. Lalu, tampaknya istriku benar-benar sudah tidak sadar diri ia akan segera mencapai orgasmenya, kocokannya terhadap Pak Risman dan Pak Yono sudah tidak dapat berkonsentrasi lagi. Pak Bayu sudah mempercepat hujamannya kedalam rahim istriku.

Lalu, tiba-tiba saja ketika istriku akan segera mencapai klimaks, Pak Yono memberi kode kepada Pak Bayu karena Pak Yono meihat wajah istriku akan mencapai klimaks. Pak Bayu langsung melepaskan senjatanya dari rahim istriku. Istriku memelas benar-benar memelas ingin dipuaskan, “massss…. jangannnnnnnnnnnnn………….. ayo dongggggggggg…. aku mohonnnnnnnnnnn………” Mereka semua tertawa mendengar itu. Lalu, Pak Bayu nampak merebahkan dirinya di lantai sambil menyilangkan tangannya di balik kepalanya bersikap seperti arogant. Pak Yono berkata kepada istri saya, “jika kamu ingin dipuaskan maka kamu harus meraihnya sendiri.” Lalu, istri saya menengok ke arah Pak Bayu yang sedang berbaring di lantai, ia merangkak naik ke atas tubuhnya sambil dengan tidak sabar menggenggam senjata Pak Bayu untuk di arahkannya ke liang kewanitaannya sendiri. Bless…. setelah kemaluan Pak Bayu merobek vagina istriku, istriku langsung meracau, “uuuuuuggggghhhhhh….” Tanpa berlama-lama istriku menggoyangkan pinggulnya meremas buah dadanya sendiri sambil memejamkan matanya menghadap ke langit-langit. Posisi istriku kini tegak lurus menghadap ke arah aku mengintip. Aku sangat horny melihat istriku dimabuk kepayang seperti itu. Akhirnya senjataku bereaksi lagi dan bersiap untuk beronani lagi. Namun, tanpa di duga-duga aku mendengar suara langkah kaki dari belakangku, aku buru-buru menghindar untuk bersembunyi. Ternyata itu adalah Pak Nizam! Wah bahaya apakah istriku akan disetubuhi oleh Pak Nizam juga??? Namun, ketika Pak Nizam terkaget-kaget menyaksikan istriku sedang terpejam dan meremas-remas memilin-milin dadanya sendiri dengan terus memejamkan mata dan menengadah ke langit-langit. Namun Pak Nizam tidak mengambil langkah apapun, ia hanya beronani menyaksikan istriku itu. Nampaknya, Pak Nizam belum sadar bahwa di sana ada empat orang pria, karena memang dari posisi Pak Nizam hanya dapat terlihat istriku seperti sedang bermasturbasi sendiri. Lalu, tidak sampai 5 menit Pak Nizam mengeluarkan lahar panasnya. Namun, ia panik karena tangannya tercecer oleh sperma miliknya sendiri. Pak Nizam berlari lagi kembali ke desa mungkin ingin pulang ke rumahnya untuk mencuci tangannya. Sedangkan aku kembali ke dalam posisi mengintip. Dan menyaksikan, istriku sedang dikelilingi oleh Pak Yono, Pak Mamat, dan Pak Risman. Mereka bertiga menyodorkan senjatanya ke arah istriku yang masih terpejam menikmati senjata Pak Bayu di dalam rahimnya. Namun, istriku tersadar bahwa ada tiga senjata yang sedang berada di sekitarnya. Tanpa berpikir dua kali, istriku menggenggam kemaluan Pak Risman dan Pak Mamat karena kebetulan posisi mereka di kanan dan di kiri, serta menghisap kemaluan Pak Yono yang berada di depannya persis.

Rintihan demi rintihan terdengar, “hmmmphhh…. huffhfhhh…. sshhhmmm….. ssshhhmmmm…. hmppffhh…” Karena mulutnya di jejali senjata sangat sulit untuk merintih. Darahku berdesir dengan sangat kencang, jantungku berdegup kencang sekali, nafsuku meningkat secara drastis karena menyaksikan perbuatan mereka kepada istriku. Tangan istriku sibuk mengocok kemaluan Pak Mamat dan Pak Risman, mulut istriku sesak karena dijejali kemaluan Pak Yono, liang senggama istriku dipenuhi oleh kemaluan Pak Bayu. Semua hal ini membuat aku sangat bernafsu, aku mengocok kemaluanku sendiri dengan sangat cepat. Sambil aku berkata kepada diriku sendiri, “ohhh… istriku apakah kamu sesak dengan semua senjata-senjata perkasa itu di sekitarmu? ohh… apakah kalian semua puas menerima ‘pelayanan’ istimewa dari istriku yang seksi itu? ohhh… apakah ‘pelayanan’ istriku memuaskan kalian semua? ohh… apakah istriku benar-benar ingin dipuaskan oleh kalian semua sekaligus?” Semua perkataan kepada diriku itu membuat aku sangat bernafsu. Suara nafsu dari mereka semua pun mulai terdengar, mereka semua tak henti-hentinya juga memuji-muji istriku, “enak sekali kocokanmu sayang….”, “ibu terlihat sangat seksi sekali di posisi ini….”, “dik Yola kamu wanita yang terhebat yang pernah aku rasakan”, “mahhh… kamu seksi sekali malam ini mahhhh… mereka semua menyukaimu….” Istriku nampak semakin membara nafsunya setelah dipuji-puji oleh mereka berulang-ulang, “cantik, seksi, horny, bidadari, tubuh indah, pelayanan bagus, permainan hebat….” Aku sudah tidak dapat membedakan lagi suara-suara siapa itu, “ohhhh…. mantapppp…. enakkkkkk… terussshhhh…. ssshhhhh…. ougghhhh…. hmbppphhhh…. huffhhhh…… enakkkkk…. terusss….. lagi….” Saya sendiri memuji-muji istriku dari sini, “istriku kamu hebat sekali bisa memuaskan mereka semua…. apakah kamu puas sayang? apakah kamu ingin mereka menyemburkan spermanya ke seluruh tubuhmu itu?” Pak Bayu memberikan pengarahan terakhir kepada mereka, “ayooo…. mahhhhh… kita semua keluarkan secara berbarengan…. siapppp…. ohhh….” Terlihat istriku semakin cepat mengocok kemaluan mereka semua, mulutnya semakin cepat keluar masuk dari senjata Pak Yono. Tangan-tangan pria itu membelai rambut istriku, meremas dan memilin dada istriku dengan kasar dan gemas. Mengusap-ngusap lembut punggung dan bahu istriku. Gerakan mereka semua sudah berantakan dan sangat cepat seperti gempa bumi lokal atau bahkan seperti orang sedang mengadakan ritual dan kesetanan. Terus…. terusss…. begitu kataku. Ohhhh…. Namun, hal yang ditunggu-tunggu oleh kita semua termasuk saya, Pak Risman, “ohhhhhhhh……..” menyemburkan spermanya terlebih dahulu menembak ke arah rambut dan pipi istriku dan di arahkan turun ke arah bahu serta payu dara istriku. Lalu Pak Yono nampak juga telah mencapai klimaksnya, “dik Yolaaaaaaaaaaaaa…………” tumpah di dalam mulut istriku dan tercecer ke dahu hingga ke perut Pak Bayu. Pak Mamat, “ibu memang seksiiiiiiii…. dan cantik…….” disemburkannya ke arah pipi dan rambut sisi kanan bahu serta payu dara kanan istriku. Istriku nampak mencapai orgasmenya juga tetapi ia tersedak dengan sperma di dalam mulutnya yang belum sempat ia telan. Istriku menjerit, “AOHGHGHGOGH… UUGGHGHHHHH…. ” Seperti orang gelagapan karena ada air di mulutnya. Pak Bayu pun bersamaan dengan istriku, “OHHHHHHHHHHHHHHHHHH…………” Ditumpahkannya di dalam rahim istriku. Akupun telah mencapai ejakulasiku dan mencecer spermaku ke semak-semak di sekitar situ. Istriku menengadah ke atas sambil berteriak, “GILAAAAAAAAAAAA………. AKU PUASSSSSSSSSSSSS……SEKALI….” Apakah ini yang dinamakan multi-orgasme? Karena istriku sudah seharian tertahan tidak bisa mencapai orgasmenya karena Pak Bayu, nampak istriku meledak-ledak orgasmenya kali ini. Lagi-lagi istriku berteriak, “ENAKKKKKKKKKKK……………. NGEEEEEEEEHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……………”

Setelah itu istriku ambruk seambruk-ambruknya di atas tubuh Pak Bayu. Aku melihat istriku nampak tidak bergerak sama sekali di atas tubuh Pak Bayu. Sedangkan Pak Yono, Pak Risman, Pak Mamat sedang terkulai lemas di pinggir ruangan. Mereka terengah-engah dan berada dalam posisi itu cukup lama. Akupun hanya bisa menyaksikan mereka beristirahat. Lama sekali istriku tidak kunjung bergerak dari posisi itu. Aku tidak tahu saat ini sudah pukul berapa, karena aku tidak dapat menemukan jam di manapun di sini. Hingga akhirnya Pak Bayu menggeser tubuh telanjang istriku dari atas tubuhnya diletakkan di sampingnya. Nampak istriku tidak bergerak dan benar-benar lemas sekali, apakah ia pingsan? atau hanya tertidur? Aku sangat kahwatir dari posisi ini aku benar-benar tidak dapat melakukan apapun. Pak Bayu akhirnya membuka perkataan pertama kalinya, “wah… kayaknya tertidur nih… kecapean…” Mereka semua cuma tersenyum-senyum saja sambil terengah-engah. Akhirnya, saya melihat mereka semua mulai berpakaian, beberapa di antaranya mengambil air dari teko dan minum. Mereka membiarkan istri saya tertidur begitu saja di lantai yang dingin. Setelah semua berpakaian lengkap, mereka mengangkat tubuh telanjang istri saya untuk di baringkan di atas ranjang. Istri saya nampak tidak bergerak sama sekali, ia benar-benar kelelahan atas persetubuhan kali ini. Aku melihat mereka tertawa-tawa menyaksikan tubuh telanjang istriku yang tidak berdaya ini. Lalu, Pak Yono meminta izin kepada mereka semua, “sudah nih kayaknya pesta malam ini, kapan-kapan lagi yah? ajak-ajak lu bay jangan main sendirian. saya pamit pulang dulu yah. suaminya dikabarin tuh bay kalau istrinya menginap malam ini hahahaha….” begitu kira-kira ejekan Pak Yono. Lalu Pak Mamatpun turut berkata, “saya juga pamit deh mau ronda, bahaya nanti diomelin warga.” Pak Risman pun mengikuti mereka untuk keluar. Namun, sebelum mereka semua beranjak pergi, istriku seperti mengatakan sesuatu, “p…puu…laanggg…. antar aku pulang…. mas” Pak Bayu berkata, “memangnya mamah kuat jalan?” Istriku berkata lagi, “to…long… mass… aku… harus pulangg….” Sepertinya istriku berusaha bangkit dengan tubuh lemasnya tetapi tidak mampu sama sekali, ia benar-benar lemas. Jika saja aku bisa memeritahukan istriku, aku mengizinkan istriku untuk tidur di sana malam ini, aku tidak akan marah ketimbang ia harus bersusah payah seperti itu untuk pulang. Aku tidak ingin membahayakan istriku. Namun dengan terus berusaha bangkit istriku ingin pulang ke rumah. Akhirnya Pak Bayu berkata, “baiklah akan saya gendong kamu mah untuk pulang…” Tubuh telanjang istriku diangkatnya, dan mereka memakaikan daster istriku lalu menggendong istriku beramai-ramai ke arah rumahku. Sebelum mereka sampai di rumah aku buru-buru berlari untuk menyalakan lampu rumah dan harus segera bersembunyi.

Sesampainya aku di rumah, saya langsung melihat jam dinding di rumahku dan terkaget-kaget ternyata sekarang sudah jam 2 Pagi. Berapa lamakah persetubuhan itu berlangsung? Akhirnya beberapa menit kemudian, rombongan mereka menggotong istriku telah sampai di depan pagar. Tetapi ada yang aneh, loh? Ke mana daster istriku??? Daster istriku bukannya tadi dipakaikan oleh mereka? Mereka membuka pagar dengan kunci yang di bawa oleh istriku. Tetapi aku lupa bahwa pintu depan tadi aku grendel jadi mereka tidak bisa masuk. Sambil berjingkat-jingkat mereka berjalan agar aku tidak terbangun karena mungkin mereka berpikir aku sedang tidur. Istriku dengan tubuh telanjangnya dibaringkan oleh mereka di bangku teras halaman rumah. Lalu mereka menutupi tubuh telanjang istriku dengan dasternya. Ternyata daster itu basah kuyup atas keringet dan sperma istriku sepertinya. Maka dari itu mereka membuka daster istriku agar tidak masuk angin. Namun sekarang istriku terpaksa harus berbaring di halaman karena tidak dapat masuk. Aku akan menunggu mereka pergi baru aku menjemput istriku di depan sana. Cukup lama aku menunggu mereka pergi, malah Pak Mamat berkata “biar saya jaga ibu yola di sini aja apa? kasihan kan?” Tetapi Pak Bayu berkata, “bahaya mat nanti Mas Naryo bangun kita repot” Pak Yono pun bingung harus berbuat apa, “tapi kita tidak bisa membiarkan dia di sini bay.” Pak Bayu berkata lagi, “begini saja, kita ronda sesekali kita kembali melihat ke sini, untuk memastikan saja bahwa Yola aman.” Akhirnya mereka semua pergi, akupun dengan segera membawa istriku masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rumahku kembali. Dari posisi ini, aku dapat melihat dengan jelas, tubuh istriku bau sperma sangat pekat dan kuat. Di rambut istriku berceceran sperma-sperma pria-pria brengsek itu. Dada istriku memar-memar seperti bekas gigitan. Pantat istriku merah padam karena lilin dan tamparan-tamparan. Punggung istriku nampak seperti bercak-bercak merah karena tetesan lilin. Di dada istriku terdapat sperma yang sudah mengering. Mulut istriku juga terlihat adanya sperma yang mengering di sana. Vagina istriku nampak hancur berantakan, jika aku buka nampak seperti vagina itu melebar, dan banyak sekali cairan di sekitar situ yang sudah mengering. Bulu-bulu kemaluannya juga sudah tercecer sperma tidak karuan. Aku membiarkan istriku beristirahat di bangku bambu malam ini sambil memberikannya selimut dan bantal untuk menutupi tubuh telanjangnya. Daster istriku diletakkan di sebelahnya. Baunya pekat sekali percampuran antara keringat dan sperma.

Keesokan paginya istriku tidak pergi ke toko di kota, ia benar-benar terkapar lemas hingga jam 12 siang. Aku berpura-pura belum bangun di dalam kamar. Aku mendengar istriku terbangun, ia berjalan secara perlahan ke dalam kamar untuk mengambil daster baru serta handuknya. Lalu ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Layaknya seorang suami harusnya menceraikan istri yang sudah seperti ini. Tetapi saya, sangat mencintai istri saya, saya tidak bertanya ataupun berkata apapun kepada istri saya tentang semalam. Saya bersikap biasa saja terhadap istri saya seolah-olah tidak terjadi apapun. Istriku tampak ceria sekali hari itu mungkin karena ini pertama kalinya ia berhasil mendapatkan multi-orgasme. Saya ingin mendukung apapun yang ia lakukan jika ia pikir itu benar dan membuatnya bahagia. Maka aku tidak akan pernah menceraikannya, melainkan berusaha memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung selama ia dapat ter-‘puaskan’ secara lahir dan batin. Aku ingin istriku, Yola, bahagia. Aku cinta kamu Yola, selamanya.

================================================== =

Hari ini adalah hari Rabu, seperti biasa istriku harus bekerja menjaga toko Neneknya di kota. Istriku sudah mandi dan berpakaian lengkap dan siap berangkat kerja. Ia pun berpamitan dengan aku dan Pak Dahlan yang sedang berbincang-bincang sejak tadi. Terlihat sekali istriku tampak begitu cantik hari ini entah mengapa dandanannya kali ini seperti orang ingin berkencan saja. Namun, ternyata Pak Dahlan dengan luwes berkata terlebih dahulu daripada aku, “Duh… cantik sekali mbak Yola hari ini.” Akupun hanya tersenyum. Yola, istrikupun tersipu-sipu sambil berkata, “Ah, Pak Dahlan bisa saja, saya yakin mbak Yeni lebih cantik.” Dalam hatiku, memang sih Yeni lebih cantik. Mbak Yeni, adalah istri Pak Dahlan, menurut saya pribadi kecantikannya melebihi dari semua wanita di desa ini termasuk istri saya yola. Hehe… Namun, Pak Dahlan bertanya ke istriku, “Mbak lewat jalan mana sini biar saya antar. Kebetulan saya bawa motor.” Istriku melirik kepadaku sambil berusaha menolak halus, “ah tidak usah Pak cuma ke depan nanti naik angkutan umum.” Pak Dahlan tanpa berlama-lama pamit kepadaku dan berkata, “saya antar sampai angkutan umum situ deh daripada jalan kaki kan.” Akhirnya istrikupun tak bisa menolak karena Pak Dahlan sudah bersiap berangkat dengan motornya, dan aku pun terpaksa memperbolehkan. Istriku berboncengan dengan Pak Dahlan keluar dari rumah, akupun membukakan pintu pagar dan menguncinya kembali sambil melihat Pak Dahlan melaju bersama istriku. Lalu aku kembali ke dalam rumah untuk bersiap-siap dan berbenah menjalani hari ini. Aku mandi, makan, menonton televisi, dan tak terasa waktu sudah menunjukka pukul 14.00. Aku berpikir beruhubung Pak Dahlan berada di desa ini aku ingin menanyakan apakah ada pekerjaan di kota. Sambil aku ingin sekali bertemu dengan istrinya, mbak Yeni. Akupun bergegas untuk beranjak ke rumah Pak Dahlan. Aku berjalan kaki sekiranya melewati beberapa tikungan dan sampailah di depan rumah Pak Dahlan. Aku melihat ada motor Pak Dahlan berarti ia berada di rumah. Aku melihat pagar rumahnya tidak terkunci, maka aku masuk saja ke dalam dan mengetuk pintu rumahnya sambil memanggil-manggil, “Pak Dahlan….!” Namun setelah beberapa kali ketukan aku tidak mendengar adanya balasan dari dalam. Apakah ia sedang di kamar mandi? Aku memutar ke arah samping untuk mencoba mengetuk dari pintu belakang, namun dalam perjalanan ke sana aku melewati kamar pak Dahlan. Sekiranya beberapa jengkal sampai di jendela Pak Dahlan aku mendengar suara-suara desahan seorang wanita yang sepertinya sedang berusaha meraup kenikmatan dari seorang pria. Aku berjalan sambil mengendap-endap secara perlahan ke arah jendela kamar Pak Dahlan. Dengan riang aku berpikir akhirnya aku bisa melihat aksi mbak Yeni yang sudah aku idam-idamkan sejak lama di atas ranjang. Membayangkannya saja tonjolan luar biasa sudah terasa pada senjataku di bawah sana.

Sesampainya aku di jendela Pak Dahlan. aku dapat melihat dengan jelas ada seorang wanita telanjang bulat tanpa mengenakan pakaian apapun sedang menungging berusaha mengangkat pantatnya yang bahenol itu ke atas dan tubuhnya bertumpu di atas ranjang Pak Dahlan. Pak Dahlan masih mengenakan pakaian lengkap hanya saja celana panjangnya turun setengah lutut dan celana dalamnya juga. Aku melihat ke sekitar kamar itu, herannya aku tidak menemukan pakaian wanita ini selembarpun di lantai ataupun di ranjang. Namun, rasa penasaran ku atas pakaian wanita ini buyar mendengar suara-suara kenikmatan yang dihasilkan oleh wanita ini. Sambil menungging serta terus menerus mendesah merintih kenikmatan. Pak Dahlan terlihat memaju mundurkan pantatnya ke dalam lubang wanita itu dengan cepat dan hebat sekali. Namun, aku belum bisa melihat tubuh wanita ini, sang istri (Mbak Yeni) sepenuhnya karena terhalang oleh pak Dahlan dari posisi arah aku mengintip. Yang dapat kulihat hanya kaki tangan serta rambutnya yang berguncang hebatserta suara-suara seperti “pokk… pokk… pokkk…” hasil hentakan dari Pak Dahlan. Namun aku tidak tahan lagi ingin bermasturbasi sekarang juga karena tubuh Mbak Yeni yang sudah lama-lama kuidam-idamkan akan segera kulihat. Maka aku menurunkan celanaku dan mulai mengocok senjataku secara perlahan. Ohhh… Mbak Yeni, nikmat sekali rintihanmu pasti senjata pak dahlan sangat pas dalam rahimu. Seksi sekali suara desahan mu mbak. Aku terus beronani dengan hebat sambil memikirkan tubuh mbak Yeni di depan sana. Pak Dahlan nampak belum ingin keluar ia masih kenikmatan menyodok-nyodokkan senjatanya. Pak Dahlan berkata, “oh nikmat sekali… kamu memiliki vagina yang nikmat.” Mbak Yeni tidak menjawab apapun ia hanya terus mendesah seperti sudah tidak perduli lagi keadaan sekitarnya. Akupun mempercepat kocokanku membayangkan senjataku yang masuk ke vagina nikmat mbak yeni seperti yang Pak Dahlan katakan tadi. Sekiranya sedikit lagi aku ingin keluar, detik-detik terakhir aku akan memuntahkan spermaku ke taman sekitar situ. mbak yeni juga mulai berkata, “akuuuu sudah mau keluaaarrr massss….” Namun, Pak Dahlan malah melepaskan senjatanya, sepertinya ia ingin menyiksa istrinya itu dengan tidak memperbolehkam keluar. Akupun menghentikan kocokanku, menahan jgn keluar dulu, aku masih ingin menikmati pergumulan ini. Sang wanita ini nampak berteriak histeris ketika Pak Dahlan mencabut senjatanya, “massssss….. jangan di cabutttttt…. gimana sihhhh….” Pak Dahlan mundur dan melepas celana nya dari lututnya sementara itu aku melihat istrinya dengan cepat menunduk di depan senjata pak dahlan dan mengulum kemaluannya. Pak Dahlan mendesah ringan “awww…. nikmat sekali dik… kamu lebih nakal dari istriku, dia mana mau menghisap kemaluanku dalam keadaan kotor begini.” Aku bingung, “istrinya?” Bukankah itu istrinya? Apakah Pak Dahlan berselingkuh? Wah dengan siapa ini? Aku berusaha mencari tahu tetapi tidak bisa kulihat wajahnya dengan jelas. Memang terlihat berbeda jika dipikir-pikir, rambut wanita ini panjang sedangkan mbak yeni hanya sepundak. Siapa yah selingkuhan pak dahlan? Setelah puas membersihkan kemaluan Pak Dahlan yang kotor akan cairan cinta wanita itu sendiri. Tiba-tiba saja Pak Dahlan membangunkan wanita ini dan melepaskan dari kemaluannya. Ketika wanita itu berdiri dan Pak Dahlan bergeser dari arah jendelaku mengintip serta ia melepaskan seluruh pakaiannya dan menjatuhkannya ke lantai. Pak Dahlan beranjak naik ke atas ranjang pernikahannya. Aku dapat melihat dengan jelas wanita itu berdiri menghadap ke arah jendela aku mengintip. Dan bagai ditembak peluru dadaku langsung sesak sejenak hampir tidak berdetak rasanya. Bahwa wanita itu adalah, Yola, istriku yang tadi pagi diboncengi oleh Pak Dahlan untuk berangkat ke toko. Tetapi malah sekarang berdiri di dalam kamar Pak Dahlan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya serta mulutnya yang sudah belepotan karena cairan cintanya sendiri. Ada apa ini? Bukankah tadi pagi mereka pergi ke toko? Apakah sejak tadi pagi istri saya sudah bersama Pak Dahlan mengarungi bahtera cinta ini? Jika benar dari tadi pagi kenapa Pak Dahlan masi berpakaian lengkap? Dan sepertinya istriku sudah bermain lebih dari 1 kali permainan karena nampak sekali badannya kumel dan rambutnya acak2an serta ranjang Pak Dahlan pun acak-acakan. Jika sudah lebih dari satu kali bermain kenapa Pak Dahlan masi berpakaian lengkap?
Beribu-ribu pertanyaan muncul di dalam kepalaku. Namun, senjataku yang tadinya berdiri tegak menjadi loyo setengah mati. Karena shock!!! mengetahui keadaan ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa hal ini bisa terjadi pada istriku lagi? Namin, perhatianku fokus ke arah istriku yang berjalan perhalan dengan lemas karena lelah ke arah sisi ranjang satunya. Mata istriku tidak lepas dari kemaluan Pak Dahlan yang tidak terlalu besar tetapi berdiri dengan gagahnya seperti menghipnotis istriku untuk mendekati senjata itu. Pak Dahlan dengan santainya berbaring di atas ranjang dan menyilangkan tangannya untuk menyangga kepalanya sambil melihat istriku yang berjalan lemas ke arah senjatanya. Namun sekiranya istriku sudah hampir menggenggap senjata itu, Pak Dahlan berkata, “eits… sebelum kamu boleh menikmatinya lagi kamu harus bergoyang dulu di situ, aku ingin melihat kamu menari demi meraih kenikmatanmu.” Istriku terlihat lemas sekali dan melenguh, “uuuhhhh masss aku capek nih, dari tadi gak dikasih sama mass malah di kasih ke orang lain. Dari tadi pagi yang aku inginkan hanya mas bukan mereka.” Ha?!? Apa maksudnya ini? dalam hatiku bertanya-tanya. Dari tadi pagi? Mereka? Orang lain? Pak Dahlan hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun. Akhirnya istriku menyerah dan beranjak ke arah kaki Pak Dahlan berdiri dengan polosnya tanpa sehelai benangpun sambil berusaha memberikan pose-pose sexy ke arah Pak Dahlan dengan mata sayup-sayup seperti wanita yang sangat horny dan bernafsu menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Menggerakkan tangan dari bibirnya menjelajah ke arah dadanya, memilin dadanya sendiri, menarikknya ke arah berlawanan, lalu, menurunkan satu tangannya ke arah liang vaginanya dan mulai meraba-raba vaginanya sendiri. Sedangkan Pak Dahlan dengan penuh kemenangan tersenyum lebar sambil tertawa, “hehe…. kamu sexy dan nakal sekali sayang… suamimu beruntung sekali bisa mendapatkan wanita senakal dan sesexy kamu.” Namun, istriku malah tersenyum dengan nakal ke arah Pak Dahlan sambil terus melenggok-lenggokkan tubuhnya dan berkata, “masa sih mass… suamiku selalu memuji-muji kecantikan Mbak Yeni loh mas. Aku malah dibilang tidak se-cantik mbak Yeni lho!” Deg… Aku merasa bersalah atas semua ini. Jangan-jangan aksi istriku berselingkuh dengan Pak Dahlan sebenarnya adalah untuk membuktikan siapa dirinya terhadap Mbak Yeni serta aku yang selalu mengoceh kepadanya atas kecantikan Mbak Yeni. Aku tertunduk lemas, semua amarahku atas istriku lenyap seketika. Setelah mengetahui bahwa sebenarnya ini adalah salah aku sendiri yang telah membuat istriku seperti ini. Sepertinya istriku merasa tertekan atas hadirnya Mbak Yeni dalam kehidupan kami, oleh karena itu, ia ingin membalaskan dendamnya itu dengan cara tidur bersama Pak Dahlan. Tetapi kenapa ada kata-kata “Mereka? dan Orang Lain? sebelum dia dapat tidur dengan Pak Dahlan?” Pertanyaan ini masih belum terjawab olehku.
Pak Dahlan melanjutkan pujiannya lagi kepada istriku yang seumur-umur aku baru pertama kali melihatnya bahwa dia sexy sekali jika berpose dan berkelakuan seperti itu. Seperti wanita nakal yang benar-benar menginginkan senjata sang pria. “Wah masa sih mbak? Menurut aku sih kamu lebih cantik dan sexy daripada Mbak Yeni lho. Aku sih rela jika harus menukar Mbak Yeni dengan kamu sebagai istri saya.”, goda Pak Dahlan. Saya yakin dia tidak bersungguh-sungguh akan hal itu. Saya yakin dia hanya berusaha menggoda istri saya yang sudah kepalang basah telanjang bulat di depannya ini. Saya pribadi juga jika ada wanita telanjang dan menggoyangkan tubuhnya di depan saya, pastilah aku akan memberikan pujian-pujian terbaik yang bisa kuberikan. Namun, istriku nampak sudah terjatuh dalam perangkap godaan Pak Dahlan, istriku tersenyum gembira dan terlihat sekali wajahnya kembali cerah dan semangatnya kembali berapi-api, goyangannya pun semakin heboh dan sexy. Setelah sekian lama bergoyang, istriku berkata kepada Pak Dahlan, “mas… bolehkah aku sekarang ? aku menginginkanmu mas…” Pak Dahlan yang sepertinya sudah sangat bernafsu dengan terlihat batangnya sudah berdiri keras menganggukkan kepalanya ke arah istriku. Dan istriku seperti Macan liar langsung melompat ke arah senjata Pak Dahlan dan mengulumnya dengan mengeluarkan suara-suara sendiri, “ehmmm…. ehmmm…. ssshhmmm… slurrprmmhmm…” Berulang kali istriku mengulum senjata itu seperti sedang keenakan makan ice cream. Matanya terlihat terpejam dan sangat menikmati senjata yang masuk ke dalam mulutnya itu. Pak Dahlan terlihat sangat kewalahan atas kuluman istriku itu sepertinya sangat nikmat sekali. Setelah cukup lama ia mengulum kemaluan Pak Dahlan hingga basah kuyup. Istriku melirik ke arah Pak Dahlan seperti meminta izin untuk memasukkan senjata nya ke dalam liang vaginannya. Namun, tanpa menunggu persetujuan Pak Dahlan, istriku merangkak menaiki ranjang dan melangkahi kaki Pak Dahlan dan mulai merangkak naik ke arah kemaluan Pak Dahlan. Sambil dengan memberikan tatapan sayu ke arah Pak Dahlan yang masih saja dari tadi menyilakan tangannya di atas kepalanya seperti seorang pria sombong yang sudah mendapatkan kemenangan bertubi-tubi dari wanita telanjang di depannya ini. Yola, istriku menggenggam kemaluan Pak Dahlan yang basah kuyup atas air liur istriku itu dan berusaha mengarahkan ke liang vaginannya sendiri.

Akupun sudah tidak menyalahkan istriku lagi atas aksi perselingkuhan ini, karena memang sebagian besar adalah kesalahanku sendiri yang terlalu memuji-muji Mbak Yeni, istri Pak Dahlan. Akhirnya akupun berkata kepada diriku sendiri, baiklah untuk kali ini aku rela, istriku disetubuhi oleh Pak Dahlan.Di antara banyaknya persetubuhan istriku dengan pria-pria sebelumnya. Baru kali ini aku merelakan istriku untuk disetubuhi oleh pria lain yaitu Pak Dahlan. Istriku dengan bersusah payah memposisikan liang vaginanya ke arah senjata Pak Dahlan. Namun, kami semua dikagetkan oleh pintu kamar ini yang terbuka secara tiba-tiba. Kami semua terdiam dan kaget, dengan posisi istriku yang menantang sedang menggenggam senjata Pak Dahlan yang sekiranya kepala kemaluannya baru saja menyentuh bibir vagina istriku. Namun, terhenti dan semua pandangan mengarah ke arah pintu yang terbuka dan itu ternyata adalah Pak Nizam dan Pak Bayu. Pak Bayu terkekeh-kekeh sambil berkata, “waduh-waduh… lagi asik-asiknya nih…” Istriku masih dengan posisi yang sama nampak tersipu-sipu malu, mukanya nampak merah padam dan menundukkan kepalanya sambil menoleh ke arah Pak Dahlan. Pak Dahlanpun berkata kepada Pak Bayu, “ya ampun bay, kenapa lu ganggu aja. Kasihan kan Yola dari tadi pagi belum mendapatkan dariku.” Yola pun semakin tertunduk malu mendengar perkataan itu. Pak Bayu menimpali tanggapan Pak Dahlan, “haha… maaf nih boss! kami cuma ingin pamit nih Pak soalnya udah sore harus bersiap-siap ronda nanti malam.” Lalu Pak Bayu melanjutkan lagi, “wah-wah dik Yola, akhirnya mendapatkan senjata Pak Dahlan nih ye… Tadi pagi ajah memelas terus ingin Pak Dahlan. Sekarang lupa deh sama kita-kita yang comblangin dik Yola.” Namun, istriku benar-benar seperti kepiting rebus dalam keadaan ini, dan menolah ke arah Pak Bayu, sambil terbata-bata, “i…i…yaa Pak Bayu, Pak Nizam, terima kasih…” Pak Nizam dan Pak Bayu, tertawa terbahak-bahak melihat posisi istriku seperti itu benar-benar sudah tidak tertolong lagi ia kepalang basah di hadapan mereka. Pak Bayu dengan sombong ia berkata lagi kepada istriku, “ingat kamu berhutang lho sama kita berdua atas berhasilnya kamu mendapatkan Pak Dahlan. Suatu saat nanti akan kami tagih lho! Seperti tadi pagi kan seru tuh hehe…” Dan seketika itu juga, pantat istriku diturunkan jlebb kemaluan Pak Dahlan ambles tanpa kesulitan ke dalam liang vagina istriku. Istriku tak mampu berkata apa-apa lagi karena kaget dan nikmat, namun ia tetap berusaha mengangguk mengiya kan tanda persetujuan untuk melakukan hal “tadi pagi” kepada mereka berdua. Entah hal apa itu.
===Hanya dugaan saja===
Terjawablah sudah, misteri pertanyaanku sedari tadi yang bertanya siapa “mereka?” Ternyata setelah kita sambungkan alur cerita ini, sepertinya istriku meminta pertolongan Pak Bayu dan Pak Nizam untuk dapat tidur dengan Pak Dahlan entah bagaimana cara mereka, sampai sekarang aku tidak tahu. Yang bisa aku lakukan hanya menebak-nebak, mungkin ketika di antar Pak Dahlan ke pangkalan angkot. Istriku terlihat oleh Pak Nizam dan Pak Bayu sedang berboncengan dengan Pak Dahlan. Lalu, mungkin istriku bercerita kepada Pak Bayu bahwa iya ingin sekali tidur dengan Pak Dahlan. Sepertinya di situ, istriku berbalik arah ke rumah Pak Dahlan bersama Pak Bayu dan Pak Nizam. Lalu, sesampainya di rumah Pak Dahlan, Pak Bayu memakai taktik entah apapun itu yang membuat Pak Dahlan mau meniduri istriku dengan sukarela. Tetapi, mungkin Pak Bayu dan Pak Nizam mengajukan syarat sebelum boleh tidur dengan Pak Dahlan, istriku harus melayani mereka berdua terlebih dahulu. Itu menjelaskan mengapa tidak ada selembari pakaian istriku di dalam kamar Pak Dahlan. Mungkin saja di ruang tamu atau ruangan lainnya saya belum mengetahui di mana pakaian istriku sekarang. Mungkin pergumulan itu terjadi sejak pukul 8.00 tadi hingga pukul 14.00 sekitar 4-6 jam istriku harus melayani nafsu dua pria buaya ini barulah ia boleh mendapatkan Pak Dahlan. Itu juga menjelaskan kenapa istriku berada di kamar bersama Pak Dahlan pada pukul 14.00 sedangkan istriku telah telanjang bulat tanpa selehai benangpun dan Pak Dahlan seperti baru memulai pergumulan ini. Dan juga terlihat wajah istriku yang lemas karena harus melayani 2 pria buaya itu sebelumnya selama 4-6 jam lamanya. Walaupun semua ini hanya dugaan saja, tetapi senjataku tidak bisa dibohongi. Senjataku sendiri berdiri tegak sekeras batu membayangkan hal ini semua telah terjadi pada istriku atas kesalahan ku sendiri. Aku memaafkan istriku atas persetubuhan dengan mereka semua ini. Karena aku tahu aku yang salah.
===Cerita berlanjut===
Namun, tanpa menunggu Pak Bayu dan Pak Nizam meninggalkan ruangan, istriku yang sudah benar-benar bernafsu dan merah padam mukanya, menggoyang-goyangkan pinggulnya di atas kemaluan Pak Dahlan. Terdengar desisan istriku dengan mata tertutup, “sssshhhh… ohhhh…” yang sangat dipenuhi oleh kenikmatan. Pak Bayu terkekeh-kekeh lagi, “hehehe… akhirnya dik Yola… akhirnya yahhh huahuahaaaa…” Tanpa memperdulikan sindiran Pak Bayu itu, istriku terus melenguh “oohhhh…. uhhh…” dan menggoyangkan pinggulnya dengan sangat bernafsu sekali. Pak Dahlan terlihat menikmati goyangan istriku di atas kemaluannya masih dengan pose sombongnya Pak Dahlan meandangi istriku yang berusaha meraih kenikmatan dari senjatanya itu. Istriku terlihat memilin-milin dadanya sendiri sambil menengadah ke arah langit-langit dan melenguh serta mendesis. Namun, Pak Bayu berkata kepada Pak Dahlan, “pak maaf ganggu lagi nih, kita butuh ongkos nih buat makan siang belum makan soalnya pak. hehe…” Istriku menatap ke arah Pak Bayu dengan jengkel sambil melotot. Namun, Pak Bayu sambil mundur dan berkata, “aduh jangan ngambek dong dik Yola, tapi kita berdua laper nih. Dik Yola kan sudah mendapatkan Pak Dahlan. Kita-kita belum mendapatkan apa-apa dari Pak Dahlan karena harus membantu dik Yola seharian.” Istriku benar-benar jengkel diperlakukan seperti itu, padahal sejak tadi pagi istriku sudah memuaskan mereka berdua sekaligus. Malah berkata belum mendapatkan apa-apa. Berengsek sekali perlakuan pria-pria buaya ini, mengganggap service yang sudah diberikan istriku tadi pagi “bukan sebagai bayaran atas bantuan mereka”. Namun, Pak Dahlanpun berkata kepada mereka, “coba tolong ambil dompet ku di dalam saku celanaku.” Pak Bayupun melangkah dan mengambil celana Pak Dahlan di lantai merogoh sakunya untuk mencari dompet tersebut. Lalu, setelah menemukannya iya berjalan secara perlahan ke arah Pak Dahlan dan memberikan dompet itu di samping istri saya yang sedang merem melek menggoyangkan pinggulnya. Pak Dahlan nampak kewalahan karena tubuh dan ranjang itu bergoyang-goyang atas guncangan istriku, Pak Dahlan berusaha mengeluarkan uangnya dari dalam dompet itu. Seketika itu juga, Pak Bayu tersenyum simpul melihat istriku yang belum menyadari Pak Bayu berada tepat di sebelahnya. Pak Bayu tidak bisa diam saja menatap istriku yang sedang mendesah-desah kenikmatan itu. Tangan Pak Dahlan terlihat menyodorkan uang sebesar 20rb ke arah Pak Bayu. Tetapi Pak Bayu malah mengarahkan tangannya ke arah dada istriku meremas dan memilinnya. Istriku dengan mata terpejam melenguh hebat sambil memegangi tangan yang meremas dadanya itu. Mungkin ia masih berpikir yang meremas itu adalah Pak Dahlan. Namun, Pak Dahlan hanya tersenyum kepada Pak Bayu atas perlakuannya itu kepada istriku. Namun, Pak Dahlan menurunkan tangannya seperti tidak jadi memberikan uang itu, menunggu Pak Bayu selesai dari aksinya itu.

Akhirnya istrikupun tersadar bahwa yang meremasi dirinya itu bukan Pak Dahlan melainkan Pak Bayu. Namun, Yola tidak terlihat kaget sedikitpun atas aksi Pak Bayu terhadap dirinya itu. Dengan tatapan sayu ke arah Pak Dahlan, entah seperti ia meminta persetujuan dari Pak Dahlan. Pak Bayu mendaratkan bibirnya ke bibir istriku yang sedang mendesis desah kenikmatan itu. Pak Bayu melumat bibir istriku dengan nikmat, sedangkan istriku dengan rakus melumat habis lidah dan bibir Pak Bayu. Tangan Pak Bayu pun tidak lepas dari dada istriku yang terus-terusan memilin meremas menarik memilin meremas mencubit dada istriku tanpa henti. Setelah cukup lama mereka berciuman, tangan istriku mulai merambat ke selangkangan Pak Bayu yang sudah terlihat menonjol itu. Secara meraba-raba istriku membuka reseleting celana Pak Bayu serta memelorotkan celananya dan celana dalam Pak Bayu hingga terpampanglah senjata kebanggan Pak Bayu yang berwarna hitam kecoklatan itu. Istriku masih terus berciuman sambil terus menggoyangkan pinggulnya di dalam kemaluan Pak Dahlan, istriku sudah menggenggam kemaluan pria lain yaitu milik Pak Bayu yang sudah siap dipakai kapan saja dia mau. Akhirnya Pak Bayu menghentikan ciumannya dan berjalan menuju kaki Pak Dahlan, istriku yang tadinya menghadap ke arah Pak Dahlan kini memutarkan badannya sambil membiarkan kemaluan Pak Dahlan di dalam dirinya ke arah kaki Pak Dahlan di mana Pak Bayu berdiri di sana dengan senjata mengatung keras. Istriku tanpa harus di suruh lagi ia membungkuk ke arah kaki Pak Dahlan dan mengulum kemaluan Pak Bayu. Kali ini Pak Dahlan berusaha menggoyangkan pinggulnya karena istriku sedang sibuk dengan mulutnya. Terlihat sekali dalam posisi ini istriku benar-benar menikmatinya, karena ketika mengulum kemaluan Pak Bayu ia seperti tidak dapat berkonsentrasi dengan sempurna, sedikit-sedikit berhenti untuk merasakan kenikmatan pada liang vaginanya. Saya melihat Pak Nizam sudah mengeluarkan senjatanya juga dari celananya dan berusaha beronani sendirian di dekat pintu kamar.

Namun, sepertinya istriku melihat Pak Nizam hanya beronani sendirian ia memanggil Pak Nizam dengan kode tangannya yang lembut. Akhirnya Pak Nizampun berjalan menghampiri istriku, tanpa menunggu lama, istriku mengulum senjata Pak Nizam dan tangan kanannya terus melakukan kocokan terhadap senjata Pak Bayu. Istriku mengulum kedua kemaluan itu secara bergantian. Hingga akhirnya, “Ahhh….. sshhhhhhhh ohhhhhhhhhhhhhhh…….”, tiba-tiba saja istriku berteriak panjang, ia tengah mencapai orgasme pertamanya. Dan tidak lama kemudian, Pak Nizam juga tidak tahan lagi, dan berteriak “ahhh………………” panjang sekali lolongan Pak Nizam. Sperma itu di semburkannya ke mulut istriku, istriku megap-megap karena dia masih kelelahan mendapatkan orgasmenya tadi, hingga spermanya berantakan. Namun ada beberapa sperma yang sepertinya menetes ditadang oleh tangan istriku dan dijilatnya kembali hingga bersih. Setelah itu, tidak lama kemudian Pak Bayupun mencapai puncaknya, “wahhh… enakkk…. ssshhh…” begitu katanya. Sambil menyemprotkan spermanya ke dalam mulut istriku lagi. Kali ini mulut istriku tidak mampu menampung sperma Pak Bayu. Namun sebagian besar sudah dilahap oleh istriku. Sambil mulutnya berceceran cairan putih, istriku mengambil posisi duduk. Dan menatap Pak Bayu dan Pak Nizam, sepertinya menyuruh mereka bergegas pergi dari kamar itu. Pak Nizam dan Pak Bayu sepertinya mengerti, dan mereka merapihkan pakaian mereka serta mengambil uang yang diberikan Pak Dahlan tadi lalu keluar dari kamar itu dan bergegas berpamitan kepada istriku dan Pak Dahlan. Lalu, istriku kini memutarkan kembali badannya menghadap ke Pak Dahlan. Ketika istriku hendak mencium bibir Pak Dahlan, ia menolaknya dan berkata, “mbak, itu bibirnya masih penuh sperma aku tidak mau ah mencium kamu gitu. Jijik rasanya.” Dengan agak jengkel istriku berusaha membersihkan bibirnya dengan lidahnya. Namun, tidaklah mungkin bisa membersihkan semua karena sudah berceceran hingga ke pipi dan dada istriku. Akhirnya, istrikupun pasrah saja melakukan persetubuhan sepihak ini. Terlihat seperti pasangan dimana sang pria tidak ingin disetubuhi oleh sang wanita. Di mana sang wanita ingin sekali mendapatkan kepuasan dari sang pria tetapi prianya seperti tidak bernafsu memandang istriku karena kotor.

Persetubuhan seperti ini berlangsung cukup lama, hingga akhirnya Pak Dahlan memutuskan untuk menyudahi persetubuhan ini. “Mbak, sudah dulu deh yah kamu mandi dulu saja, kapan-kapan kita lanjutkan lagi. Karena Mbak Yeni, sebentar lagi juga pulang.”, begitu seru Pak Dahlan. Istriku benar-benar kesal dibuatnya, sepertinya istriku ini benar-benar ingin sekali mendapatkan pelayanan dari Pak Dahlan. Mungkin yang ada dipikiran istriku adalah ingin memenangkan pertarungan antara dia dan Mbak Yeni. Dia harus bisa memuaskan Pak Dahlan melebihi yang pernah dilakukan oleh Mbak Yeni. Akhirnya dengan tidak berkata apapun dan muka yang cemberut, ia melepaskan senjata Pak Dahlan dari dalam tubuhnya. Waktu sudah menunjukkan Pukul 16.00, Istriku duduk di sisi ranjang dengan tubuh penuh keringat dan bau sperma yang menyengat, istriku hanya terdiam menatap Pak Dahlan yang sedang berpakaian. Sepertinya istriku menyadari bahwa dari tadi Pak Dahlan belum juga mencapai orgasmenya. Akhirnya, tanpa berpikir panjang lagi, istriku berlutut di depan kemaluan Pak Dahlan dan mengulumnya dengan cepat. Pak Dahlan berteriak kecil, “awww…. haduh mbak… nafsu banget sih…” Istriku hanya menoleh sedikit ke atas dan melanjutkan kulumannya itu. Pak Dahlan nampak kenikmatan dan meremasi rambut istriku itu, dengan cepat istriku mengulum habis kemaluan Pak Dahlan. Pak Dahlanpun nampak sangat menikmati kuluman istimewa istriku ini, ia dengan sendirinya mendorong-dorong kepala istriku ke arah kemaluannya lebih dalam lagi. Namun, detik-detik Pak Dahlan akan segera orgasme, istriku malah menghentikan kulumannya. Pak Dahlan berteriak, “mbakk… lagi mbak jangan di hentikan.” Tanpa berkata panjang istriku berdiri dan lalu berbaring di atas ranjang pernikahan Pak Dahlan, sambil mengangkang kan kakinya ke arah kiri dan kanan berharap Pak Dahlan mau mengeluarkan spermanya di dalam rahim istriku. Pak Dahlan sepertinya sudah terhipnotis oleh godaan istriku yang sedang mengangkang lebar di depannya ini. Ia pun memasukkan senjatanya ke dalam kemaluan istriku, blesss…. “ooouugghhh… hmbbbhhm…” begitu lenguhan istriku mendapatkan senjata Pak Dahlan memasuki tubuhnya.
Tanpa berlama-lama Pak Dahlan langsung menghujam-hujamkan senajtanya ke liang vagina istriku itu yang sepertinya sudah sangat basah sekali. “Plokk.. plokk… plokk…” sekiranya suara tubuh kedua pasangan ini beradu. Dan suara-suara decitan ranjang yang terus di hujani oleh lenguhan dan desahan serta teriakan istriku. “Ohhh… mas dahlann… ohhh… ahhh… iisssshhh…… yaaa terusssin masss… ohh lebih cepat massshhh… ugggghhh..” Akupun mulai mengocok senjata ku sendiri di luar jendela ini. Pak Dahlan juga terlihat sangat menikmati pergumulan ini, hingga ia tidak perduli lagi akan keadaan sekitar, tangan kanan Pak Dahlah berusaha meremas-remas dada istriku. Istrikupun membantu menuntun tangan Pak Dahlan ke arah dadanya untuk menerima remasan kasar dari Pak Dahlan yang tengah bernafsu. Nampak sekali wajah istriku bergembira melihat Pak Dahlan diambang nafsu nya karena sepertinya ia berhasil mencuri Pak Dahlan dari Mbak Yeni, istri Pak Dahlan. Sekarang terlihatlah kedua pasangan yang sedang bersetubuh nyaris sempurna, di mana istriku pun berusaha menyeimbangi irama Pak Dahlan yang sedang dilembah kenikmatannya itu. Dengan terus mengayunkan tubuhnya, istrikupun menarik-narik tubuh Pak Dahlan untuk berusaha menciumnya. Tetapi Pak Dahlan menolak dan terus menolak mungkin masih jijik atas sperma Pak Bayu dan Nizam tadi. Melihat perlakuan Pak Dahlan yang memandang istriku hina, kotor, dan jijik, aku mendapatkan desiran hebat dalam diriku sehingga aku mencapai klimaks aksi pengintipan ini. Spermaku tercecer di atas tanah. Akhirnya, setelah sekian lama, Pak Dahlan berkata kepada istriku, “mbaaaakkkk, akuuu mau keluarrrr….” Istriku pun berkata kepada Pak Dahlan, “tahannn bentarr massshhhh akuuu sedikitt lagiiiihhh…” Pak Dahlan nampak tidak dapat menahannya dan berkata lagi, “tidaakkk bisaaaa mbakkk…. di luar apa di dalammm?” Tetapi karena tidak ada jawaban dari istriku, karena ia sedang berusaha mencapai kenikmatannya sendiri.

Pak Dahlan terlihat ingin mencabut senjatanya dari liang vagina istriku. Namun, yang tak kuduga-duga, kedua kaki istriku terlihat menahan dan menarik kembali tubuh Pak Dahlan untuk kembali ke dalam tubuhnya. Tanpa tertahankan lagi, Pak Dahlanpun mencapai orgasmenya, “Ohhhhhhhhhhhhhhhh……. mbakkkkkkkkkk……… jangannnnnnnnnn……..” Sepertinya Pak Dahlan tidak ingin menumpahkan spermanya di dalam tubuh istriku ini. Istrikupun berteriak bersamaan dengan keluarnya sperma Pak Dahlan dalam tubuhnya, “ssssssssshhhhhhh……… massshhhhhhhh……… ohhhghhhhhhhhhhhhhhh… angettt…..” Lalu, setelah didiamkan beberapa saat senjata Pak Dahlan sepertinya sudah mengecil dan terlepas dari vagina istriku. Ruangan itu nampak sunyi sekali beberapa saat, akhirnya Pak Dahlanpun berkata, “mbak… itu tumpah takut kena sprei nanti istriku bisa gawat.” Lalu, Istriku sepertinya mengangkat kedua kakinya ke atas untuk membiarkan sperma itu masuk ke dalam tubuhnya. Pak Dahlan yang bingung atas kelakuan istriku ini bertanya lagi, “lho kok malah di masukin mbak gak takut hamil?” Istriku hanya tersenyum simpul dan menjawab kepanikan Pak Dahlan itu, “aman kok mas, bukan masa suburku.” Aku sendiripun lega mendengarkan hal itu. Setelah cukup lama istriku memasukkan semua sperma Pak Dahlan ke dalam tubuhnya. Istrikupun berdiri dan masih telanjang bulat dengan kondisi rambut acak-acakan sperma berceceran di vaginanya hingga pahanya. Istriku pun tetap membantu Pak Dahlan mengambil semua pakaian Pak Dahlan di lantai serta membantu Pak Dahlan untuk memakai pakaiannya tanpa memperdulikan dirinya yang masih kusam dan kotor.
Setelah usai membantu Pak Dahlan berpakaian, Pak Dahlan berkata kepada istriku sambil mengecup kening istriku, “kamu hebat mbak, aku puas” Istriku memberikan senyuman penuh arti kemenangan terhadap mbak Yeni yang selama ini aku puji-puji. Pak Dahlan berkata lagi, “kamu bisa berpakaian sendiri kan? aku harus cepat-cepat mandi dan membereskan kamar ini sebelum yeni pulang. Kalau bisa kamu juga bergegas pulang yah sebelum yeni datang.” Istriku benar-benar seperti pelacur saat itu, setelah dipakai dan diusir pulang. Namun mungkin karena istriku hanyut atas kemenangannya ia tidak perduli dengan perlakuan Pak Dahlan itu, malah ia berkata, “aku bantu membereskan kamar ini deh yah mas.” Istrikupun tanpa menunggu persetujuan Pak Dahlan dengan masih telanjang bulat membereskan kamar itu. Pak Dahlan terlihat meninggalkan kamar itu dan menuju ke arah kamar mandi di belakang rumah. Aku masih penasaran, di manakah pakaian istriku? Akupun mencoba meninggalkan kamar Pak Dahlan dan mengendap-endap ke arah depan rumahnya apakah baju itu ada di ruang tamu? Aku mengintip ke dalam, tidak ada apa-apa hanya gelas minuman dan rokok saja di ruang depan. Lalu, aku berjalan memutar ke samping sisi rumah satu lagi, tetap tidak menemukan apapun di ruang tengah. Aku berjalan lagi ke arah belakang rumah Pak Dahlan, dan melihat ada pintu dapur terbuka di sana, juga tetap tidak menemukan apapun.

Akhirnya setelah sekian lama berputar-putar tetapi tidak menemukan apapun, aku melihat istriku berjalan ke arah kamar mandi Pak Dahlan yang letaknya di dekat dapur belakang rumah itu. Istriku berkata, “mass mandinya masih lama tidak, tolong ambilin bajuku di rumah Pak Nizam dong.” APAA??!! Baju istriku ternyata ada di rumah si Nizam? Memang sih rumah Pak Nizam terletak tepat di belakang rumah Pak Dahlan dari sini saja aku dapat melihat rumah Pak Nizam di belakang sana. Itu menjelaskan mengapa pintu belakang Pak Dahlan terbuka tadi. Berarti tadi mereka menggiring istriku telanjang bulat ke dalam rumah Pak Dahlan melalui pintu belakang. Lalu, tanpa diduga-duga Pak Dahlan berengsek itu berkata kepada istriku, “wah mbak, maaf nih agak lama aku mandinya. Kamar tadi sudah di beresin mbak?” Istriku menjawab, “sudah mas.” Pak Dahlan melanjutkan, “ya udah kamu mandi di rumah si Nizam gih. Cepetan ntar keburu Mbak Yeni pulang loh.” Istriku terlihat kesal mendengar perlakuan Pak Dahlan, lalu istriku berkata lagi, “Mas di mana menaruh handuk, aku pinjam sebentar yah?” Pak Dahlan berkata lagi, “hm… coba kamu cek di jemuran situ, kayaknya ada handuk kecil. Mbak, tolong kunci pintu belakang sekalian yah.” Lalu, istrikupun melangkah ke belakang rumah untuk mencari jemuran sambil mengunci pintu tersebut, dan menemukan handuk kecil yang dimaksud, jka ia menggunakan handuk itu pasti ada salah satu bagian tubuhnya yang akan terpampang bebas karena handuk ini sangat tidak mungkin untuk menutupi tubuhnya secara menyeluruh. Akhirnya tanpa berpikir panjang istriku mengambil handuk itu dan berusaha menutupi bagian bawahnya saja. Namun dadanya ia tutupi dengan tangan kananya. Sambil mengendap-endap dan mengintip ke arah luar serta ke arah rumah Pak Nizam. Sekiranya aman dan tidak ada orang yang lewat di sana, memang sangat jarang ada orang yang melewati jalur ini, mungkin bisa dibilang hanya Pak Nizam yang melewati jalur ini.
===Tambahan Tidak Nyata===
Dengan tangan kanan terus menutupi tubuhnya, istriku berusaha keras mengunci pagar belakang rumah Pak Dahlan. Setelah berhasil mengendap-endap istriku sampai di depan pintu Pak Nizam, dan ternyata… Pintu itu terkunci!!! Waduh ia panik sendiri, haruskah ia kembali ke tempat Pak Dahlan? Istrikupun mengetuk-ngetuk pintu Pak Nizam berharap Pak Nizam berada di rumah. Dengan setengah telanjang, berselimutkan handuk kecil pada bagian bawah istriku terus mengetuk-ngetuk pintu Pak Nizam. Tetapi tidak ada orang yang menjawab, sepertinya Nizam sedang pergi bersama Pak Bayu tadi. Setelah cukup lama, berusaha mengetuk pintu Pak Nizam, istriku memutuskan untuk kembali ke rumah Pak Dahlan. Tetapi bersamaan dengan itu istriku melihat Mbak Yeni sudah pulang. Maka istrikupun mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah Pak Dahlan. Sekarang istriku seorang diri di depan rumah Pak Nizam setengah telanjang. Akupun ingin membantunya tetapi, jika membantunya maka semuanya akan bubar. Mungkin pernikahanku akan terancam. Aku bingung harus bagaimana. Istrikupun pasrah dan duduk di kursi halaman depan rumah Pak Nizam sambil melepas handuk kecil itu dan menutupi tubuh istriku secara memanjang dari dada hingga ke bawah. Setelah menunggu sekiranya waktu menunjukkan pukul 17.30 berarti istriku sudah menunggu sekitar 1 jam lamanya di sana. Terdengar suara orang berjalan dari kejauhan. Istrikupun panik, dan berusaha sekuat tenaga menutupi seluruh bagian tubuhnya. Tetapi apa mau dikata lagi ia tidak mungkin menutupi semuanya. Setelah beberapa saat, sampailah orang itu di depan rumah Pak Nizam, dan terbelalak melihat istri saya setengah telanjang dengan hanya ditutupi oleh handuk. Kedua orang itu sepertinya orang desa sebelah belakang dari sisi desa kami. Kami tidak begitu mengenalnya dan jarang sekali melihat mereka datang ke desa kami. Saya sendiri tidak mengetahui nama mereka.
Namun, pria yang satu berkata kepada pria yang satu lagi, “eh, mir, lu liat itu ga, kok ada perempuan setengah telanjang yah? apa itu setan?” Lalu pria berinisial mir ini pun berkata sambil berusaha melihat ke arah istriku, “eh ia loh saya juga melihatnya, mukanya tidak kayak setan ah jo, lu gila kali cantik gitu dibilang setan.” Lalu, pria berinisal jo ini pun berkata lagi, “kan kali aja gw juga ga tau, masa ada perempuan telanjang magrib-magrib gini sih. sendirian lagi.” Pria berinisial mir menjawab lagi sambil terkekeh, “wah rejeki nomplok nih kayaknya jo. coba yuk kita datengin dulu.” Kedua pria ini mendekati istriku, yang sedang berusaha tertunduk malu menutupi wajah dan tubuhnya, sambil berkata, “halo dek, kok sendirian di sini, gak pakai baju lagi kenapa?” Istriku dengan melirik ke arah kedua pria ini sambil terbata-bata dan tampak ketakutan, berusaha menjawab, “aa… anu… mas, aku kekunci di depan sini, baju aku di dalam rumah. Nunggu yang bawa kunci pulang belum pulang-pulang dari tadi.” Pria berinisial jo ini menimpali, “waduh dek, kok bisa kekunci, dan baju nya kok bisa ketinggalan di dalam sih? bahaya banget loh kalau telanjang gitu di jalan kecil begini. Kalau diperkosa gimana?” Sambil wajahnya menyeringai dan berusaha melirik ke arah tubuh telanjang istriku. Istriku tidak mampu menjawab apapun, hanya tertunduk malu. Pria yang berinisal mir menyadari ketegangan istriku, dan ia berusaha lebih luwes kepada istriku, “eh ia perkenalkan nama saya Amir, dan ini Tarjo. Nama kamu siapa dik?” sambil menyodorkan tangannya untuk salaman. Istriku akhirnya menjawab, “perkenalkan saya Yola mas.” sambil berusaha menahan handuk itu agar tidak jatuh dengan tangan kirinya, istriku bersalaman dengan kedua pria ini. Pak Amir mencoba menenangkan istriku lagi, “gimana kalau saya temani mbak Yola sampai teman mbak pulang ke rumah nih?” Pak Tarjo menyeringai lebar ke arah Pak Amir dan juga Pak Amir seperti memberi kode-kode kepada Pak Tarjo. Istriku menimpali, “eh ga usah mas, aku sendiri aja gpp kok.” Istriku berusaha mengusir mereka. Pak Amir belum menyerah, “tapi mbak, kalau ada pemerkosa datang bahaya loh mbak bisa diperlakukan sadis mungkin dipukuli mbak.” Istriku pun merasa takut mendengar hal itu, sambil tertunduk dan berpikir. Pak Amir dan Pak Tarjo memposisikan diri mereka duduk serta berjongkok di samping istriku.
Sambil berusaha memecahkan keheningan, Pak Amir menyadari bahwa istriku mengenakan cincin kawin, “wah mbak sudha menikah yah, kok suaminya mana?” Istriku bingung ingin menjawab apa cukup lama ia terdiam akhirnya ia menjawab, “belum pulang mas.” Pak Tarjo menimpali lagi, “oh jadi mbak lagi menunggu suaminya pulang yah?” Istriku dengan berusaha berbohong karena malu, “i…iyaa.. mas suamiku lagi pergi sama temannya tadi.” Pak Amir yang sambil terus berusaha mengintip ke arah tubuh telanjang istriku, Pak Amirpun berkata lagi, “mbak cantik yah, suaminya pasti beruntung banget deh bisa mendapatkan istri secantik mbak.” Istriku diam seribu bahasa tidak bisa menjawab apapun. Pak Tarjo bertanya lagi, “mbak ga kedinginan apa tanpa pakaian begitu? Mau pakai baju saya dulu?” Istriku nampak bergembira mendengar itu, “eh… boleh mas… makasih banyak.” Lalu, Pak Tarjo melepaskan kaosnya dan ingin memberikannya kepada istriku tapi malah menariknya kembali. “Tapi dengan satu syarat mbak.” begitu katanya. Istriku bertanya penuh keheranan, “ss…syarat apa ya mas?” Pak Tarjo menimpali, “Syaratnya kamu singkirkan dulu handukmu itu, biarkan aku bisa melihat mbak lebih jelas, hehe…” Kedua pria itu pun tersenyum lebar mendengar perkataan Pak Tarjo. Istriku terdiam, tetapi tidak protes sedikitpun, istriku tanpa banyak berpikir lagi ia langsung menyingkirkan handuk itu dari tubuhnya dan terpampanglah tubuh wanita polos telanjang bulat di depan kedua pria yang baru saja dikenalnya 5 menit lalu.

Mata kedua pria ini benar-benar tertegun tidak bisa lepas dari selangkangan istriku serta buah dada istriku yang menggantung bebas dihadapan mereka. Mereka seolah-olah terhipnotis ingin menerkam istriku itu. Setelah tediam beberapa lama, Pak Amir dan Pak Tarjo saling menatap dan berdiri didepan istriku itu. Sambil melepaskan pakaian mereka satu per satu. Istrikupun panik berusaha mengambil handuk itu lagi, namun dengan sigap Pak Tarjo menepis handuk itu ke samping jatuh dan kotor. Kini Pak Tarjo dan Pak Amir sudah bertelanjang bulat di depan istriku. Istriku benar-benar tampak ketakutan terlihat dari wajahnya dan matanya seperti ingin menangis. Lalu Pak Amir berusaha menenangkan istriku lagi, “mbak, jangan nangis mbak, tolongin kami aja deh kita janji gak akan memperkosa mbak. Tapi bisa ga bantu kami keluarin hasrat kami.” Istriku pun diam seribu bahasa, dan karena ingin semua ini cepat berakhir berhubung langit juga sudah terlihat gelap. Istriku langsung berjongkok di depan kedua senjata mengatung bebas ini tanpa berkata apapun, mengulum senjata Pak Amir. Aku tidak dapat melihat dari arah sini sebesar apa senjata mereka. “Oh… pintar banget ini perempuan.”, timpal Pak Amir ke arah Pak Tarjo. Tanpa menunggu lama, senjata Pak Tarjo sudah digenggam oleh istriku, sambil terus menghisap kemaluan Pak Amir. Pak Tarjo tersentak, “wow…” Tak lama setelah itu, istriku mengulum senjata Pak Tarjo sambil mengocok senjata Pak Amir. Pak Amir yang terlihat cukup cerdik berkata, “wah ini perempuan kayaknya udah mengerti yang kita mau jo.” Lalu melanjutkan pertanyaan kepada istriku, “memangnya mbak Yola pernah yah melayani dua pria seperti ini?” Istriku tidak mau mengindahkan pertanyaan itu dan melanjutkan kulumannya terhadap Pak Tarjo. Namun, mungkin karena kesal didiamkan oleh istri saya, Pak Tarjo berkata, “kalau kamu gak menjawab kita perkosa berdua lho” Istriku lalu melirik ke arah Pak Tarjo dan Pak Amir sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda bahwa dia pernah melayani dua pria sebelumnya.
“Wah, tidak heran deh kalau kamu pinter melayani kita berdua sekaligus. Jadi penasaran nih bagai mana rasanya berhubungan dengan kamu.”, timpal Pak Amir. Istriku menoleh ke arah Pak Amir dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Pak Tarjo pun menjawab lagi, “ayo lah mbak, bantu kita-kita nih, udah kepalang tanggung.” Istriku melotot ke arah mereka dan berkata, “tidak mas… jangan… bentar lagi suami saya pulang mas.” Tetapi Pak Amir malah berkata sambil mengangkat tubuh istri saya dari posisi berjongkok menjadi berdiri, “ya makanya mbak, kita buru-buru sebelum suami mbak pulang dong.” Istriku terus-terusan berkata, “jangan mas… jangan ampun mass…” Tetapi tangan Pak Amir dengan lincah merogoh liang vagina istriku dan membuat istriku terpekik, “awww… shh…” Pak Amir melihat tangannya basah dan berkata, “lho katanya gak mau kok basah gini? Hm kok bau sperma yah? Kamu habis berhubungan yah tadi? Wah dengan siapa tuh? Hayo… Mau kita beri tahu suami kamu ah kalau kamu tidak mau melayani kami.” Istriku pun terdiam seribu bahasa, tidak mampu menjawab apapun lagi, ia menangis tersedu-sedu. Namun, Pak Amir tidak perduli akan hal itu lagi, ia menundukkan istriku menghadap kemaluan Pak Tarjo, dan mulai mengarahkan senjatanya ke dalam liang vagina istriku. Tanpa kesulitan karena sudah basah, blesss… masuk sudah senjata Pak Amir, pria yang baru dikenalnya 15 menit yang lalu. Istriku terpekik, “oooggghhh… sssshhhh…” Seketika itu juga, mulut istriku dimasuki oleh senjata Pak Tarjo. Dari posisi ini sudah mulai terlihat bahwa senjata Pak Amir cukup normal ukurannya, sedangkan Pak Tarjo, cukup besar dan berwarna hitam kecoklatan, mirip dengan Pak Bayu.
Pak Amir terlihat asik memompa istriku sambil meracau, “ohhh… yeeeehhh… ooohhh… sipppp…. kapan lagi dapat istri orang jo cantik lagi.” Istriku sudah pasrah dalam keadaan ini dan berusaha mengimbangi permainan Pak Amir, ia pun menggoyang-goyangkan pinggulnya dan mendesis-desis kecil, “hmbpphhmm…. hmbphm,…sssshhh…” Pak Amir dan Pak Tarjo bertatap-tatapan melihat istriku yang sudah keenakan. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat istriku yang sudah hanyut akan birahi. Dengan kasar, Pak Amir terus menyodok-nyodokkan senjatanya ke arah kemaluan istriku. “Wah gila enak banget ini istri orang, ga tahan nih….”, seru Pak Amir. Lalu, Pak Amir mencabut senjatanya dan memutar tubuh istriku bergantian, sambil terus mengocok senjatanya sendiri melihat Pak Tarjo mengarahkan senjatanya ke arah liang vagina istriku. Namun, Pak Tarjo nampak kesulitan memasukkan senjatanya yang cukup besar itu, akhirnya karena tidak berhasil masuk terus. Yang tak kuduga-duga istriku malah mencari dan meraba kemaluan Pak Tarjo untuk diarahkan ke vaginanya sendiri. Pak Tarjo melirik ke arah Pak Amir sambil tersenyum lebar. Sedangkan Pak Amir sudah tak tahan lagi ingin segera menyemburkan spermanya itu ke wajah istriku. Jleb… tubuh istriku tersentak atas kemaluan Pak Tarjo yang memasuki tubuhnya itu, “ahhh….” Bersamaaan dengan itu, Pak Amir menyemburkan spermanya ke mulut istriku yang terbuka, sebagian terkena rambut istriku namun, istriku dengan cepat dan tanggap mengulum senjata Pak Amir agar tersembur di dalam mulutnya tidak berceceran ke mana-mana. “Wowww… mantap nih perempuan… mau menelan sperma gw.” seru Pak Amir yang senjatanya sudah dilumat habis dan terlihat mulai menciut.

Dari kejauhan aku mendengar suara langkah kaki, sepertinya Pak Nizam sudah pulang bersama Pak Bayu. Lalu, akupun panik apa yang akan dikatakan mereka kepada istriku jika melihat hal ini. Aku tidak dapat memikirkan satu solusipun. Karena aku juga tidak dapat berkonsentrasi penuh melihat yola dikerjai oleh dua pria yang baru dikenalnya ini. Sesampainya mereka di rumah Pak Nizam, mereka kaget sekali melihat ada dua pria sedang melakukan persetubuhan di depan rumahnya. Pak Bayu yang terkenal sebagai preman di kampung ini lgs berteriak, “eh brengsek ngapain kalian?” Istriku tersentak kaget mendengar suara Pak Bayu. Dan, mencabut penis mereka berdua dari mulut dan liang vaginanya, sambil berusaha meraih handuk yang terjatuh tadi. Pak Amir dan Pak Tarjo bertatap-tatapan dengan Pak Bayu dan Pak Nizam. Kata Pak Amir kepada Pak Tarjo, “wah jo, sial jg kita ternyata itu bininya si Bayu.” Namun, si Bayu bukan membela istriku malah berkata, “eh, siapa bilang itu istri gw?” Pak Amir kebingungan, “lalu, istri Pak Nizam?” Pak Nizam menggeleng-gelengkan kepala. Pak Tarjo ikut kebingungan, “Lalu istri siapa yah ini? kok tadi bilangnya istri yang punya rumah ini?” Pak Bayu dan Pak Nizam bertatap-tatapan, dan ketawa terbahak-bahak. Pak Bayu dengan cerdik dan berkata, “gini aja deh, kita selesaikan dengan kepala dingin, gimana kalau kita masuk dulu ke rumah semua.” Lalu mereka bersama-sama masuk ke dalam rumah, istriku hanya diam dan pasrah di gandeng oleh Pak Bayu masuk ke dalam rumah. Aku pun mencoba mengikuti mencari posisi yang pas untuk mengintip. Tetapi tidak ada posisi yang benar-benar bagus karena rumah ini sangat kecil, aku hanya dapat mengintip sedikit. Itupun aku harus berjingkrak-jingkrak untuk mencapai jendelanya. Sangat tidak memadai untuk mengintip.

Tetapi aku dapat mendengarkan percakapan mereka di dalam. Sesampainya aku di posisi mendengarkan, Pak Bayu menyuruh Pak Nizam menemani istriku mandi dan membersihkan tubuhnya. Lalu, aku mendengar mereka berbicara tentang, bagaimana mereka bisa menyetubuhi istriku? kenapa ini semua bisa terjadi? Lalu, setelah mendengarkan penjelasan dari Pak Tarjo, Pak Bayu tertawa terbahak-bahak. Lalu, Pak Bayu menceritakan siapa itu yola, tinggal dimana dan siapa suaminya, namakupun disebutkannya. Setelah itu, Pak Bayu mengganti topic, dan berkata, “gini mas sudah lama kampung Pak Tarjo dan Pak Amir, tidak sejalan sama kampung kita. Bagaimana kalau saya izinkan kalian mengerjai Yola lagi, maka sejak hari ini kampung kita berteman tanpa keributan lagi.” Pak Tarjo dan Pak Amir, saling bertatap-tatapan, lalu Pak Tarjo berkata lagi, “Wah, Pak Bayu, serius nih? Bapak tidak takut dengan suaminya?” Pak Bayu menghisap rokok dalam-dalam, dan tertawa, “Hahaha… Takut kenapa? Berdasarkan cerita bapak-bapak tadi kenapa bapak bisa bertemu dengan Yola, sepertinya yola datang sendiri ke sini ingin mengejutkan saya dan Nizam. Mungkin suaminya lagi ga kasih jatah kekekekeke….” Begitu mereka tertawa terkekeh-kekeh.

Lalu, aku tidak dapat melihat dalam posisi ini lebih lama lagi karena posisi mengintip aku benar-benar tidak nyaman. Dan aku juga takut ada orang lain yang melewati daerah ini, dan lagi waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 aku harus menyalakan lampu rumah. Maka aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan berbenah di sana. Aku berpikir bahwa istriku akan pulang sebentar lagi setelah mandi di rumah Pak Nizam. Tetapi sampai saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 belum juga ada tanda-tanda istriku akan pulang. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah Pak Nizam lagi untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Sekiranya beberapa jengkal sebelum sampai di tempat mengintip, terdengar suara erangan istriku yang benar-benar sedang mengayuh kenikmatan. “sssh…. ohhh… mass… ohh… ssshhh…” sekiranya begitu suaranya. Ketika aku melihat melalui posisi aku mengintip, ternyata istriku sedang berada di atas Pak Tarjo. Sedangkan ketiga pria lainnya sedang terduduk dan tertidur kelelahan di depan televisi sana. Yang tersisa tinggal istriku dan Pak Tarjo.

Terdengar suara-suara persetubuhan mereka. Tak lama kemudian istriku berkata, “mas, kok mas belum keluar sih kuuatt amaat… oghhh ssshhh…” Pak Tarjo terlihat senang dan berkata, “iya dong sayang, aku kan ingin memberikan apa yang tidak diberikan suami kamu.” Istriku tersenyum mendengar itu dan berkata lagi, “oh mass, enakkk, aku… ohh istrimu mas…” Pak Tarjo mengangkat istriku, membaringkannya, dan mulai menyodok-nyodokkan senjatanya dengan cepat dan kasar. Istriku berteriak-teriak, “Achh.. Ohh… Yeaaaahhh… Yahhh…. SSshhh… Achhh… Massssssssssss” Tanpa berhenti Tarjo meremasi buah dada istriku mengulumnya menyedotnya dan menciumi bibir istriku. Kini terlihat istriku berpangutan dengan Pak Tarjo, mereka saling bertukar lidah dan air liur.
Sekiranya pukul 20.30, sampailah sudah pergumulan ini pada klimax nya, istriku menjerit keras sekali, “aaaa.chhhh… keluarrr…….. masssssss..” Pak Tarjo pun berkata, “akuuu juga sayanggg…” Pak Tarjo terjatuh dan terbaring di atas istriku dengan kemaluan masih berada di dalam vagina istriku. Terdengar suara terengah-engah di antara kedua insan ini. Pak Tarjo dan istriku nampak tidak bergerak sama sekali, tidak ada upaya istriku ingin menggeser Pak Tarjo dari tubuhnya. Sekiranya beberapa menit dalam posisi seperti itu. Aku pun beristirahat dari mengintip. Karena posisi mengintipku benar-benar tidak enak. Sekiranya beberapa menit kemudian aku mengecek lagi kondisi mereka, ternyata masih juga pada posisi yang sama. Semuanya tertidur. Waktu sepertinya sudah menunjukkan pukul 21.00 belum ada tanda-tanda mereka bangun. Apa yang harus aku lakukan istriku harus segera pulang. Aku mulai merasa kedinginan di depan sini. Akhirnya setelah menunggu sekian lama aku memutuskan untuk meninggalkan istriku bersama pria-pria brengsek itu lagi.
Sesampainya di rumah aku mencari jacket dan celana panjang. Lalu, buru-buru berlari ke arah rumah Pak Nizam kembali. Sesampainya di sana aku menemukan istriku sedang berdiri telanjang bulat dan berjalan ke arah tumpukan pakaian di kursi panjang. Sepertinya itu pakaian istriku, aku melihat Pak Amir terbangun dari tidurnya. Dan berjalan ke arah istriku, sambil berkata, “mau pulang dik?” Istriku berkata, “iya mas, kalau tidak suamiku akan kebingungan.” Pak Amir sepertinya terangsang melihat tubuh telanjang istriku itu, terlihat senjatanya mulai bereaksi. Pak Amir berkata, “sini aku bantu pakaikan baju” Pak Amir mengambil Bra istriku dan membentangkannya lalu istriku bersiap mengenakannya tetapi dengan licik Pak Amir malah meremasi buah dada istriku. Istriku menggerutu, “aduh mas, udah dulu yah. ehm…” Pak Amir berkata lagi sambil tersenyum, “iya cuma iseng kok mengucapkan perpisahan kepada ini. hehe…” sambil terus meremasi dan memuntir pentilnya. Lalu, Pak Amir berjalan ke belakang istriku bukannya malah mengaitkan bra tersebut tetapi malah meremasi buah dada istriku dari belakang.

Istriku diam saja menerima aksi Pak Amir ini, dan terlihat semakin lama, istriku menyandarkan kepalanya ke pundak Pak Amir serta memejamkan matanya. Lenguhan pelan terdengar dari bibir istriku, “ughh…. hmmmbhhmm..” Senjata Pak Amir pun terlihat ingin beraksi kembali. Tanpa kuduga-duga tangan istriku membelai rambut Pak Amir dan mengarahkan wajahnya ke arah wajahnya sendiri. Merekapun berciuman, bibir mereka perbangutan. Cukup lama mereka dalam posisi seperti ini, istriku terlihat menaikkan satu kakinya ke bangku panjang di depannya. Pak Amir juga tanggap sekali untuk menurunkan serangannya ke arah vagina istriku. Sekarang terlihat istriku benar-benar dikuasai oleh hasrat Pak Amir ini. Tangannya terus meremasi dada istriku, sedangkan tangan satunya terus mengobok-obok vagina istriku dan mereka terus berpangutan. Namun, secara perlahan bra istriku terjatuh ke lantai. Lalu, istriku dengan tidak sabar melepaskan ciumannya dan memposisikan dirinya menungging dengan pantat terbuka ke arah Pak Amir. Pak Amir mengerti yang diinginkan istriku dan langsung saja memasukkan senjatanya ke dalam vagina istriku.
Istriku terpekik, “oughhh… ssshhh…” Aku melihat waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 tetapi sepertinya istriku sedang memulai petualangan barunya. Lenguhan demi lenguhan, desahan demi desahan mereka mengarungi bahtera cinta bersama-sama. Sekiranya beberapa menit kemudian, terdengar lolongan panjang dari istriku, “oughhhhhhhhhh……………. massssssss…….. gilaaaaaaaaa………..” Pak Amir pun terdengar, “hufhhhhhhhhhh……..” Tanpa berlama-lama Pak Amir mencabut senjatanya dari vagina istriku yang sedang menungging lemas. Terlihat cairan sperma Pak Amir meleh keluar di bibir vaginanya. Lalu, istriku mengambil celana dalamnya dan mengelap cairan tersebut dengan celananya dalamnya sendiri. Lalu duduk di bangku panjang itu sambil terengah-engah dan tersenyum melihat Pak Amir berdiri di depannya. Namun, istriku tidak mau berlama-lama ia langsung berdiri dan menggunakan Bra nya. Pak Amir membantu mengenakan Rok istriku serta mengancingkan Pakaian istriku. Istriku merasa tersanjung atas perbuatan Pak Amir tersebut dan mengelus kemaluan Pak Amir sambil mengecup bibirnya dan mengatakan “Terima Kasih.” Serta memberikan celana dalam istriku yang penuh sperma itu kepadanya. Mengapa? Mengapa istriku berterima kasih kepada Pak Amir? Sepertinya istriku tersenyum penuh kepuasan atas permainan terakhir tadi.
Akupun beranjak untuk pulang karena aku harus sudah ada di rumah sebelum Istriku, Yola. Sekiranya 5 menit aku di rumah istrikupun datang. Aku membukakan pintu dia tetapi biasanya ia mencium dan memelukku kali ini ia berkata aku mau mandi dulu mas. Aku capai. Aku memakluminya karena dia sudah bermain sepanjang hari.

================================================== =

Sekiranya beberapa hari setelah kejadian di rumah Pak Nizam pada Part 7. Hari itu adalah hari senin, saya harus pergi ke sawah saya kebetulan saat ini adalah masa panen. Saya harus mengawasi pekerjaan para petani di sana. Dan merencanakan pembelian pupuk selanjutnya. Singkatnya saya harus pergi pagi-pagi sekitar pukul 8 pagi. Saat itu, istriku Yola, sedang bersiap-siap untuk membersihkan rumah dengan mengenakan daster berwarna putih bercorak kembang ia mulai membersihkan halaman rumah. Dan akupun berpamitan kepada istriku dan mengatakan bahwa aku mungkin pulang agak malam karena sekarang masa Panen di sawah saya. Sekiranya sudah seharian di sawah. Aku baru bisa pulang kerumah sekitar pukul 3 sore. Ternyata lebih cepat dari pada biasanya. Biasanya bisa sampai malam. Badanku sudah kumel dan kotor karena membantu para petani untuk memilah panen terbaik.

Dari jalan agak jauh dari rumah saya dapat melihat halaman depan rumah saya. Saya mendapati seseorang yang tidak saya kenal duduk di depan teras rumah saya sambil menghisap batang rokok sambil meminum kopi. Sayapun memperlambat jalan saya dan berharap-harap cemas siapa orang tersebut dan apa yang dilakukannya di sana. Saya berjalan tertatih-tatih kelelahan sambil membawa beberapa contoh panen untuk ditunjukkan kepada pemborong saya. Semakin dekat saya dengan rumah tetap saja saya tidak mengenal orang tersebut. Mungkin saja tamu atau pemborong baru yang saya tidak kenal. Sesampainya saya pada pagar rumah saya, saya membuka pagar tersebut. Orang yang sedang merokok tadi jalan mendekat, sambil mengkerutkan dahinya dan menaruh rokoknya di meja. Bersamaan dengan itu, saya melihat Pak Amir keluar dari dalam rumah. “Deg!” begitu suara jantungku serasa berhenti dan salah tingkah. Pak Amir adalah orang yang beberapa hari lalu memperkosa Yola di rumah Pak Nizam (Baca Part 7).

Bapak yang merokok tadi bertanya kepada saya, “ada yang bisa saya bantu pak?” Saya pun terdiam cukup lama dan memandang ke arah kedua pria ini. Memutar otak saya dan keringatpun mengalir dengan deras. Jantung juga berdegup tidak karuan. Akhirnya karena badan saya kumel dan kotor saya memutuskan untuk bertingkah menjadi orang lain. “Anu, saya mau menaruh hasil panen ini. Biasanya disuruh mengantar ini ke dapur oleh Ibu Yola. Ibu Yolanya ada?” Pak Amir dengan luwes menjawab, “Bapak siapa yah? Ibu Yola sedang sibuk di dalam.” Lalu, samar-samar aku mendengar suara-suara seperti desahan tetapi juga seperti tangisan. Saya terdiam lagi, dan menjawab, “Saya suruhannya Pak Naryo suami Ibu Yola, untuk mengantarkan hasil panen ke dapur.”

Pak Amir menjawab lagi, “Begitu ya pak, Ibu Yolanya sedang tidak bisa diganggu sih pak. Tapi mungkin bapak bisa lewat belakang saja dan menaruhnya di dapur.” Saya pun berkata, “Baiklah, kalau begitu saya permisi menaruh ini ke dapur.” Ketika saya melangkah ke arah samping rumah saya mendengar suara desahan lebih jelas lagi. Sambil terus di kawal oleh kedua orang ini. Seketika itu saya berusaha melirik-lirik ke arah dalam rumah berharap menemukan istriku Yola. Ada sedikit kecemasan dalam hatiku tetapi entah apa itu. Sesampainya di dapur aku berhasil melirik ke dalam, aku melihat sepintas ke arah ruang tengah depan kamarku. Yola sedang telanjang bulat dengan kedua tangan terikat menjadi satu dan mata tertutup oleh kain sedang berlutut mengulum salah seorang pria berperingai galak dan kekar. Aku pun langsung meletakkan hasil panen tersebut dan ingin berusaha lari mencari pertolongan. Tetapi baru, meletakkan panen itu, kedua pria di belakang saya mencegah langkahku.

Pria yang merokok tadi berkata, “Apa yang kamu lihat? Karena kamu sudah terlanjur melihat, kami tidak bisa mengizinkan kamu pergi.” Pak Amir berusaha berprilaku baik kepadaku, “Begini pak, kami tidak bisa membiarkan bapak pergi begitu saja setelah melihat Ibu Yola seperti itu. Tetapi jika bapak mau bekerja sama dengan kami. Kami tidak akan melukai bapak.” Saya terdiam dan melotot hingga keringat dingin mendengar perkataan tersebut, “Be…bekerja sama bagaimana yah pak?” Pak Amir, menjawab lagi, “Pertama-tama suami Ibu Yola biasanya pulang jam brp yah?” Sayapun berbohong dan berkata, “Biasanya sekitar jam 6 sore pak.” Pak Amir tersenyum sambil melirik bapak di sebelahnya, dan berkata lagi, “Baik, sekarang bapak duduk dulu kita berbincang-bincang sedikit.” Sambil mempersilahkan aku duduk di bangku halaman belakang mereka berdiri di depan saya seperti ingin mengajari sesuatu. Akupun menuruti mereka untuk duduk.

Pak Amir berkata lagi, “Bapak sudah berapa lama bekerja dengan suami Ibu Yola?” Akupun berbohong lagi dan berkata, “Sudah 5 tahun Pak”. Pak Amir tersenyum dan berkata, “Apakah selama 5 tahun ini bapak pernah membayangkan Ibu Yola?” Saya berpura-pura bodoh dan berkata, “Mm… maksud bapak?” Bapak yang merokok itu menimpali, “Ingin untuk berhubungan intim dengan Ibu Yola.” Saya pun berpura-pura kaget dan berkata, “Wah! Tidak pak Tidak berani saya selancang itu.” Pak Amir, dengan sikap luwes nya berkata lagi, “Apakah bapak jika ada kesempatan, ingin mencicipi rasanya istri dari majikan bapak?” DEG! Begitu suara jantung saya. Namun, batang sayapun mulai terasa ada reaksi. Degup jantung semakin cepat dan aku tidak mampu berkata-kata. Aku pun hanya terdiam.

Pak Amir mengajakku, “Ayo pak coba ikut saya sebentar saya tunjukkan sesuatu.” Aku hanya melotot ke arah kedua pria ini. Dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti mereka masuk ke dalam rumahku sendiri. Sesampainya di ruang tengah, aku melihat posisi Yola istriku masih seperti tadi. Bapak yang senjatanya sedang dilayani oleh mulut istri saya, melihat kami masuk ke ruangan tengah dan berkata. “Hey, siapa dia?” Bapak yang merkok tadi berkata kepada dia, “Tenang saja, lanjutkan saja pak.” Saat itu saya menangkap, apakah yang sedang dilayani oleh istri saya ini adalah boss dari mereka? Kamipun terdiam cukup lama menyaksikan istriku melayani pria berperingai galak ini. Dengan kedua tangan terikat dengan kain, tangan istriku menggengam senjata pria ini dan mulut istriku tetap bekerja maju mundur untuk melayaninya.

Setelah cukup lama kami melihat aksi ini, Pak Amir membuka pembicaraan kepadaku, “Bagaimana pak? Apakah bapak tertarik ingin bergabung?” Aku hanya melirik Pak Amir sejenak dan diam saja tanpa berkata apapun. Bapak yang merokok tadi, maju dengan seenaknya meremas dada istriku dan memilinnya. Istriku terlihat hanya melenguh tertahan karena tersumbat oleh senjata Bossnya itu. “Hmbbhpphm…”, begitu sekiranya lenguhan istriku. Dengan santainya bapak yang sedang memegang dada istriku melihat kearahku dan berkata, “Tidak usah kahwatir dia tidak akan tahu siapa kamu. Kerna menggunakan penutup mata. Dan juga kami tidak akan bilang kok sama suami dari Ibu Yola tentang ini. Kamu tenang saja.” Mereka semua tertawa terbahak-bahak. Mereka benar-benar tidak menyadari bahwa akulah suaminya. Sedangkan aku masih terdiam saja tidak mampu berkata-kata apapun. Tidak lama kemudian Bapak yang sedang memilin dada istriku, membuka semua pakaiannya dan terlihat senjatanya mengacung keras, cukup besar juga.

Boss yang sedang dilayani oleh istriku sepertinya mengerti dan melepaskan senjatanya dari kuluman istriku. Lalu, ia memposisikan dirinya tidur di atas tikar di ruang tengah itu. Dan, Pak Amir menuntun istriku untuk bangkit secara perlahan berjalan ke arah Bossnya yang sedang berposisi tidur dengan senjata mengacung keras. Aku sudah mengerti istriku akan di bawa ke mana. Aku hanya dapat menyaksikan dan tak mampu berbuat apapun. Perlahan istriku melangkahi Boss itu, dan tanpa disuruh lagi istriku sudah mengerti, ia langsung berjongkok. Sepertinya istriku sendiri juga sudah dimakan birahi yang cukup besar. Kedua tangannya yang terikat itu mencari-cari senjata Pak Boss, dan berusaha menuntunnya ke liang vaginanya sendiri. “Jleb… ssshhh…” begitu sekiranya suara lenguhan yang terdengar ketika senjata tersebut memasuki liang vagina istriku sendiri.

Tanpa disuruh keduakalinya, istriku menggoyangkan pinggulnya sendiri menikmati senjata si Boss itu didalam rahimnya. Dengan kedua tangan bertumpu pada dada bidang sang Boss, Istriku terlihat benar-benar menikmatinya terus menggoyangkan pinggulnya. Bapak yang merokok tadi, berjalan ke samping istriku dan langsung mengulum dada sebelah kiri istriku, sedangkan tangan kanannya meremas dada kanan istriku. Istriku mulai melenguh kencang, “Ooooouuuggghhhh… ssshhh….” Pak Amir lalu tersenyum sambil melihat ke arah bossnya, ia berjalan ke arahku dan berkata, “ayo Pak, ikutan” Aku terdiam dan hanya menggeleng-gelengkan kepala. “Udah jangan malu-malu sini kapan lagi kamu bisa mencicipi Ibu Yola?” Aku tetap tidak beranjak. Lalu, Pak Amir menarikku ke sebelah kanan istriku. “Buka!” begitu katanya singkat agar aku membuka celanaku. Akhirnya aku menyerah karena memang senjataku juga tidak muat lagi di dalam celana dalamku. Aku mengeluarkan senjataku dan menyodorkannya ke arah wajah istriku. Namun, istriku benar-benar tidak menyadari bahwa ada senjataku di sebelah kanannya, karena matanya sedang tertutup oleh kain hitam.

Pak Amir mengarahkan wajah istriku ke arah kanan, dan menemukan senjataku. Tanpa disuruh lagi, istriku membuka mulutnya sambil terus melenguh, “ssshhhh…. huuufffhhh… hmbpphhmm…” Ia mulai mengulum senjataku secara perlahan. Tetapi lambat laun kuluman istriku dan sedotannya semakin kuat dan cepat, aku benar-benar tidak tahan melihat istriku seperti ini, sekiranya 3-5 menit setelah istriku mengulumku. Aku menumpahkan cairan putih ku ke dalam mulut istriku. Perlu dicatat pada bagian ini, ini adalah pertama kali dan sampai kini Juni 2013, istriku menelan spermaku. Karena setelah ini istriku tidak pernah menelan spermaku lagi. Biasanya istriku berkata jijik untuk menelan spermaku, sedangkan istriku selalu menelan sperma pria-pria lain yang menidurinya. Tetapi kali ini untuk pertama kalinya aku merasakan sensasi seperti pria-pria itu. Jujur saja ketika aku menuliskan kisah ini ingin rasanya menyuruh istriku menelan spermaku lagi.

Melanjutkan cerita, aku pun melenguh panjang, dan mundur dari kuluman istriku. Sejataku menciut kecil, para pria tersebut terbahak-bahak melihat aku seperti itu. Seperti mencemooh aku seakan-akan aku ini paling lemah dan tak berdaya di antara mereka. Lalu, Pak Amir mengambil posisiku ia memelorotkan celananya dan mengarahkan senjatanya ke arah mulut istriku yang sedang mendesah-desah kenikmatan. Sekarang lengkaplah terlihat istriku yang tadinya diperkosa oleh ketiga pria tidak dikenal ini. Cukup lama mereka berada dalam posisi ini. Lalu, bapak yang di sebelah kiri istriku memberi kode kepada Pak Amir untuk melepaskan ikatan tangan istriku yang sedang dilanda nafsu ini. Dengan seketika ikatan tangan istriku pun terlepas. Akupun berlari kebelakang dapur dan bersembunyi. Agar takut-takut kalau istriku melepaskan ikatan matanya. Dan benar saja, istriku langsung melepaskan ikatan matanya dan melihat ke arah 3 pria ini. Tanpa berkata apapun, istriku langsung melanjutkan kulumannya terhadap Pak Amir. Sedangkan tangan kirinya berusaha menggapai senjata bapak yang di sebelah kirinya.

Sekarang terlihatlah dengan jelas, seorang istri sedang melayani dan menyambut dengan “sangat murah hati” untuk memberikan tubuhnya kepada ketiga tamu tidak dikenalnya kecuali Pak Amir tentunya. Senjataku pun perlahan sudah mulai membesar kembali. Waktu sudah menujukkan pukul 4 sore, keringat dari mereka sudah mulai bercucuran. Istriku terlihat kenikmatan dan kewalahan “melayani” para tamunya tersebut. Sepertinya irama permainan sudah semakin cepat, si boss sudah mulai merasakan sesuatu terlihat dari raut wajahnya. Tanpa berlama-lama si boss berteriak, “oouuugghhh… nikmattt sekali memekmu mbakkkkk…” Sepertinya si Boss keluar di dalam vagina istriku. Istriku menghentikan goyangan pinggulnya, si boss pun mengangkat pinggul istriku dan bangkit berdiri. Sedangkan istriku dituntun oleh bapak yang merokok itu ke arah kamarku sendiri. Istriku dengan bergandengan tangan seperti orang sedang kasmaran berjalan mengikuti bapak itu ke arah kamar pengantin kami. Akupun memutar ke halaman depan untuk mengintip kamar tidurku dari jendela.

Sesampainya di sana istriku tanpa di suruh lagi memposisikan dirinya untuk tidur di ranjang dan membentangkan kedua kakinya dan mungkin dapat terlihat cairan sperma Pak Boss masih di sana dan di pahanya. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas dari sini. Bapak yang merkokok tadi itu, dengan terbelalak melihat kelakuan istriku berkata, “wah, mbak Yola udah ga tahan yah, saya juga ga tahan mbak” Tidak berlama-lama lagi langsung menyambar istriku dan memasukkan senjatanya dengan kasar ke liang vagina istriku serta menciumi bibir istriku. Terlihat mereka seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran melumat meraup menyedot nafsu satu sama lain. Terlihat lidah bapak si perokok ini di hisap dan di sedot oleh istriku tanpa rasa jijik sedikitpun. Di ruang tengah terlihat Pak Boss sedang berpakaian dan bersih-bersih. Sedangkan Pak Amir, memanggil-manggil aku untuk ke ruang tengah. Aku pun memutar dan masuk kembali ke dalam.

Pak Amir dengan lagak seperti boss, menepuk-nepuk pundakku dan berkata, “Kamu mau gak seperti pak joni di dalam?” Ternyata nama pria prokok itu Pak Joni. Aku bertanya, “Mm… maksud bapak?” “Apa kamu ingin mencoba rasanya vagina istri majikanmu, hahaha”, sang boss dan Pak Amir tertawa berbarengan. “Ah, tidak usah pak, saya sudah cukup.”, begitu aku menjawabnya. “Sudah, kamu tidak usah malu, rahasia aman kita jaga. Apa kamu mau saya menutup mata Ibu Yola lagi?”, tanya Pak Amir. “Saya menjawab lagi, ah tidak usah pak tidak apa. Saya sudah cukup begini saja.” Pak Amirpun berkata, “Baiklah kalau begitu saya saja yang menikmatinya lagi setelah Pak Joni.” Setelah berkata seperti itu, Pak Amir dan Bossnya mengajakku untuk duduk di halaman depan rumah. Si Boss bertanya kepadaku, “Hey kamu, apa kamu tahu di mana saya bisa mengambil minum? Saya haus.” Lalu saya menjawab, “oh sebentar pak saya ambilkan.”

Sambil berjalan melalui kamarku, aku melihat sekejab mata, istriku sedang ditindih oleh Pak Joni. “Ahhh… uhhh…. iihhhh… aaaahhhhhhh…. ssshhh…. sssshhhhhh…”, sekiranya demikian suara nafsu birahi istriku yang sedang memuncak. Akupun berjalan mengambil minum dan sekembalinya aku melalui kamarku lagi. Akupun berjalan perlahan dan tertahan ingin mengintip. Terlihat posisi mereka berubah, istirku Yola, sedang menunggangi senjata perkasa Pak Joni. Untungnya posisi mereka membelakangi arah pintu kamarku, sehingga istriku tidak melihat aku di belakangnya. Seketika itu aku melihat istriku menggoyangkan pinggulnya serta pantatnya ke sana kemari. Dengan tangan kiri bertumpu pada dada Pak Joni. Sedangkan tangan kanannya sedang meremasi dada kanannya sendiri, memilinnya sambil memejamkan mata menengadah ke arah langit-langit.

“Oughhh… ssshhh… ahhhh…. yeeaaaahhhhh… yahhh….”, desahan istriku semakin membara. Pak Joni terdengar samar-samar berkata, “mbak… suami kamu beruntung mendapatkan istri seperti mbak… uhh… oghh… andaikan saja kamu istriku…” Sambil terlihat tangan kanan Pak Joni meremas dada kiri istriku. Istriku berkata terbata-bata ditengah-tengah nafsunya yang sedang memuncak, “ahh…a….kuuu… istri…. istrii…. muu… ssshhh…. mass…. aku istrimu mass….” DEG!!! Jantungku serasa berhenti sesaat. Darahku berdesir kencang. Nafasku terasa sesak. Di satu sisi, senjataku bereaksi tiba-tiba saja ia berontak dari celana dalamku di bawah sana. Pak Joni pun tertawa meringis, “heheee…. heee…. akan ku puaskan kamu istriku sayangg…..” Istriku berkata lagi, “yaaahhhhhhh… puass…. puasssinn…. mass… puasin… akuuuuuuuuu………. oooohhhhhhh!!!” Akupun dengan berat, melangkah ke depan rumah untuk mengantarkan minuman kepada tamu-tamu yang mungkin nanti akan mengilir istriku lagi.

Akupun berusaha menenangkan diriku mencoba berbaur dengan Pak Boss dan Pak Amir di halaman rumahku sendiri ini. Kami berbicara panjang lebar dan aku baru memahami apa yang sebenarnya terjadi sewaktu aku pergi ke sawah tadi. Sekiranya setelah kejadian waktu itu di rumah Pak Nizam, Pak Amir menceritakan kepada teman-teman sekampungnya bahwa ia berhasil meniduri wanita yang sexy dan menawan dari desa sebelah. Menurut kesaksiannya, wanita itu adalah istri yang kekurangan kepuasan dari suaminya. Aku mendengar itu terasa ingin marah tetapi harus aku tahan. Dia berceritera lagi, bahwa suatu saat nanti dia akan mencicipi istriku lagi. Tiba lah saat itu adalah hari ini, di mana dia telah menceritakan kepada teman-teman sekawannya di kampung sana. Sedangkan yang ia bawa hari ini Pak Joni dan si Pak Boss yang dikenal dengan nama Pak Rojali. Bapak Rojali adalah seorang kepala keamanan di desa sebelah, sudah memiliki istri dan anak. Sedangkan Pak Joni adalah seorang pengangguran yang dipekerjakan oleh Pak Rojali sebagai pesuruhnya.

Karena Pak Amin bercerita tentang istriku di desa sebelah, Pak Rojali tertarik sekali ingin melihat istriku. Tetapi karena tidak memungkinkan begitu saja istriku dapat dicicipi olehnya. Maka mereka memutuskan untuk memperkosanya. Setelah mereka bertanya-tanya di mana rumah istriku tinggal kepada orang sekitar. Akhirnya mereka datang ke rumahku dan melihat istriku sedang sendirian di dalam rumah yang terbuka lebar. Memang biasanya kami tidak pernah mengunci pintu apapun baik pagar maupun rumah kami buka lebar-lebar di desa ini. Tidak seperti kebiasaan di kota, selalu mengunci pagar dan pintu rumah. Mereka melihat istriku sedang memakai daster di atas lutut tanpa bra sedang membersihkan rumah seorang diri. Saat itu juga, Pak Rojali mengendap-ngendap ke arah belakang rumah dan dengan sigap menutup mata istriku sedangkan Pak Joni memegangi tangan istriku dan mengikatnya. Istriku menangis dan ketakutan, sepertinya karena tidak memungkinkan untuk menyuruh istriku melepaskan pakaian sendiri karena tangan terikat, maka mereka merobek daster putih istriku.

Sampai saat ini aku baru tahu kalau daster istriku itu sudah robek, yang kulihat tadi daster istriku ada di pojok lantai bersama celana dalamnya. Setelah istriku telanjang bulat dan terikat, istriku nangis tak berdaya tubuhnya di gerayangi oleh mereka, diciumi, dicilati, dicubiti. Istriku hanya menangis dan bercampur dengan kenikmatan. Setelah puas untuk “mengerjai” istriku dan terlihat istriku sudah tidak menangis lagi. Mereka mulai dengan Pak Rojali menyodorkan senjatanya kepada mulut istriku. Di saat ini lah aku datang. Dan “penderitaan” istriku masih berlanjut hingga kini. Apakah cocok aku katakan “penderitaan”? Sepertinya, suara erangan kenikmatan di kamar pengantinku antara istriku dan Pak Joni tidak mencerminkan ciri-ciri dari “Penderitaan”. Bersamaan dengan pikiranku yang sedang berkecamuk terdengar suara teriakan istriku nyaring sekali, “OOOOHHHHH…… SSSSHHHHHHHHH…… AAAAHHHHHHH……..!!!!” Sepertinya istriku mencapai puncaknya yang pertama hari ini.

Tak lama setelah itu, aku melihat Pak Joni keluar dengan senjata nya yang berlumuran cairan cinta istriku, sambil berpakaian dan berkata kepada Pak Amir. Siapa lagi tuh yang masih mau cicipi istrinya yang empunya rumah sebelum pulang suaminya. Pak Amir bangkit berdiri tanpa berlama-lama iya langsung masuk ke kamar pengantinku dan menutup pintunya. Sehingga aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana suaranya pun samar-samar saja terdengar. Saya melirik jam dinding di ruang tengah dan sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan tidak anda tanda-tanda Pak Amin keluar dari kamarku sejak tadi. Akhirnya sekitar 5 menit kemudian, Pak Amir keluar dari kamarku dengan hanya mengenakan celana berjalan ke arah kami duduk. Tanpa banyak berkata-kata Pak Rojali bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kamar tidurku sambil tertawa-tawa. Terdengar samar-samar suara istriku berkata, “Mas… izinkan saya istirahat sebentar…” Pak Rojali berkata dengan geram, “enak saja, sebentar lagi suamimu pulang, apa kamu ingin saya perkosa depan suami kamu?”

Istriku terdiam seribu bahasa tidak mampu berkata apa-apa. Pintu kamarku pun ditutupnya. Terdengar suara-suara geram Pak Rojali seperti, “hisap ini…”, “nungging sana…”, “berbaring situ…”, “goyang yang cepat…”, “Telan semua…” Sekiranya itu lah kata-kata yang di luncurkan oleh Pak Rojali dalam mengauli istriku di ranjang pengnatinku sendiri. Akhirnya setelah 30 menit lamanya, Pak Rojalipun keluar dari kamar sambil tersenyum puas, dan berkata kepada kedua anak buahnya untuk pulang. Tetapi aku tidak melihat adanya suara istriku ataupun tanda-tanda istriku ingin keluar dari kamar tidurnya. Akhirnya setelah puas meng-“gilir” istriku di rumahku sendiri di depan mataku sendiri, mereka pun beranjak meninggalkan rumahku ini. Aku masih berharap-harap cemas apa yang terjadi dengan istriku, mengapa tidak ada suara sedikitpun.

Aku melirik ke arah kamar tidurku, dan ternyata yang kutemukan adalah, istriku entah pingsan entah tertidur, dengan kedua tangannya terikat di sisi kanan dan kiri ranjang dengan tubuh penuh keringan bercampur dengan sperma. Dan juga tedapat bercak-bercak merah serta gigitan di dada kiri dan kanannya serta pantat dan pahanya. Terlihat cairan sperma mengalir di vaginanya menumpahi ranjang tidur kami. Perut dan dadanya mengkilap oleh sperma dan keringat. Juga sebagian sperma mengenari rambut panjang istriku. Mulut istriku pun disumpali oleh celana dalamnya sendiri pantas saja ia tidak bersuara sejak tadi, serta matanya ditutup oleh kain hitam. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, jika aku membukanya ikatannya maka, terbongkarlah sudah semuanya. Tetapi aku memutuskan untuk diam dan berpikir sejenak. Aku mencoba ke belakang rumah untuk mencari handuk dan sejenisnya, tetapi tiba-tiba sekembalinya aku dari belakang. Aku melihat dari kejauhan ada seorang pria memasuki rumah kami dan ternyata itu adalah Pak Bayu.

Akupun bingung harus berbuat apa, aku memutuskan untuk bersembunyi. Pak Bayu memanggil-manggil istriku tetapi tidak ada jawaban, akhirnya ia masuk ke dalam rumah dan mendapati istriku terikat di ranjang telanjang bulat dengan penuh sperma. Pak Bayu berteriak, “ya ampun ada apa ini?” Dilepaskannya semua ikatan istriku serta kain penutup matanya, dan istriku dengan lemas tak berdaya berbicara kepada Pak Bayu, “Tolong… ” istri kemudian menangis. Akupun merasa iba melihat hal ini, tetapi apa daya jika aku menyelamatkannya maka terbongkar sudah semuanya. Pak Bayu kemudian menggendong istriku ke arah kamar mandi belakang. Dengan penuh pengertian Pak Bayu memandikan istriku. Istriku yang nampaknya sudah tidak mampu berdiri lagi, bersandar di bahu dan tubuh Pak Bayu. Pasrah tak berdaya hanya diam saja dimandikan oleh Pak Bayu.

Sekiranya sudah bersih, istriku dikeringkan dengan handuk secara perlahan. Dan didudukkannya di ruang tengah, Pak Bayu bertanya, “pakaianmu di mana?” Istriku dengan sayu menjawab, “di dalam kamar mas, di laci.” Pak Bayupun mengambil pakaian istriku, sebuah daster tanpa pakaian dalam. Kata Pak Bayu, “pakai ini nanti kamu masuk angin.” Istriku diam saja mencoba memakai daster tesebut dengan lemas. Lalu, Pak Bayu berinisiatif mengambilkan air minum, di mana letak air minum itu dekat dengan tempat aku bersembunyi, tetapi karena cukup gelap di daerah dapurku Pak Bayu tidak dapat melihatku. Setelah istriku diberi air minum, istriku berkata dengan penuh rasa terima kasih kepada Pak Bayu. “Terima kasih banyak mas… kalau tidak ada mas…”, istriku menutup kedua matanya dengan kedua tangannya dan menangis lagi.

Namun, Pak Bayu berusaha untuk menenangkan istriku dengan memeluknya sambil berkata, “coba ceritakan apa yang terjadi?” Istriku mencerita kan semuanya dan kisahnya sama dengan yang sudah kuceritakan di atas tadi. Sambil terus menangis tersedu-sedu istriku berusaha menyelesaikan ceritanya. Pak Bayu berkata, “Bajingan itu Amir, uda di kasi hati malah minta jantung! Besok akan saya beri pelajaran mereka.” Seperti yang kalian ketahui bahwa di Part 7, desa sebelah tidaklah begitu akur dengan desa kami, terutama para penjaga nya. Mereka berseteru entah apa yang di perebutkan selama ini. Istriku akhirnya berhenti menangis dan menatap Pak Bayu dalam-dalam, dan mencium bibirnya dengan penuh perasaan. Cukup lama mereka berciuman, hingga nafas istriku terdengar tersengal-sengal, seperti wanita yang siap di mangsa lagi.

Ciuman itu berlangsung cukup lama, Pak Bayu mengambil inisiatif untuk meraba dada istriku yang hanya tertutup oleh daster tanpa pakaian dalam. Istriku mendesis perlahan dan menahan tangan Pak Bayu sambil berkata, “Jangan mas, yola lelah sekali hari ini. Lagipula sebentar lagi Mas Naryo pulang.” Pak Bayu pun menghentikan aksinya dan memberikan tatapan penuh arti kepada istriku, sambil berkata lemas mengatur nafas nafsunya, “hufhh… i.. iya… baiklah… mas pulang dulu yah.” Tiba-tiba saja, tangan istriku menangkap tangan Pak Bayu yang hendak pergi itu dan berkata lagi, “Mas… temani Yola sampai tertidur yah. Yola masih takut…” Pak Bayu pun tanpa banyak berkata, langsung mengangkat istriku ke dalam kamar kami. Akupun melangkah secara perlahan untuk keluar ke halaman samping agar dapat melihat kejadian di dalam kamarku melalui jendela kamar kami.

Secara perlahan aku mendekati jendela itu tidak ada suara-suara sama sekali, keadaan sekitar gelap dan sunyi. Sesampainya aku di jendela kamarku sendiri, aku melihat istriku sedang memejamkan mata kelelahan sambil dipeluk oleh Pak Bayu dari belakang. Sedikit rasa cemburu mulai tumbuh dalam diriku. Darahku berdesir ingin marah. Sekiranya ada 30 menit istriku nampak tertidur. Pak Bayu mulai mencoba untuk melepaskan pelukannya dan bersiap pergi meninggalkan istriku yang tengah tertidur lelap.

================================================== =========

Setelah saya mengalami hal yang sungguh melecehkan nama baik kami pada Part 8 sebelumnya. Yaitu, pemerkosaan terhadap Yola, istri saya, yang dilakukan di rumah warisan dari leluhur saya. Saya merasa malu dan tidak pantas lagi tinggal di desa ini. Terlebih lagi kalau sampai ada tetangga yang mengetahui kejadian itu. Maka sayapun berinisiatif untuk mencari tempat tinggal baru untuk kami. Entah saya pernah bercerita sebelumnya atau tidak kepada para pembaca setia kisah Yola. Bahwa saya pindah ke desa ini setelah menikah dengan istri saya dengan harapan dapat membantu untuk mengolah tanah pemberian dari leluhur kami. Sudah 2 keturunan tahan ini di serahkan kepada keturuan keluarga kami dan kini dipegang olehku. Sebelum ke desa ini, sebenarnya aku sudah mencoba wawancara dengan beberapa perusahaan di kota. Hanya saja, masih belum ada lowongan tersedia untukku dan lagi, aku masih belum memiliki tempat tinggal yang layak di sana. Maka saya dan istri memutuskan untuk tinggal di desa meneruskan lahan milik orang tua.

Melihat keadaan sekarang yang sudah menjadi separah ini (Kisah Part 8). Saya memutuskan untuk mencari lowongan kerja lagi di kota tetapi kali ini aku meminta pertolongan dari kerabat-kerabat ku yang sudah bekerja. Hingga dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu aku sudah mendapatkan panggilan di sebuah perusahaan cukup terkenal (dirahasiakan namanya). Setelah melakukan interview dan beberapa tes kesehatan, tidak lama setelah itu sayapun diterima bekerja di sana sebagai pegawai buruh pabrik itu. Hanya saja ada yang kurang, kami belum memiliki rumah di sana. Lalu aku teringat akan Pak Dahlan (baca Part 7), Pak Dahlan merupakan salah satu orang yang cukup sukses di kota. Salah satu pekerjaan yang ia lakukan adalah menyewakan rumah kontrakan. Maka dari itu akupun memutuskan untuk mencari cara untuk berbicara dengan Pak Dahlan agar bisa mendapatkan keringanan sewa kontrakan untuk beberapa bulan karena aku baru saja diterima bekerja. Tetapi, jika saya melihat ke sejarahnya Pak Dahlan, dia itu sangatlah pelit apa lagi terhadap uang. Pernah ada tetangga saya yang berusaha mendapatkan keringanan atas hutangnya. Tetapi dia sama sekali tidak memperdulikannya.

Akhirnya karena saya belum juga mendapatkan kontrakan, untuk sementara saya harus bekerja pulang pergi ke kota dan desa. Saya pun berusaha mencari kontrakan dengan kerabat-kerabat saya di pabrik. Hanya saja tidak ada kontrakan yang murah dan layak untuk ditempati, saya yakin istri saya Yola tidak akan mau. Setelah hampir 1.5 bulan mencari rumah kontrakan yang tak kunjung ketemu, saya pun cukup putus asa. Sebelum saya berceritera kembali tentang bagaimana saya mendapatkan Rumah Kontrakan di kota. Kita coba melihat dan mengingat apa saja yang sudah dilakukan oleh istri saya selama 2 bulan terakhir (setelah kejadian Part 8). Cukup aneh memang selama beberapa minggu awal saya bekerja antara desa dan kota saya tidak menemukan tanda-tanda kehadiran Pak Amir dan teman-temannya di rumah kami lagi. Sebenarnya saya juga tidak tahu betul apa yang terjadi di rumah karena saya pergi bekerja dari pagi-pagi benar hingga malam karena jarak antara desa dan kota cukup jauh.

Hampir setiap pulang kantor saya mencoba memeriksa seluruh isi rumah, saya tidak menemukan kejanggalan seperti bercak sperma, ataupun pakaian dalam istriku yang terkena bercak-bercak sperma. Ketika aku pulang di malam hari aku tidak melihat istriku, Yola, tampak seperti kelelahan. Cukup aneh memang, pikiran saya terus berpikir memutar otak, kenapa tidak ada yang meniduri istriku selama aku pergi. Mungkin kalian membaca hal ini merasa bodoh sekali suami seperti saya kok malah mengharapkan istrinya di tiduri orang. Tetapi bukan itu maksud pemikiran saya, maksud saya adalah bagaimana mungkin orang-orang yang kurang ajar seperti Amir, Bayu, dan Pak Rojali bisa melepaskan istri saya begitu saja selama beberapa minggu ini. Bahkan sampai berganti bulan pun hingga November 2006, saya masih tidak menemukan tanda-tanda yang extreme atau mencurigakan.

Semakin saya mencari-cari saya semakin bertempur dengan pikiran saya sendiri dan terus berkata “tidak mungkin” semakin terasa gila saya dibuatnya. Oleh karena itu, dengan segala kegilaan dipikiran saya, saya memutuskan untuk berbicara dengan Pak Dahlan tentang kontrakan di kota. Saya sangat berharap dia dapat membantu saya. Pada hari sabtu pagi, saya berbicara dengan istri saya mengenai mencari rumah kontrakan di kota dan mencoba mengusahakannya melalui Pak Dahlan. Istri saya nampak setuju sekali dengan ide saya tersebut. Yola benar-benar antusias ingin pindah ke kota.

Kemudian di siang hari kami pergi ke rumah Pak Dahlan bersama-sama dengan harapan dapat membujuk Pak Dahlan mengenai rumah Kontrakan. Sesampainya di rumah Pak Dahlan kami disambut baik oleh Pak Dahlan dan dipersilahkan duduk. Setelah berbasa-basi menanyakan kemana Ibu Yeni, istri Pak Dahlan, yang ternyata sedang pergi. Lalu, Pak Dahlan bertanya kepada kami, “Ada apa nih kok tumben-tumbenan kalian datang ke rumah saya?” Saya dan Yola saling bertatap muka kemudian sayapun mencoba menjawab, “Begini pak, sebenarnya kami kemari ingin meminta pertolongan bapak.” Pak Dahlan pun berseru, “Oh ya!? Apa yang bisa saya bantu?” Saya pun melanjutkan, “Kebetulan sudah hampir 2 bulan saya bekerja di kota, dan sayapun terlalu lelah karena perjalanan terlalu jauh dari desa ke kota. Setiap hari saya harus pergi subuh pulang pun cukup larut.” Pak Dahlan pun mengikuti, “Iya betul, yang saya dengar kamu diterima bekerja di Pabrik X di kota yah. Memang cukup jauh perjalanan ke sana.” Sambil berkata seperti itu, Pak Dahlan melirik istri saya Yola. Saya tidak mengerti apa arti tatapan itu. Tetapi saya berusaha tidak mengindahkan hal tersebut.

Saya pun berbicara kembali, “Selama saya bekerja di kota, saya berusaha mencari rumah kontrakan terdekat dengan pabrik tempat saya bekerja. Tetapi sulit sekali mencari kontrakan yang memiliki harga yang dirasa cukup dengan gaji saya, karena saya pun masih harus menempuh 12 bulan bekerja hingga mendapatkan gaji yang lebih layak.” Saya pun mencoba meneruskan, “Saya dengar, Pak Dahlan memiliki usaha kontrakan di kota, saya hanya berharap bapak bisa membantu kami untuk memberikan keringanan kontrakan selama 9-10 bulan kedepan hingga saya mendapatkan gaji tersebut.” Pak Dahlan mulai cemberut dan berpikir sejenak. Kemudian ia pun berbicara, “Hm… 10 bulan adalah waktu yang cukup lama Dik Naryo. Saya cukup keberatan untuk waktu yang selama itu.” Saya pun pasrah dan berkata lagi, “Oh begitu ya pak, tidak apa, kami juga hanya mencoba bertanya, tidak ada paksaan kok. Hanya saja jika bapak bisa membantu kami, kami akan sangat berhutang budi atas bantuan bapak.”

Tiba-tiba saja mendengar kata “berhutang budi”, Pak Dahlan menatap istri saya, Yola, lama sekali dan tersenyum. Istri saya tidak membalas tatapan Pak Dahlan melainkan berusaha menundukkan kepala dan tersipu malu. Sayapun berpikir, “Wah, jangan-jangan Pak Dahlan menginginkan tubuh istri ku lagi seperti waktu itu.” Saya tidak ingin hal tersebut terjadi lagi oleh karena itu saya berpikiran mau membatalkan hal ini. “Baik pak lebih baik kami pulang sekarang, terima kasih atas waktunya.” Setelah saya berkata seperti itu, tiba-tiba saja istri saya menarik tangan saya dan berkata, “Kalau tidak salah ibu Yeni pernah berbicara tentang membutuhkan karyawati di toko baju nya di kota kan, pak. Bagaimana kalau saya turut membantu ibu Yeni, sedangkan bapak tidak perlu menggaji saya cukup mengurangi biaya kontrakan kami?” Pak Dahlanpun mulai tersenyum dan berseru, “Wah ide yang sangat cemerlang! Dik Yola ini sudah cantik, pintar lagi.” Sambil berusaha merayu istri saya di depan saya. Pak Dahlanpun melanjutkan, “Kebetulan sore ini saya akan ke kota untuk menjemput istri saya. Bagaimana kalau dik Yola ikut saya ke kota, sekaligus berbicara dengan Yeni tentang hal ini. Kemudian Dik Naryo bisa bersiap-siap di rumah karena besok atau lusa kita mulai memindahkan barang-barang ke rumah kontrakan di kota.”

Mendengar itu saya sangat senang sekali, tetapi saya berpikir ada hal yang tidak beres, maka dari itu saya memutuskan untuk ikut ke kota, “Wah Pak Dahlan baik sekali, tetapi jika berkenan bagaimana jika saya mengantar istri saya ke kota sekaligus saya mau melihat toko ibu Yeni.” Lalu Pak Dahlan dan istri saya bertatap-tatapan lagi sejenak. Pak Dahlan pun berkata lagi, “Saya hanya naik motor pak ke kota, jadi tidak mungkin membonceng 2 orang.” Sayapun berusaha menimpali, tidak apa biar saya dan istri saya naik angkutan umum saja.” Pak Dahlan berusaha mencari akal lagi, “Sudah pak tidak usah repot, lebih baik bapak beres-beres rumah persiapan untuk pindah karena itu tidak sedikit barang yg dipindahkan. Sedangkan saya dan dik Yola biar menyelesaikan urusan kami.” Sambil tersenyum lebar melihat ke arah istri saya yang sedang tersipu-sipu malu. Saya sendiri sudah kehabisan akal, saya tidak ingin menyinggung perasaan Pak Dahlan atas tuduhan yang ada di pikiran saya. Beberapa saat hening, dan tiba-tiba saja istriku memecahkan situasi sambil memegang pundak saya dan berkata kepada saya, “Tidak apa mas, sekarang mas pulang dulu aja nanti saya menyusul.” Sambil meyakinkan saya, istri saya pun menatap Pak Dahlan yang sedang tersenyum penuh kesenangan. Saya yakin Pak Dahlan ingin mengauli istri saya lagi. Tetapi apa daya saya sangat membutuhkan rumah itu. Akhirnya saya pun menyerah, untuk merelakan istri saya untuk dipakai Pak Dahlan sebagai “Uang Muka” untuk mendapatkan rumah kontrakan di kota nanti.

Setelah saya berpamitan, bukannya Pak Dahlan yang mengantar saya pulang ke pagar depan, tetapi malah istri saya yang membukakan pintu dan mengatar saya hingga keluar pagar. Saya hanya bisa diam seribu bahasa dengan pikiran bercampur aduk menyaksikan istri saya memasuki rumah Pak Dahlan dan terlebih lagi terdengar suara pintu dikunci. Setelah saya melihat keadaan aman, saya mengambil inisiatif untuk berputar ke arah belakang rumah dan mengendap-endap kembali ke rumah Pak Dahlan untuk mencari tahu apa yang dilakukan oleh istri saya di sana bersama Pak Dahlan. Sesampainya saya di jendela rumah Pak Dahlan bagian ruang tamu, tempat tadi saya berbincang, saya melihat istri saya sedang duduk di bangku tadi, sambil mengikat rambutnya. Pak Dahlan pun berkata kepada istri saya, “Baik sekali ya dik suami kamu, mau meminjamkan istrinya kepadaku. Hahaha…” Hatiku hancur mendengar kata-kata itu, benar saja apa yang kutakuti akan segera terjadi. Istriku tidak menjawab apapun karena ia sedang menggigit ikat rambutnya sambil berusaha menguncir rambutnya.

Seusai istriku menguncir rambutnya, Pak Dahlan berkata, “Kamu cantik sekali dik hari ini.” Istriku pun berkata, “Ah Pak Dahlan bisa saja. Kenapa panas sekali yah hari ini.” Begitu sekiranya sambung istri saya, dan Pak Dahlanpun tertawa sambil berkata, “Hahaha… Kalau panas dibuka saja bajunya dik.” Tanpa disuruh dua kali, istrikupun berdiri sambil mendekat ke arah Pak Dahlan, dengan perlahan istriku melepaskan kaosnya kuning dan celana pendek putih berbunga-bunga nya serta melemparnya ke kursi tempat ia duduk tadi. Pak Dahlan hanya ternganga melihat tubuh istriku yang ternyata tidak memakai Bra dan CD sama sekali. Saya sendiri kaget, saya tidap percaya bahwa istri saya pergi ke rumah Pak Dahlan tanpa mengenakan pakaian dalam sama sekali. Pantas saja dari tadi Pak Dahlan menatap istri saya dalam-dalam apakah karena hal itu? Apakah hal ini sudah di rencanakan oleh istri saya? Saya sendiri tidak tahu. Pikiran berkecamuk di kepala saya. Tetapi apa daya saya tidak mampu melakukan apapun dari sini. Pak Dahlan menatap tubuh istriku yang berdiri didepannya polos tanpa sehelai benangpun. Cukup lama ia menatap istriku sambil tercengang. Lalu istriku merasa malu dan berusaha menutupi dadanya dengan tangan kanannya serta vaginanya dengan tangan kirinya, sambil berkata, “ihhh… Pak Dahlan sudah dong… jangan dilihatin terus, kan malu!”

Perkataan istriku itupun, membuyarkan lamunan Pak Dahlan. Akhirnya Pak Dahlan berseru,”Wah kok tubuhmu makin bagus dik, sudah lama saya tidak melihatnya tapi kok rasanya jadi makin sexy yah.” Istriku tersipu malu berusaha menutupi tubuh telanjangnya itu. Saya sendiri berpikir sudah berapa lama yah saya tidak berhubungan intim dengan istri saya, dan saya tidak begitu memperhatikan bahwa tubuh istri saya rasanya berubah, menjadi lebih mulus dan sexy. Apa yang ia lakukan saya juga tidak tahu. Pak Dahlan melanjutkan lagi, “Wah dengan tubuh sebagus itu, kamu mau saya apakan dik?” Istriku nampak seperti melotot ke arah Pak Dahlan. Pak Dahlan pun tertawa terbahak-bahak melecehkan istri saya yang sedang telanjang bulat didepannya itu, “Hahaha… Hayo mau diapakan bilang saja… Jangan malu-malu” Istri saya bernada kesal berbalik badan ingin meraih pakaian nya dia. Lalu Pak Dahlanpun berseru, “Kalau kamu pakai perjanjian kontrak rumah suami kamu batal loh yah!” Deg… Rasanya kepalaku seperti digebuk batu beton, ternyata memang Pak Dahlan sudah menginginkan ini sejak awal. Istrikupun berhenti melangkah dan berbalik ke arah Pak Dahlan lagi sambil merengek, “Ya tapi jangan di pelototin terus dong akh… Ayo kalau mau…!!!”

Pak Dahlan sambil tersenyum-senyum berkata lagi, “Ayo apa yah dik? Saya kan tidak mengerti? Hehehe…” Istriku bernada sebal lagi,”ikhh!!! Sudah ah! ” Istriku berjalan dan duduk di kursi tempat aku duduk tadi masih tetap dengan telanjang bulat hanya duduk saja di sana sambil membuang muka dari Pak Dahlan karena sebal. Pak Dahlan masih tetap ingin menggoda istri saya, “Lho! Kok marah, kalau marah hilang loh cantiknya! Dan juga hilang loh rumahnya! Hihihihi… Kamu mau apa dik, bilang saja sama saya, pasti saya kabulkan kok!” Istri sayapun melotot ke arah Pak Dahlan, sambil berkata, “Saya mau pakai baju saya!” Sambil mengambil kaosnya dan bersiap-siap memakainya. Pak Dahlanpun mencegah dengan berkata, “Etisss… Ingat kalau pakai baju batal lho perjanjian kita! Kan kamu sendiri yang datang ke sini dan melepas pakaianmu, apa lagi sudah tidak memakai Bra dan CD sama sekali. Hayo…” Akhirnya istri saya meletakkan bajunya kembali, dan terdiam tidak mampu berkata apapun. Pak Dahlanpun berkata lagi,”Saya tanya lagi ya dik, kamu mau apa ke sini? Hehehe…” Istriku dengan sebal menatap Pak Dahlan dan akhirnya menyerah berkata, “Mau Bercinta!!! PUAS?!” Pak Dahlan tertawa terbahak-bahak,”Hhuahahahaha… Gitu dong! Ayo sini saya berikan kepuasan yang tidak dapat diberikan oleh suami kamu”

Tanpa disuruh keduakalinya, istri sayapun beranjak berdiri dan melangkah ke arah Pak Dahlan. Lalu, istrikupun berjongkok di depan Pak Dahlan sambil membuka sabuk dan reseleting celana jeans Pak Dahlan. Tidak lama kemudian menyembulah senjata Pak Dahlan yang tegak dan keras berdiri dengan gagahnya di depan muka lugu istriku yang manis ini. Seperti anak kecil menginginkan permen, istriku langsung saja melahap senjata Pak Dahlan itu dengan liarnya. Dengan cukup mahir Yola, istriku, memainkan lidahnya di ujung kepala senjata Pak Dahlan. Menjulurkan lidahnya dan menjilat senjata Pak Dahlan dari bawah ke atas sambil menatap Pak Dahlan dengan genit dan melakukan gerakan sexy. Aku tidak menyangka sama sekali bahwa Yola begitu mahir dalam melakukan itu. Padahal saya sendiri tidak pernah mendapatkannya di rumah. Setiap kali saya suruh ia selalu saja merasa jijik. Kuluman ini masih terus berlanjut, hingga beberapa menit. Saya mulai terangsang melihat aksi ini, senjata saya sudah mulai berontak di bawah sana.

Panas terik sekali di tempat saya mengintip. Keringat saya bercucuran tidak karuan. Tetapi, ternyata bukan hanya saya yang berkeringat, begitu juga Yola dan Pak Dahlan, memang sangat panas hari ini. Akhirnya Pak Dahlan merasa kegerahan, iapun berinisiatif membuka kaos merahnya. Sedangkan Yola berinisiatif untuk menurunkan celana Pak Dahlan dan melepasnya. Kini terpampanglah kedua insan yang telanjang bulat di mana istri saya sedang berlutut melayani dengan penuh keliaran atas senjata tetangga saya. Sayapun memutuskan untuk mengeluarkan senjata saya dan mulai bermasturbasi. Istriku melanjutkan kulumannya, tetapi kali ini kuluman dan jilatan tersebut merambat dari bawah buah zakar Pak Dahlan hingga dada Pak Dahlan yang cukup bidang itu. Sambil menjilati segala keringat yang bercucuran dari tubuh Pak Dahlan istriku terus dengan penuh ketelitian “melayani” dan menjilati seluruh tubuh Pak Dahlan.

Tidak lama kemudian sayapun meledak, tidak tertahankan lagi. Ejakulasi pertama saya disertai sedikit hentakan karena terlalu nikmat. Pak Dahlan dan istri saya nampaknya sedang asik sendiri tidak mendengar hentakkan saya tersebut. Sambil meliuk-liukkan tubuh nya istriku berdiri dan terus meliuk-liukkan pinggul dan menelusuri seluruh tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya di depan Pak Dahlan. Pak Dahlanpun berinisiatif untuk memegang kedua pinggul istri saya yang sedang bergoyang-goyang sambil tersenyum penuh kebahagiaan. Dengan sangat sexy istriku meliuk dan menelusuri tubuhnya dengan tangannya sendiri dari pinggul hingga dadanya, memuntir dadanya sendiri, meremasnya, lalu menjilat tangannya, mengulum tangannya sendiri hingga rambutnya di sibakkan ke arah atas dan dibuka ikatannya. Hingga rambut istriku terurai dengan sexynya. Tangan Pak Dahlan pun beranjak dari pinggang hingga perut istriku dan mulai meraba dada istriku. Istriku masi memainkan rambutnya beberapa saat lalu membantu tangan Pak Dahlan untuk meremas dadanya lebih kencang lagi. Jadi dada istriku diremas oleh Pak Dahlan, lalu tangan Pak Dahlan dibimbing dan diremas oleh istriku sendiri. Semakin sexy dan semakin liar istriku menjadi-jadi dan mendesah untuk pertama kalinya, “uuaaahhh…. hmmm…. ssssshhh…. yeeaahhhhhh….”

Setelah puas memainkan dadanya bersama Pak Dahlan, istriku menuntun tangan Pak Dahlan ke bawah ke arah Vaginanya sendiri sambil menaikkan kaki kanannya ke arah bangku yang diduduki oleh Pak Dahlan. Tanpa harus bersusah payah, mungkin karena sudah basah sekali, jari tangan Pak Dahlan dengan mudahnya masuk ke vagina istriku. Istriku pun mendesah penuh kenikmatan lagi, “oooohhhhhhh………. ehghhhm….” Entah sadar atau tidak, pinggul istriku mulai bergoyang mengikuti iriama jari Pak Dahlan, disertai dengan tangan kanan istriku memainkan rambutnya sendiri dan tangan kirinya memilin-milin putingnya sendiri. Dengan memejamkan mata dan menatap ke langit-langit istriku mendesah lagi, “sssshhh…. gilaaa…. ohhhh…. ohhh… ughghhhh….” Pak Dahlan membuka perkataan, “Enak yah dik? Kamu sexy sekali dik” Istriku sambil memejamkan matanya dan mengadah ke atas mengangguk-anggukkan kepalanya. Saya melihat jam dinding di rumah Pak Dahlan sudah menunjukkan pukul 14:50 sore. Sekiranya permainan ini sudah berlangsung 30 menit lamanya.

Cukup lama mereka di posisi itu, lalu, istri saya nampak seperti cacing kepanasan, “ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………… ahhhhhhhhhh……” Sepertinya istriku mengalami orgasme pertama kalinya hanya dengan jari Pak Dahlan. Setelah terdiam beberapa saat, dengan masih posisi jari menancap pada liang vaginanya, istriku terengah-engah dan tersenyum puas menatap Pak Dahlan. Lalu Pak Dahlan membalas senyuman istriku sambil menarik jarinya dari vagina istriku. Tanpa menunggu lama istrikupun menunduk dan menjilati jari Pak Dahlan yang penuh cairan cintanya sendiri. Aku tidak pernah melihat istriku seperti ini sebelumnya. Apakah sekaran istriku telah berubah menjadi seliar ini, apa yang terlah terjadi setelah pemerkosaan waktu itu? Saya benar-benar melihat istriku perbedaan yang cukup besar pada istriku setelah pemerkosaan itu. Pak Dahlanpun terkaget melihat tingkah istriku itu. Seusai membersihkan tangan Pak Dahlan, istriku menarik Pak Dahlan untuk berdiri dan menuntunnya ke arah pintu masuk rumah Pak Dahlan, di mana tempat tadi aku pulang dan istriku mengunci pintu tersebut. Sambil berdiri di dekat pintu itu, istriku mencium Pak Dahlan dengan liarnya mereka saling berpangut lidah. Dengan keringat yang terus bercucuran terlihat dari dahi mereka dan punggung mereka masing-masing. Keringat mereka bersatu-padu menjadi sebuah pasangan dua sejoli yang sempurna.

Saya sendiri melihat aksi mereka berciuman seperti sepasang kekasih yang telah lama tak jumpa. Jika suatu hari nanti istriku meninggalkanku untuk menikah lagi dengan Pak Dahlan mungkin saya tidak begitu kecewa karena saya melihat pasangan ini benar-benar sempurna. Begitu sekiranya yang ada di pikiranku yang sedang kacau saat itu. Setelah berciuman dengan liarnya, Pak Dahlan mendorong istriku ke arah pintu hingga pintu itupun bergetar seperti ingin terbuka, karena daun pintu itu ada 2 kanan dan kiri dan masih menggunakan kunci kuno, jika di dorong dari dalam dengan kuat pasti akan terbuka. Entah mereka menyadari itu atau tidak, tetapi saat ini yang ada dipikiran mereka hanyalah bercinta begitu juga dipikiranku. Saya melihat istriku benar-benar bersandar dipintu itu sambil menganggkat 1 kaki kiri nya berpijak pada pintu itu. Tangan-tangan istriku meremas rambut Pak Dahlan yang sedang menciumi leher dan pundak lalu beralih ke buah dada istriku, menjilatinya, menghisapnya.

Dengan tetap menengadah ke langit-langit istriku memejamkan matanya menikmati apa yang diperlakukan oleh Pak Dahlan terhadap tubuhnya. Tangan Pak Dahlan pun bergerilya ke arah pantat istriku meremasnya, mengguncangkannya, dan membukanya ke kanan dan ke kiri. Pak Dahlan melakukan itu semua berulang-ulang terhadap istriku. Entah sudah berapa menit berlalu, pandangan saya saat itu, serta pikiran saya, hanya berharap agar istriku cepat-cepat dimasuki oleh senjata Pak Dahlan. Entah mengapa pikiranku merasa ingin sekali melihat istriku puas oleh senjata Pak Dahlan yang sedang mematung dengan kerasnya itu. Istriku mulai menggeliat-geliat terbawa suasana yang panas ini, “Ohhh… Ughh… owghhh…” Berulang-ulang terucap keluar dari mulut istriku menikmati cumbuan Pak Dahlan terhadap tubuh telanjangnya yang mengkilat karena keringat. Sepertinya istriku mulai tidak tahan, dengan sendirinya istriku mengangkat kaki kanannya berpijak ke laci pendek yang ada di dekat pintu itu. Dengan sendirinya tangan kanan istriku turun ke arah vaginanya sendiri dan memasukkan jarinya ke sana. Semakin liar istriku mendesah, “Yahhhh… yahhh… ssshhh…. oohhhh… yahhh…” Pinggul dan pantatnnya mulai bergoyang mengikuti irama jarinya sendiri.

Entah sadar atau tidak, istriku meracau dan berkata kepada Pak Dahlan, “Mashhh…. masukkk…in…” Pak Dahlan diam saja dan masih asyik mengulum dada istriku tanpa memperdulikan racauan istriku. Sekali lagi istriku meracau, “Masssshhh… ayooo… Yola sudah ndak tahan masshhh… ouughhh…” Akhirnya Pak Dahlanpun berhenti mengulum dada istriku bukannya segera memasukkan senjatanya ke dalam vagina istriku tetapi ia malah berlutut di depan vagina istriku dan menjilatinya serta menyedot-nyedot vagina istriku itu. Semakin gila istriku dibuatnya, “Aahhhhhh…… sssshhhhh…… awwwhh… enakkk… sssh… enakkk… ohhh… yahh … terussshhh…” Saya melihat Jam dinding sudah menunjukkan Pukul 15:15 sore, belum ada tanda-tanda pertarungan ini akan berakhir. Sepertinya Pak Dahlan tidak akan mengembalikan istri saya sebelum iya sedot habis cairan tubuh istriku hari ini. Akhirnya istrikupun orgasme lagi untuk yang kedua kalinya, “Ampuuuunnnhhh…… ahhhhhhhhhhh……………” Setelah mendengar lenguhan panjang itu, istrikupun terkulai lemas bersandar pada pintu. Dan Pak Dahlan menghentikan sedotannya terhadap vagina istriku, sambil berdiri dan menatap penuh kemenangan terhadap istriku yang terkulai lemas dengan kaki tetap mengangkang menghadap dia.

Tetapi nampaknya Pak Dahlan tidak memberikan kesempatan istriku untuk beristirahat karena melihat vagina yang ternganga dengan bebas di depan mukanya, dengan kasarnya Pak Dahlan memasukkan senjatanya ke arah vagina istriku yang terpampang dengan bebasnya. Setelah senajata Pak Dahlan berhasil memasuki liang vagina istriku, ia mulai menggoyangkannya, memaju mundurkan senjatannya di dalam vagina istriku. Hal ini membuat tubuh istriku bergetar bersamaan dengan pintu itu, tetapi istriku masih sangat lemas karena orgasme keduanya tadi. Tetapi apa daya istriku tidak mampu menolak serangan bertubi-tubi dari Pak Dahlan ini. Pak Dahlan menciumi bibir istriku, leher, dan menghisap-hisap dada istriku, dengan bertubi-tubi, pintu Pak Dahlan bergetar-getar hebat. “Owgghhh…. ssshhh…. asssshh…. yaahhh……”, begitu sekiranya racuan istriku. Sekitar 15 menit mereka dalam posisi ini, Pak Dahlan berinisiatif ingin memposisikan istriku menungging. Istriku meracau berulang-ulang, “Ssshhh… hmpbhh…. yahhh…yahhh…” Lalu dengan kasarnya Pak Dahlan menarik tangan kiri istriku dan diputarnya badan istriku menghadap pintu. Dengan reflek cepat istriku menahan tubuhnya dengan kedua tangannya pada pintu itu dan tanpa harus di suruh istriku merenggangkan kedua kakinya agar mempermudah Pak Dahlan memasukkan senjatanya dari belakang.

Dengan perlahan tapi pasti, senjata tersebut masuk ke dalam vagina istriku dari arah belakang. Secara cepat Pak Dahlan menggenjot istriku dari belakang, suara pintu semakin keras dan heboh, sepertinya ini membuat nafsu Pak Dahlan semakin menjadi-jadi. Istrikupun menjerit keenakan, “AHH… TERUSSSHHHH… YAHHH…. YAHHH…. MASSSHHH….” Guncangan semakin kuat dan kasar, terdengar suara bertabrakan antara kulit Pak Dahlan dan pantat istriku, “plok… plok…” Semakin cepat guncangan itu, istriku dan Pak Dahlan seperti sudah diujung tombak, kedua kekasih ini sangat mengharapkan ejakulasi dan orgasme mereka sebentar lagi. Tiba-tiba saja pintu tersebut sudah tidak mampu lagi menahan tubuh istriku dan hasilnya kedua daun pintu itu terdorong oleh istriku dan terbuka lebar, istriku dengan tanggap tangannya bertumpu pada kedua tembok pada kiri dan kanan sehingga tidak terjatuh ke depan. Istriku berpaling ke arah Pak Dahlan sambil sedikit tertawa, mungkin ia menyadari betapa hebohnya permainan mereka. Pak Dahlan melihat hal tersebut bukannya segera menghentikan aksi gila ini, malah semakin menjadi-jadi dan tersenyum ke arah istriku. Istrikupun tampak mengerti keadaan mereka sangatlah tanggung, maka istriku sambil melihat ke arah jalanan ke kanan dan ke kiri, jalanan tampaknya sepi pada sore ini.

Tetapi biasanya sore hari banyak orang yang akan lewat untuk pulang ke rumah masing-masing setelah bekerja di sawah. Setelah dirasa aman istriku semakin liar, mengikuti irama sodokan dari Pak Dahlan. Akupun tidak tahan lagi bermasturbasi dengan hebohnya di posisi ini. Seperti sudah tidak perduli lagi dengan lingkungan istriku memejamkan mata dan menengadah ke langit-langit, begitu juga dengan Pak Dahlan dengan hebohnya sambil memejamkan mata dan menengadah ke langit-langit. Tanpa takut permainan gila mereka dilihat oleh orang sekitar, mereka semakin gila dan heboh, istri saya semakin meracau, “Massshhh… enakkk…. iniiii……. gilaaaaaaaa… masshhh…….. ohhh……. terussshhhhhhhhh…. terushhhhhh…. gilaaaaaaaa…” Pak Dahlan semakin menggila dan menampar Pantat istriku dengan kasarnya, istriku pun semakin gila, “Aihhh… terushhhh… jangan berhentii….. ahhh… lagii… lagiii…” Terdengar suara tamparan, Plakk…. “Lagi… masshhh lagi… ohhh” Lagi-lagi tamparan Plakkk…., “Ohhh… keras… keras… lagi…” Aku juga sudah tidak tahan lagi dan berlari ke arah belakang rumah karena takut terdengar oleh mereka untuk mengeluarkan cairanku. Setelah usai mengeluarkan cairanku aku melihat permainan mereka masih berlanjut, tetapi aku mendengar suara langkah kaki dari sana, ternyata itu adalah PakDe Sukiman. Dia adalah salah satu petani tua di desa ini, dan juga anak buah saya yang bekerja di sawah saya, memiliki istri yang juga sudah tua, serta satu orang anaknya sudah bekerja di kota. Dengan tercengang PakDe Sukiman melihat istri saya digenjot dan dipukuli oleh Pak Dahlan.

Tidak lama setelah itu Pak Dahlan nampak menyadari kehadiran PakDe Sukiman, dan dengan hanya mengangkat tangan kanannya seperti mengucapkan salam kepadanya, lalu kembali menggenjot istri saya. “JANGAN BERHENTI!!! Ayooo dongg tampar lagi!!! Ssshshhh….”, Nampaknya istri saya belum menyadari hal itu, jika dari posisi PakDe Sukiman, saya yakin dapat terlihat dengan jelas buah dada istri saya berguncang hebat menghadap jalanan tempat ia berdiri. Tidak lama kemudian baik Pak Dahlan maupun istri saya melenguh panjang dan berteriak dengan lantang, “AHHHHHHHHHHHHHH……… GILAAAAAAAAAAAA…. PAAAKKKK DAHLAAANNNNNNNNN…………” Lalu menundukkan kepalanya sambil terengah-engah karena orgasme yang di dapatkannya. Cukup lama istriku kelelahan dengan posisi yang masih sama senjata Pak Dahlanpun di lepaskan dari vagina istriku yang berceceran sperma dan cairan cintanya sendiri. Lalu dengan tenangnya memanggil PakDe Sukiman, “PakDe, ada perlu sama saya?” Tiba-tiba istri saya terkaget, dan melihat ke arah jalanan, mendapatkan PakDe Sukiman sedang tercengan melihat tubuh telanjang istriku yang mengkilat karena keringat serta rambutnya yang acak-acakan serta cairan sperma yang menempel di vaginanya.

Dengan penuh kelelahan dan nafas yang tersengal-sengal, istri saya berusaha untuk berbalik badan dan berlari ke arah dalam rumah, akan tetapi di tahan oleh Pak Dahlan sehingga tubuh mereka berpelukan. Sekali lagi Pak Dahlan memanggil PakDe Sukiman, “Mari masuk Pak Sukiman. Tidak usah sungkan.” Sayapun melihat PakDe Sukiman terlihat dengan mimik muka seperti memiliki 1000 pertanyaan di benaknya, berusaha berjalan ke dalam rumah Pak Dahlan melewati tubuh telanjang istriku dan Pak Dahlan yang sedang berpelukan. Karena kursinya penuh dengan pakaian istri saya yang berantakan dan tas istri saya, sehingga PakDe Sukiman bingung ingin duduk di mana, maka Pak Dahlan menyuruh istri saya,”dik tolong rapihkan pakaian dan tasmu PakDe mau duduk tuh.” Sambil berusaha menutupi mukanya dengan rambut istriku melepaskan pelukan Pak Dahlan, dan berjalan secara perlahan melewati PakDe Sukiman, untuk mengambil pakaiannya dan tasnya itu.

Ketika istriku ingin berjalan ke arah belakang, tangan istriku ditarik oleh Pak Dahlan dan disuruh duduk di sebelah Pak Dahlan bersebrangan dengan tempat duduk PakDe Sukiman. Dengan santainya Pak Dahlan yang telanjang bulat penuh dengan keringat, serta cairan cinta istriku yang menempel pada senjatanya yang coklat terlihat mengkilat, berkata kepada PakDe Sukiman, “Ada keperluan apa yah Pak?”. PakDe Sukiman terbangun dari lamunannya memandangi istri saya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seperti sedang menelanjanginya, hanya saja kini istriku sudah dalam keadaan telanjang bulat tubuh penuh peluh keringat, dengan nafas masih terengah-engah, serta ciaran sperma terlihat mengkilat di vaginanya. Istriku menyadari bahwa tubuhnya sedang disorot seperti lampu senter, sehingga ia merasa malu dan enggan terhadap PakDe Sukiman, lalu istrikupun berusaha menutupi tubuhnya dengan tangan dan berbisik ke Pak Dahlan. Mungkin ia minta izin untuk ke belakang dan berbenah.

Lalu Pak Dahlanpun, berkata, “Boleh, tapi pamit dulu dengan PakDe Sukiman dong.” Yola nampak sangat malu sekali, sambil berusaha menatap wajah PakDe, ketika istriku ingin berkata sesuatu tetapi sepertinya terlalu berat karena malu, PakDe memotongnya untuk memecah suasana. “Bu Yola, tadi saya ke rumah loh, tapi tidak ada orang di sana. “, begitu sekiranya kalimat dari PakDe Sukiman sambil tersenyum simpul. Istriku berusaha menghiraukan dan berkata, “Lho!? Bukannya ada suami saya di sana pak? Tadi suami saya sudah pulang ke arah rumah kok.” PakDe pun menyambung lagi, “Saya sudah ketuk berkali-kali, bu. Mau laporan kepada Pak Naryo soal hasil panen sekalian minta gaji bulan ini. Eh… ternyata tidak ketemu Pak Naryo malah ketemu Ibu di sini. Hehehe…” Sambung istriku, “Oh… mungkin dia sedang ketiduran pak…” PakDe Sukiman pun semakin berani, “Kasihan yah suaminya tidur sendirian sementara istrinya sedang menemani tetangganya hehehe…” Istirku nampak sebal sekali dan lalu ia berpamitan sepertinya ia ingin ke kamar mandi, “Saya permisi dulu Pak”

Baru saja berdiri dari kursi tempat istri saya duduk, PakDe Sukiman berkata, “Eh Bu Yola, itu ada yang ketinggalan…” sambil menunjuk kursi tempat istri saya duduk. Istri sayapun berbalik dan menoleh untuk melihat ada apa di kursi tersebut. Pak Dahlanpun tertawa terbahak-bahak disusul oleh tawa dari PakDe Sukiman. Istri saya nampak malu sekali mukanya memerah padam, bahwa di kursi itu ada cairan sperma Pak Dahlan bercampur dengan cairan cintanya menetes di sana. Istri saya bertanya kepada Pak Dahlan, “Lap atau Tissue ada di mana yah?” Pak Dahlan menimpali lagi, “Biasanya kamu tidak membutuhkan Lap ataupun Tissue dik, langsung kamu telan habis… Huahahahaha…” Lagi-lagi Pak Dahlan melecehkan istriku. PakDe Sukiman pun menyambung, “Wah… Ternyata Bu Yola ini suka sperma yah. Berbeda sekali dengan istri saya.” Tanpa berlama-lama lagi istriku membersihkan kursi itu dengan tangannya lalu di bawanya dengan langkah jijik ke arah kamar mandi Pak Dahlan.

Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 16:00 sore, Saya melihat istri saya sudah berada di dalam kamar mandi, sedangkan Pak Dahlan masih di ruang tamu mengenakan pakaiannya di depan PakDe Sukiman, sambil berkata, “Man, ada apa kamu ke sini?” PakDe Sukiman pun menimpali, “Mau ikutan nyicipi Bu Yola. Hehehe…” katanya sambil bercanda. Lalu PakDe Sukiman pun melanjutkan, “Sebenarnya saya tadi hanya berjalan pulang ke rumah Pak. Tetapi kaget sekali saya melihat Bu Yola sedang melakukan atraksi dengan bapak.” Pak Dahlanpun tertawa terbahak-bahak, “Hahaha… Bisa saja kamu… Saya rasa kamu dengan istrimu juga pernah melakukan atraksi begitu.” PakDe Sukimanpun berusaha meyakinkan lagi, “Ah tidak mungkin pak istri saya mau diajak seperti itu. Menghisap itu saja saja tidak mau pak.” Pak Dahlan berkata lagi, “Wah kasihan kamu man… Apakah kamu mau saya pinjami Bu Yola khusus hari ini saja?” Orang tua ini merasa kaget kegirangan, “Ah… Yang benar pak? Masa ia dikasih bidadari cantik saya menolak pak?” Pak Dahlanpun menimpali, “Tetapi kamu tidak bisa melakukannya di sini, karena sebentar lagi istri saya pulang.” Dalam hatiku, “Berengsek ini Pak Dahlan, katanya tadi mau mengantar istriku ke kota untuk ketemu dengan Bu Yeni, ternyata malah sebaliknya.”

PakDe Sukiman pun meneruskan, “Wah tenang pak, di rumah saya sedang tidak ada orang, istri saya sedang ke kota beberapa hari bersama anak saya.” Pak Dahlan dan PakDe Sukiman terus berbincang soal pinjam meminjam istri saya, dan membanding-banding kan istri saya dengan wanita-wanita di desa ini. Sementara di kamar mandi terdengar istri saya sudah selesai mandi dan berjalan ke arah ruang tamu dengan hanya mengenakan handuk. Pandangan tajam dan tersenyum lebar dilontarkan oleh PakDe Sukiman kepada istri saya di sana. Dengan sangat canggung, istri saya berkata, “Ma.. af…, baju saya ketinggalan.” Setelah mengambil pakaiannya, istri saya kembali ke kamar mandi. Pembicaraan antara Pak Dahlan dan PakDe Sukiman masih berlanjut. Beberapa menit kemudian istri saya kembali ke ruang tamu sudah berpakaian lengkap (mungkin masih tanpa pakaian dalam, saya kurang jelas melihatnya dari sini). Istri saya nampak sudah rapih, bersih, wangi (mungkin), dan siap dipakai lagi untuk ronde selanjutnya.

Istri saya dipersilahkan duduk oleh Pak Dahlan tepat di sebelahnya, “Dik sini duduk sini…” Istri saya pun menuruti untuk duduk di sana, lalu Pak Dahlan kembali membuka topik, “Dik, kamu tolong bantu PakDe Sukiman yah di rumahnya sekarang.” Istri sayapun mengkerutkan dahinya karena bingung, “Maksud mas?” Pak Dahlan melanjutkan lagi, “Jadi gini dik Yola, PakDe Sukiman tidak pernah mengalami permainan bercinta liar seperti kita tadi. Dia merasa iri sekali dengan kita. Saya prihatin kepada PakDe Sukiman, akhirnya saya bilang saja kalau saya pinjami kamu khusus hari ini. Besok kamu boleh pulang kok.” Istriku melotot tajam kepada Pak Dahlan, lalu melirik PakDe Sukiman dr ujung kaki hingga ujung kepala. Seorang petani yang sudah tua sekitar 55-65 tahun, berbaju kotor penuh tanah, bau keringat yang khas terpancar dari tubuhnya (setahu saya). Setelah cukup lama ruangan itu dalam kondisi sunyi, istri saya, Yola, akhirnya membuka mulut, “Tttaa… pi… Pak, saya kan harusnya membantu Mbak Yeni.” Pak Dahlan melanjutkan, “Sudah kamu tenang saja, kalau kamu ikut dengan PakDe Sukiman, urusan rumah saya anggap beres semua. Kamu tidak usah repot-repot membantu Mbak Yeni lagi. Bagaimana?”

Istriku terdiam cukup lama sambil menundukkan kepala, tidak lama kemudian Pak Dahlan bertanya lagi, “Bagaimana dik? Kasihan tuh PakDe Sukiman kamu sih tadi tidak menutup pintunya, malah dibuka lebar-lebar. Hehehe…” Begitu kira-kira kata2 merendahkan dari Pak Dahlan terhadap istriku. Istriku melotot sebal, “Idihhh bukan saya yang buka!? Pintunya tuh yang tidak kuat menahan.” Pak Dahlan dan PakDe Sukiman serentak tertawa bersama-sama, “Hahahaha…” Istriku melanjutkan sebalnya, “Iiikkkhhhh…… Apaan sich…!” Lalu PakDe Sukiman mencoba mendapatkan istri saya dengan berkata, “Bu Yola, ibu ini wanita yang saya idam-idamkan sejak dulu, kalau ibu rela membantu saya yang sudah uzur ini, saya akan sangat berterima kasih dan berjanji tidak membocorkan hal ini kepada Pak Naryo. Hehehe…” Dengan liciknya iya tertawa. Istriku nampak pasrah tidak bisa mengelak lagi, akhirnya istriku menundukkan kepala sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Pak Dahlan dan PakDe Sukiman merasa senang sekali berhasil menaklukan istri saya.

Tanpa berlama-lama PakDe Sukiman berdiri dan berpamitan dengan Pak Dahlan, “Baiklah Pak, terima kasih banyak atas hadiahnya! Saya berjanji akan memperlakukannya dengan baik. Lagipula dia kan istri dari majikan saya, kalau istrinya lecet sedikit kan saya bisa dipecat! Hahahaha….” Pak Dahlan hanya ikut tertawa. PakDe Sukiman pun memanggil istri saya, “Mari Bu Yola pergi ke rumah saya.” Sebelum pergi saya melihat jam dinding menunjukkan Pukul 17:00 sore, sebenarnya sekitar jam 18:00 saya harus pulang dulu ke rumah untuk menyalakan lampu rumah jika tidak akan sulit sekali saya menyalakannya nanti karena gelap. Aku memutuskan untuk mengikuti istriku dulu hingga sampai di rumah PakDe Sukiman. Baru separuh perjalanan, tiba-tiba saja langit bergemuruh dan hujan deras sekali, Yola, istri saya dan PakDe Sukiman maupun saya sendiri basah kuyub. Saya melihat kaos kuning istri saya basah kuyub, dan saya teringat bahwa istri saya tidak memakai bra pasti PakDe dapat melihatnya dengan leluasa bentuk payudara istri saya. Tak lama kemudian PakDe menunjuk sebuah bale-bale di tengah sawah. Saya melihat istri saya dan PakDe berlari-lari ke arah sana. Bale-bale ini memiliki setengah dinding jerami di setiap sisi nya sehingga aman dan nyaman untuk berteduh, saya dulu juga sering tidur siang di situ.Dan juga jika kita berposisi duduk yang kelihatan dari luar hanya pundak sampai kepala saja, sisanya tertutup oleh dinding jerami. Saya melihat PakDe dan Istri saya berteduh di Bale-Bale dekat sawah situ. Saya tidak mungkin bisa mengikuti mereka, karena bale-bale itu terletak di tengah-tengah sawah, jadi tidak ada tempat untuk saya bersembunyi. Jadi saya hanya dapat melihat dari jauh di balik pepohonan.

Dari kejauhan terlihat Ternyata mereka tidak sendirian di sana, ada beberapa orang juga yg berada di sana tapi saya tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu. Sejauh saya melihat ada 2 orang lagi di sana sedang berteduh. Sepertinya petani yang baru selesai bekerja dan berteduh di sana karena hujan. Sebenarnya sawah di sini juga ada beberapa milik saya. Jadi memang beberapa petani di sini adalah temannya PakDe Sukiman dan juga para petaninya saya. Saya tidak tahu apa saja yg terjadi di sana karena saya tidak bisa mendengar percakapan mereka dan hujan sangat lebat saya tidak bisa melihat dengan jelas apa yg terjadi di sana. Sekitar 10 menit sudah berlalu, saya tetap tidak bisa melihat apapun, tidak lama kemudian saya melihat baju kuning istri saya dijemur di dinding jerami bale-bale tersebut, dan juga celana pendeknya. Dan juga tidak lama kemudian ada 3 baju lain dan 3 celana lain menyusul diletakkan di sebelah pakaian istri saya. Tetapi, bukankah istri saya tidak memakai dalaman sama sekali? Lalu, apa yang terjadi mengapa semuanya terlepas? Berarti Yola, istri saya sedang telanjang bulat tanpa dengan ketiga petani tersebut? Saya benar-benar pusing tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Saya benar-benar terbakar oleh cemburu, saya tidak tahu lagi harus bagaimana, karena saya tidak bisa melihat apapun dari sini, mendengar suaranya pun tidak, hanya hujan yang keras yang terdengar olehku. Tetapi samar-samar aku dapat melihat kepala dan bahu mereka dari kejauhan, pada mulanya terlihat seperti istri saya berada di pojok belakang bale-bale tersebut, sedangkan para pria ada di sisi lainnya. Tidak lama kemudian, salah satu pria dari sisi lain tersebut menghampiri istri saya di pojok sana. Terlihat kepalanya bergerak maju. Sepertinya kepala pria itu ada di sebelah istri saya dan diam saja disitu, apakah mgkn pria ini sedang memeluk istri saya sehingga tidak kedinginan, karena pakaiannya sudah basah semua. Saya kemudian merasa tenang, sepertinya mereka hanya berbagi kehangatan tubuh sehingga tidak perlu kedinginan. Karena sejujurnya saya sudah mengigil di sini, tetapi karena nafsu yang melanda di dalam diri saya sepertinya badan bagian dalam saya terasa hangat. Mungkin itu juga yang sedang dirasakan istri saya bersama ketiga pria di sana. Cukup lama pria itu di sebelah istri saya, saya tidak tahu apa saja yang dilakukan oleh peria itu. Tetapi, kemudian nampak kepala istri saya turun ke bawah sehingga saya tidak dapat melihat lagi kepala istri saya, yang terlihat hanya kepala 3 pria itu.

Saya benar-benar tidak mengerti apakah istri saya sedang tiduran? Atau sedang mengigil kedinginan? Beribu pikiran berkecamuk di kepalaku, tidak lama kemudian salah satu dari kedua pria yang duduk di pojok sisi lain, berjalan mendekati pojok tempat istri saya menghilang tadi. Lalu, kepala pria itu juga ikut menunduk menghilang dari balik dinding bale-bale tersebut. Semakin banyak pertanyaan di kepalaku. Beberapa menit kemudian, pria yang terakhir tadi berdiri juga mendekat ke arah sana, tetapi sepertinya dia duduk atau berlutut di sekitar istri saya. Jadi saat ini yang terlihat hanya dua kepala pria yang satu berada di pojok belakang yang satu berada di tengah bale-bale sedangkan istri saya menghilang di antara kedua orang itu. Saya tidak tahu apa yang terjadi raut wajah orang nya pun saya tidak bisa melihatnya.

Tidak ada tanda-tanda hujan akan reda sejauh ini, beberapa menit sudah berlalu dan terasa sangat lama sekali. Tiba-tiba saya saya melihat salah satu pria yang menghilang tadi berdiri, disusul dengan kedua pria lainnya semua berdiri, dan kepala istri sayapun sudah terlihat berarti dia dalam posisi duduk atau berlutut. Tidak begitu jelas apa yang terjadi tetapi kepala istri saya nampak berpindah-pindah dari satu pria ke pria yang lain secara berurutan. Kalau dari posisi saya mengintip seperti sedang ngobrol, tetapi jika dipikir-pikir secara negatif, apakah istri saya sedang melakukan blow job kepada ketiga pria ini? Yang benar saja? “Ah yang benar saja, tidak mungkin dia begitu”, dalam pikiran saya tidak bisa mempercayainya. Pria yang berada di posisi paling pojok tadi terlihat melangkah maju, dan dari jauh terlihat kepala istri saya sedang menghadap ke arah dia, jika dilihat dengan seksama memang kepala istri saya seperti sedang mengobrol dengan pria itu. Tidak lama kemudian terlihat pria itu memegangi perutnya atau bawah perutnya, dan tiba-tiba saja dia seperti bersikap menunduk, lalu seperti jatuh sambil duduk di sekitar situ, kepalanya masih terlihat sedang melihat ke arah istri saya yang masih terlihat seperti “ngobrol” dengan kedua pria lainnya.

Beberapa menit kemudian, salah satu pria duduk dan menghilang, seperti sedang tiduran, dan pria satunya seperti sedang memegangi tangan istri saya untuk membantunya berdiri ke arah pria yang menghilang tadi. Setelah itu istri sayapun duduk di sekitar situ tetapi tidak seperti tadi, kali ini duduknya istri saya terlihat lebih tinggi daripada sebelumnya, di sinilah saya baru berpikir, “jangan-jangan istri saya benar-benar sedang melayani nafsu liar ketiga pria ini? Karena demi mencari kehangatan, hanya ini yang dapat istri saya lakukan.” Dan benar saja dugaan saya, pria yang satunya berdiri ke arah depan istri saya lagi seperti posisi mengobrol tadi. Hilang sudah semua pikiran mengobrol saya seketika melihat kepala dan pundak istri saya bergerak naik turun, dan samar-samar dapat terlihat payudara 34C milik istri saya bergerak naik turun juga. Saya langsung yakin bahwa pria yang berdiri di depannya sedang menikmati mulut istri saya yang lembut. Cukup lama dalam posisi ini, tiba-tiba pria yang dipojok tadi bangkit berdiri, ke sebelah kiri istri saya dan ia berdiri saja di sana saya tidak begitu jelas melihatnya. Mungkin istri saya sedang melayani senjatanya dengan tangan kirinya, sambil mulutnya terus melayani pria di depannya, dan vaginanya melayani pria di bawahnya.

Beberapa saat kemudian, istri saya sepertinya berhenti naik-turun, setelah diam beberapa saat, kepala istri saya seperti melihat ke arah bawah, dan lalu bangkit berdiri. Pria yang di bawah tadi sudah terlihat kepalanya dan berjalan ke arah air hujan, seperti sedang membersihkan dirinya. Lalu terlihat istri saya berlutut dan kemudian menunduk seperti posisi merangkak, pria yang tadi di depan istri saya berpindah ke arah belakang istri saya, sedangkan pria yang satunya sekarang berada di depan istri saya. Sepertinya istri saya sedang dilayani oleh kedua pria ini dari depan dan belakang. Beberapa menit kemudian, saya melihat hujan sudah mulai reda, dan saya sudah dapat melihat dengan lebih jelas dari remang-remang lampu petromax di sana, bahwa istri saya sedang dipompa dari belakang. Tidak lama setelah hujan reda, pria yang sedang memompa istri saya dari belakang sepertinya mencapai klimaksnya, karena terlihat dia berhenti bergoyang dan menarik pinggul istri saya dengan kedua tangannya untuk menancapkan senjatanya lebih dalam lagi. Setelah terdiam dalam posisi yang sama beberapa saat, pria tersebut terlihat seperti mencabut senjatanya dari belakang istri saya. Tetapi istri saya sepertinya masih melayani pria didepannya, namun sepertinya istri saya menghadap ke atas seperti mengatakan sesuatu kepada pria itu, lalu kepala istri saya menghilang lagi, seperti sedang tiduran, sedangkan si pria sepertinya sedang memposisikan dirinya di depan vagina istri saya.

Dan benar saja, beberapa saat kemudian, kepala pria itu menghilang juga, kemudian beberapa saat lagi muncul lagi, dan menghilang lagi, dan muncul lagi. Saya tidak begitu menyadarinya ternyata, bale-bale itu bergoyang, saya kira tadi pria itu yang bergoyang, ternyata satu rumah bale-bale itupun ikut bergoyang mengikuti irama genjotan pria ini terhadap istri saya. Lama sekali pria ini diposisi tersebut. Saya sudah mulai menggil kedinginan di sini, maka dari itu saya memutuskan untuk bermasturbasi di sini agar terasa hangat lagi. Sambil memikirkan apa yang sedang dilakukan para pria itu terhadap istri saya di bale-bale itu. Terlihat bale-bale bergoyang semakin kencang, dan tiba-tiba saja pria itu berhenti bergoyang lagi, dan menengadahkan kepalanya ke arah atas melihat langit-langit bale-bale itu. Lalu, pria itu mundur dari istri saya, dan terlihat istri sayapun duduk sambil seperti melambaikan tangannya ke arah kedua pria tadi, seperti memanggil mereka, tiba-tiba terdengar suara tawa mereka dari kejauhan. Dan, tak lama kemudian salah satu pria itu berjalan ke arah istri saya dan menciumnya, dan tak lama kemudian istri saya kembali menghilang seperti sedang tiduran. Beberapa saat sudah berlalu, hujan pun sudah reda, jalanan dipenuhi genangan air. Tiba-tiba pria tersebut terlihat seperti berlutut, dan menghilang berlutut dan menghilang, sama seperti pria sebelumnya, bale-bale nya pun terlihat bergoyang lagi. Dan, tanpa kuduga-duga, goyangan semakin cepat, semakin tidak karuan, tiba-tiba saja terdegar teriakan orgasme istri saya cukup keras, “Ouggghhhhh… .Ahhhh…….. Yahhhhhhhhhhhhhhhhhh……….” Sepertinya istri saya mencapai klimaks nya. Dan si pria jg sepertinya mengajak istriku separuh duduk sehingga terlihat sedikit kepalanya, dan pria itu mengocok senjatanya sendiri di hadapkan ke arah muka dan tubuh istri saya. Saya tidak dapat melihat dengan jelas apakah sudah tercecer spermanya ketubuh istri saya. Tetapi, pria itu sudah berjalan menjauh dari kepala istri saya tadi. Setelah itu kepala istri saya pun menghilang sepertinya sedang tiduran kelelahan.

Beberapa pria-pria lain sudah mulai berpakaian kembali, disusul oleh pria yang baru saja klimaks tadi, tetapi belum ada tanda-tanda istri saya berdiri ataupun bergerak dari posisinya tadi. Sepertinya kedua pria berpamitan, dan meninggalkan seorang pria di bale itu bersama istri saya yang masih juga belum bergerak dari posisinya. Tidak lama kemudian saya melihat istri saya duduk sambil bersandar di dinding bale-bale itu. Tetapi sepertinya dia masih belum juga berpakaian, apakah ia terlalu lemas untuk berdiri? Terlihat mereka sedang berbicara, tetapi saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Cukup lama istri saya berbicara sambil telanjang, akhirnya sekitar 5-10 menit kemudian, pria itu mengambilkan pakaian istri saya dan memberikannya kepada istri saya. Tetapi ternyata itu hanyalah pancingan saja, pakaian istri saya dibawa lari keluar oleh nya. Dan seperti memanggil-manggil istri saya untuk keluar dari bale-bale itu. Setelah keluar dari bale, saya baru tahu bahwa orang itu adalah Pak Nizam (jika kalian masih ingat di cerita-cerita sebelumnya). Lalu ke manakah PakDe Sukiman? Pikiran sayapun bercampur aduk. Setelah itu, ia memberikan pakaian itu kepada istri saya. Dan mereka mulai berjalan, sepertinya mereka menuju ke arah rumah Pak Nizam.

Saya dengan sangat lemas, mencoba bangkit berdiri dari tempat duduk saya saat ini, dan mencoba secara diam-diam mengikuti mereka, langit nampak sudah sangat gelap. Saya sendiri sudah kehilangan waktu, tidak tahu sekarang jam berapa. Setelah beberapa menit berjalan, sampailah mereka di rumah Pak Nizam. Rumahnya cukup kecil dan sempit, serta gelap sekali karena sepertinya lampu rumahnya belum di nyalakan. Lalu aku sendiri teringat, bahwa lampu rumahku masi mati, sudah malam, wah sepertinya sudah saatnya saya harus pulang ke rumah. Dengan sangat berat hati, aku meninggalkan Istriku, Yola, masuk ke dalam Rumah Pak Nizam berduaan, seperti sepasang suami istri yang baru mendapatkan rumah baru. Sesampainya di rumahku, gelap sekali keadaannya, dengan susah payah saya berusaha menyalakan lampu seisi rumah. Setelah, itu saya memutuskan untuk berbenah, mandi, dan makan malam. Entah istri saya sudah makan apa belum saat ini, sayapun tidak tahu.

Sekiranya waktu sudah menunjukkan pukul 21:00, saya merasa lelah sekali dan mengantuk, saya memutuskan untuk tiduran sebentar baru saya menuju ke rumah Pak Nizam. Ketika saya bangun, saya kaget setengah mati, karena hari sudah pagi dan cerah, Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Saya buru-buru mandi, sarapan, minum kopi sedikit, dan langsung berangkat ke rumah Pak Nizam. Sesampainya saya di rumah Pak Nizam, saya tidak menemukan adanya tanda-tanda kehidupan dalam rumah itu. Saya mencoba mencari dirumah PakDe Sukiman, tetap tidak menemukan adanya istri saya. Saya coba ke Rumah Pak Dahlan, sepertinya tidak ada orang karena semua pintunya di kunci rapat. Saya benar-benar berdebar-debar karena tidak menemukan istri saya dimanapun. Ingin rasanya saat itu mengamuk dan menangis, kenapa saya melakukan ini semua.

Akhirnya setelah mencari kemana-mana tidak ada hasilnya, maka saya memutuskan untuk pulang ke rumah. Saya melanjutkan aktifitas sehari-hari saya di hari minggu. Tidak banyak yang dapat saya lakukan karena pikiran saya tertuju kepada istri saya terus. Apa yang sedang mereka lakukan terhadap istri saya saat ini? Apakah istri saya sudah makan? Apakah mereka mengizinkan yola beristirahat? Apakah dia baik-baik saja? Beribu pertanyaan muncul di benak saya. Sehari ini rasanya lambat sekali berjalan. Hingga akhirnya, sekitar pukul 19:00 malam, istri saya pulang ke rumah di antar oleh Pak Dahlan. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan pada istri saya, malah terlihat berbeda, lebih cantik karena make up yang tertata rapih, rambut seperti dari salon, baju baru, dan celana baru. Hanya saja wajahnya terlihat merenung dan kelelahan.

Setelah berbincang-bincang sebentar dengan Pak Dahlan, bahwa kami akan mendapatkan rumah kontrakan di kota Jogjakarta. Saya sangat gembira sekali, tetapi istri saya tidak menunjukkan ekspresi kegembiraan sama sekali. Malahan ia mohon izin untuk beristirahat, memang waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 tetapi tidak biasanya ia beristirahat pada jam segini. Tidak lama setelah itu Pak Dahlanpun berpamitan pulang, sayapun penasaran dengan istriku, ketika saya melihat dia sedang tertidur pulas, tidak ada banyak yang dapat saya tanyakan. Jadi ke mana saja dia hari ini? Kemarin malam sama Pak Nizam bagaimana kisahnya? Tidak ada yang tahu hingga saat ini, hanya dia dan Pak Nizam yang tahu bagaimana kejadiannya. Sedikit rasa cemburu, dan amarah muncul dalam diriku. Ditambah lagi aku sangat kesal tidak ada yang dapatku perbuat untuk meringankan beban istriku ini.

 

Tinggalkan komentar