Si Ujang

Namaku Ujang, untuk mencukupi kebutuhan hidup yang semakin lama semakin mencekik leher akhirnya aku memutuskan untuk mengadu nasibku, melamar pekerjaan di sebuah perusahaan ternama yang bergerak di berbagai bidang, dari sekian juta pelamar akhirnya aku diterima bekerja di perusahaan itu, badanku yang kekar dengan wajah sangar tidak dapat menutupi keramahanku, aku adalah tipe orang yang teliti, ulet, dan juga cekatan dalam bekerja, ciehhhh, pokoknya dijamin Ujang yang paling hebat..!!

Gantengkah aku?? tergantung dari sudut mana anda memandangku,

contohnya sebagai berikut :

Jika dilihat dari samping ??? – agak kurang jelas

Jika dilihat dari belakang ?? – jelas ngak kelihatan

Jika dilihat dari atas ??? – Sulit diprediksi

Jika dilihat dari depan ??? – yah jangan dibandingkan dengan bintang film atuh !!!, nggak adil bangettt !!!, nyari-in lawan itu yang seimbang, misalnya sama bokir tentu aku rada-rada menang sedikit. bibirku yang tebal seksi, mataku yang indah besar bagaikan sepasang combro.

“Ujanggg…..!!!” tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari ruangan direktur utama, lamunanku langsung buyar seketika kemudian dengan tergopoh-gopoh aku berlari menghampiri ruangan mengerikan itu, sebuah ruangan paling menyeramkan bagi para office boy, ihh, aku sampai bergidik.

“Iya…Bu…” Aku tertunduk tidak berani menatap wajah direktur utama yang merah padam, penyihir tua yang ditakuti oleh kawan maupun lawan, apalagi oleh para office boy. Bu Selmy menatapku dengan matanya yang melotot, kalau saja seorang gadis cantik yang memelototiku pasti aku langsung horny, tapi ini seekor srigala tua yang menyeramkan dengan giginya yang runcing siap untuk melahapku hidup-hidup, dari yang aku dengar sich Bu Selmy yang berdarah Sunda-Belanda ini terobsesi dengan gadis-gadis keturunan Chinese, ada yang bilang Bu Selmy seorang sex maniac, ada juga yang bilang Bu Selmy seorang lesbi, tapi yang pasti sich staf-staf wanita di perusahaan tempatku bekerja, bermata sipit, berwajah dan putih mulus, bodynya dijamin bikin SERRRRR….!!!

“Kamu tuh gimana sich, kayak baru kerja aja..!! Punya kuping itu dipakai untuk mendengar…, coba sekarang kamu lihat, disuruh pesan jangan pake sambal eh malah dibanyakin sambalnya, kalau BODO ITU JANGAN DIPIARA DONG…!! “

“COBA KAMU LIAT APA YANG KAMU PESAN…!! “

“Pakai kuping Bu ?? ” Aku gugup hingga menceracau tidak karuan.

“PAKE MATAAAAAA…..!!!BRAKKK!! ” Bu Selmy tambah sewot, ia membentakku sambil menggebrak meja.

“KAMU LIAT NGAK YANG MERAH-MERAH INI APAA-AN ???!! “

“Iy.., Iyaa Bu saya dengar, itu samballlll….” nafasku terengah-engah kecapaian ketika mencapai klimaks, walah !! makin ngaco…..!!

“MAKAN AJA GEDE…!! PERCUMA SAYA NGEGAJI KAMU..!! “Bu Selmy membentakku, sampai kemaluan-ku berkedut-kedut ketakutan..

“KELUAR….!!!! “.

Langkahku agak limbung ketika keluar dari ruangan penyiksaan yang sudah terkenal sampai ke seantero jagat raya ini, aku merangkak berusaha mencapai gudang, tempat persembunyian teraman bagi para OB

“UJANG….!! “

“MAMPUSSS….!! “Aku melompat karena kaget ketika seseorang memanggilku dari belakang, aku menolehkan kepala ke belakang, sementara Basri temanku sesame OB, cengar-cengir kemudian tertawa ngakak terpingkal-pingkal.

“Diapain lu sama Bu Selmy…?? Sampe lemes begitu kaya abis muncrat HUA HA HA HA “

“Boro-boro, muncrat, yang ada jantung gua lepas!! ” aku menggerutu panjang lebar, Basri tambah cekakakan.

“BASRIIIIII……!!! ” kembali terdengar teriakan keras yang melengking, wajah Basri langsung pucat, duh Basri mirip seperti tawanan yang hendak dihukum mati, ia melangkah lemas masuk ke ruangan XXX. Itulah sepenggalan mimpi buruk yang menjadi kenyataan dan selalu setia menghantui kami para Office Boy di perusahaan besar itu.

“Ujang… sini….” seorang gadis cantik melambai-lambaikan tangannya ke arahku, beruntung banget bagiku karena ternyata yang memanggilku kali ini adalah Nona Shasha. Bu Selmy, sangat amat anti banget pada pria, makanya staf-staf diperusahaan kami kebanyakan wanita. Jika ada staf pria paling staf dengan jabatan kecil atau juga macam kami inilah.

“Iya Non… ?? ” Aku langsung stand-by, siap untuk menanti perintah.

“Tolong kamu fotocopy-in berkas-berkas ini, inget jangan salah lagi yach” Non Shasa tersenyum ramah kemudian jari-jari lentiknya kembali mengetik di atas keyboard, otak kotorku langsung bekerja, kuraih tubuhnya yang sexy dan kupeluk dengan erat,

“OAHHH, AHHHH AHHHHHHH….!!!”

“Ahhhh Non Shasaaaa…, Oyeahhhhh…”

“Ujangggg, Euhhh, enakkk amat sichhhh…….”

“Memek Non Shasha juga enakkkk…., sempittt…..”

“Kayaknya sich bukan punyaku yang sempit, Titit kamu yang kegedean Owwwwwwwaaahhhhh…..”

“Jrebbb…, Jrebbbbb…, Jrebbbbbb…..”

“Owwww, Owwwww,,,, Ampun Janggg, Akhhh….”

“Jang ?? koq malah bengong sichh….”aku kembali tersentak tersadar dari dunia khayalku ketika terdengar suara Nona Shasha yang menegurku, si cantik itu menatapku dengan tatapan matanya yang menyelidik.

“Ooo, Iy.. Iyaa Nonn…..” aku menutupi selangkanganku yang menggembung ke depan dengan setumpukan berkas-berkas yang harus difotocopy, celana panjang ini terasa semakin sesak ketika senjata superku meronta liar, panjang, dan keras, aku melirik ke kiri dan ke kanan, dengan pede kutekan tombol-tombol yang ada, kemudian Ujang yang hebat ini berteriak keras, gembira karena “keberhasilannya…”.

“MAMANNNN, TULUNGIN DONGGGG…..!! “

“WADUHH JANGGGG !!! Lu apain mesin fotocopynya??” Maman bengong menatap mesin fotocopy yang sudah meringkuk tanpa daya tidak sanggup ketika aku yang super hebat ini menurunkan titahnya, aku hanya tersenyum pahit, kemudian memohon dengan memelas.

“Makanya Jang, jangan keseringan nonton film yang enggak-enggak, masa mesin fotocopy lu sodok juga, jadi rusak-kan!!!” Maman menunjuk sesuatu diselangkanganku, ia cengengesan menyindirku. Akhirnya dengan bantuan Maman aku berhasil juga menyelesaikan tugas dari bidadariku yang cantik, Nona Shasa. Duhhh, si putih yang sexy mulus pasti sudah tidak sabaran menungguku, senyum di wajahku langsung lenyap ketika terdengar teriakan-teriakan keras Bu Selmy di ruangan Shasha.

“Shasha, saya sudah nunggu dari tadi, mana copyannya ?? “

“Eee, itu, ituuuu, lagi difotocopy Buuuuu…” Shasha tertunduk tanpa berani memandang wajah Bu Selmy.

Dengan gagah berani aku membuka pintu dan maju ke hadapan Bu Selmy, kutampar dan kujambak rambutnya , “DASAR PELACUR TUA, JANGAN GANGGU NON SHASHA, JIKA BERANI HADAPI AKU…..” Ujang si pendekar sakti, mengeluarkan jurus terhebatnya, kutampar lagi mulut Bu Selmy sampai ia terjengkang..

“UJANGGGG……,” Glekkkkk khayalanku berlari ketakutan, lidahku mendadak kelu kemudian tubuhku kaku menengang, tengkukku terasa dingin ketika Bu Selmy menatapku dengan beringas.

“Kamu fotocopy di mana ??? lamanya kebangetan !!, sampe setaun..!! “

“ENGGAK BU, cuma 2 jam Saja…..”Aku menjawab dengan polos.

“BELEGUGGG….SIAH..!!,” Bu Selmy bertambah murka, wajahnya semakin kemerahan seperti istrinya Rahwana, dengan kasar ia merebut setumpukan berkas yang sudah difotocopy dari tanganku, sementara Shasha mengambil berkas asli dari tanganku.

“DASAR GOBLOKKKK…SEMUA!!!!.BLAMMM!!!.” sambil membentak dengan keras Bu Selmy membanting pintu. Karena terkejut tubuh Nona Shasha sampai terpelanting, berkas-berkas document berserakan di atas lantai, dengan sigap aku meraih pinggangnya yang ramping, mana mungkin kubiarkan Nona Shasha terjengkang tanpa daya, kedua tanganku membelit pinggangnya yang ramping, secara otomatis wajah kami semakin mendekat.

Suasana berubah menjadi hening, ketika aku dan dia saling berpandangan, Ohhhh, baru kali ini wajahku sedekat ini dengan wajahnya, wajah cantiknya tampak tegang, entah karena baru dibentak oleh Bu Selmy atau karena wajahku semakin mendekat ke wajahnya.

“Cuppphhh….” dengan memberanikan diri kukecup bibirnya yang sedikit merekah, nafas Nona Shasha sesekali tertahan ketika tanganku merayapi tubuhnya, sementara bibirku melumat bibirnya yang seksi, kukulum-kulum dan kuemut bibir Non Shasha

“Emmm, Mmmmmmhh, Mmmmmhhh” dengan lincah tanganku melepaskan blazer warna hitam yang menempel di tubuhnya yang seksi, tiba-tiba tubuhnya tersentak ketika tanganku mulai berani melepaskan sebuah kancing baju kemeja putihnya, ia berusaha berontak, kudesakkan tubuh mulusnya ke arah dinding untuk meredam perlawanannya, sambil melumat-lumat bibirnya, tanganku kembali bergerilya melepaskan kancing-kancing baju kemeja putih Non Shasha, ia hanya mendesah panjang ketika aku melepaskan kemeja putihnya.

“Uhhhh, Ujanggg…..” Nona Shasha menggeliat lembut ketika aku membalikkan tubuhnya, kulepaskan pengait branya kemudian kuloloskan bra Nona Shasha melalui kedua tangannya, kutekan-tekan bokongnya kemudian kuremasi buah pantatnya yang bulat padat, tidak lupa aku juga melepaskan rok mini ketat warna hitam yang membalut pinggangnya, tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya, kearahku..

“Wahhhhhh…….., Heuhhhhhh……” tubuhku terluka berat ketika terserempet buah dadanya yang membuntal padat, Wuihhhhhhhh….., Buset dah, gundukan payudara Nona Shasha menempel di dadaku ketika ia mengalungkan kedua tangannya di leherku. Gundukan itu terasa kenyal, hangat dan lembut ketika menggesek tubuhku, Ohh Beibei..!! I love you Shasha…!!

“Emmmhhh, Emmmmhhh. Ckkk Ckkk ” Bibirku kembali melumati bibirnya, aku menjulurkan lidahku untuk bermain dirongga mulutnya, berusaha mengajak lidah Nona Shasha untuk bermain – main dengan lidahku, semula ia hanya diam, perlahan-lahan permainan lidahku membuatnya semakin bernafsu, sedikit demi sedikit lidahnya semakin terjulur keluar, kuciumi lidah itu dan kuhisap-hisap. Aku menundukkan kepalaku sedangkan Non Shasha berjingjit ketika berciuman denganku maklumlah tubuhku tinggi seperti pemain basket, tinggi Non Shasha hanya seulu hatiku saja. Tiba-tiba Nona Shasha menarikku dan mendudukkanku di atas kursi sementara ia bersujud di antara kedua kakiku, berkali-kali tangannya hendak menarik resleting celanaku, tapi batal lagi, batal laggiiii…., akhirnya dengan terpaksa aku membuka sendiri resleting celanaku dan mengeluarkan benda besar panjang kehitaman

“Wowwww….????!! Ihhhh Ujanggggg ” Non Shasha melotot menatap batang kemaluanku yang besar dan panjang, kubimbing tangannya ke arah batang kemaluanku, jari-jari tangannya yang lentik kini mengusapi batang kemaluanku, berkali-kali ia bergantian memandangi wajah dan batang kemaluanku yang besar dan panjang.

“Shasha sayangg, ….Ouchhh ” Aku terperanjat ketika tangan Nona Shasha menarik batang kemaluanku, aku memandanginya keheranan, kusangka Non Shasha marah karena aku memanggil namanya langsung, tanpa embel-embel, Shasha menelan ludah beberapa kali sambil mengelus benda panjang di selangkanganku.

“kocokin dong…” Aku menjawil dagunya, aku semakin lebar mengangkangkan kedua kakiku ketika Nona Shasha mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku.

“Non Shasha pernah ewean ?? ” aku bertanya padanya, aku tersenyum lebar ketika ia menggelengkan kepalanya.

“Kamu pernah ?? “

“Hhhhhhh, Dulu waktu kecil saya pernah diperkosa….” Aku menghela nafas panjang mengingat masa-masa kelabuku

“Gimana rasanya ?? enakkk ?? ” Non Shasha tambah penasaran.

“Kalau yang memperkosa saya secantik Non Shasha sich pasti enak… “dalam hati aku menangis sesegukan ketika mengingat seorang tante bertubuh gemuk menelanjangiku dan kemudian memperkosaku habis-habisan (kisah sedih tempoe doeloe, ehek ehekkkk..).

“Ngomong-ngomong Non Shasha mau merkosa saya nich ?? “

“Enak aja…!!, ya enggak lahhh..!!, aku cuma pengen tau aja koqq…” Nona Shasha mendekatkan kepalanya ke arah batang kemaluanku, ia segera menarik kepalanya sambil menutup hidung dengan tangan kanannya.

“Ihhhh, koq bauuu yachh….”

“WADUH, itu mah udah dari sananya…,siniiii…. “tanganku menekan belakang kepala Non Shasha agar ia terbiasa mencium wangi dan harumnya batang kemaluanku, berulang kali aku membujuknya agar mau menjilati dan menghisapi penisku, namun dengan tegas ia menolak keinginanku, akhirnya aku hanya pasrah membiarkan tangannya mengelusi dan mengocok-ngocok batang kemaluanku.

“Shasha, gantian donggg….” aku meraih tubuhnya dan mendudukkan Non Shasha di atas kursi sedangkan aku berlutut di hadapannya, kuelus-elus bulatan payudaranya sampai ia menggelinjang kegelian. Kuremas -remas induk payudara Non Shasha seperti yang sering kulihat di film – film porno yang sering kutonton, pantesan pemeran pria ketagihan megang-megang susu pemeran wanita, ternyata rasanya aduhai banget, hangat, lembut, kenyal rada-rada keras. Kedua tanganku membelit melingkari pinggang Non Shasha, kuciumi bulatan buah dadanya yang semakin menggembung padat seperti dua buah gunung yang hendak meletus.

“Ahhh, Ujangggg, kamu belajar dari mana sichhh….”Non Shasha menggeliat kegelian ia berusaha meronta ,aku semakin erat membelit pinggangnya yang ramping, kuciumi induk payudara Non Shasha yang sekal, lidahku terjulur keluar seperti lidah seekor anjing yang sedang kehausan, kujilati belahan dadanya yang lembut halus. Ujung lidahku menari-nari memutari putting susunya, kujepit dengan bibir atas dan bibir bawahku yang mengatup kemudian bibirku bergerak ke kiri dan ke kanan seperti gerakan orang sedang membilas pakaian.

“Nguhhhh, Unnnhhhh.. Akkhhh Ujanggg… geliii, aduhhh, aduhhh!” Non Shasha mendesah-desah kegelian, kedua tangannya berusaha mendorong kepalaku.

“HHHHH..” Non Shasha menghela nafas ketika tiba-tiba aku mencaplok puncak payudaranya, percuma saja ketika Non Shasha berusaha menarik dadanya, karena kedua tanganku malah mendorong punggungnya ke depan sehingga buah dadanya semakin membusung ke depan.

“Gila kamu, Ujang hentikan.!!, aduhh, Hssssshh Hhhhsssss…” Nona Shasha semakin sering mendesis lirih ketika aku semakin rakus menciumi, menjilati dan mengenyot-ngenyot payudaranya, sambil melakukan kenyotan-kenyotan kedua tanganku bergerak cepat menarik kain segitiga itu dari selangkangan Non Shasha, kutarik lepas kain segitiga putih itu.

“Ujanggg, Ohhh, Ujangggg…, ” kini kedua tangan Non Shasha malah memeluk kepalaku dan membelai-belai rambutku

Aku menatap wajahnya yang cantik kemudian bibirku kembali mengejar bibirnya, kukecup-kecup dengan lembut sebelum akhirnya aku menjulurkan lidahku. Lidah Non Shasha juga terjulur keluar menyambut lidahku, akhirnya lidah kami saling mengelus, menjilat dan mengait, ciumanku kembali turun mencumbui kedua payudaranya, terus semakin turun, turun ke perut dan

“Ahmmmmm, Aaaa….” Non Shasha mengatupkan mulutnya rapat-rapat, ketika aku mulai menciumi permukaan vaginanya, kubasuh dan kumandikan rambut-rambut tipis yang menghiasi daerah intimnya, hidungku kembang kempis ketika menghirup aroma vaginanya yang wangi menggodaku agar segera melakukan penjelajahan lebih lanjut.

Aku menciumi bibir vaginanya kemudian kujilati belahannya yang mulai dibasahi cairan-cairan kewanitaanya yang meleleh mirip seperti cairan lilin yang meleleh, kubersihkan belahan vaginanya dari lelehan – lelehan cairan nafsunya yang terasa gurih dimulutku.

“Ehhh, Nggakk…. Mauu, jangan Ujangg…!! ” Non Shasha panik ketika aku menggesek-gesekkan kepala penisku pada belahan vaginanya.

“Yaaa, terserah, silahkan aja non Shasha teriak makin keras, paling juga kita digerebek terus dipaksa kawin… he he he…. ” Aku mengancamnya, tapi terus terang dalam hati aku merasa was-was kalau Non Shasha beneran teriak mampuslah aku..!!!

“Ujanggg, jangan Ujanggg, Aku nggak mauuu…! Tolong Ujang..!!” Nona Shasha berbisik memelas ia memohon padaku, sementara aku semakin keras berusaha membobol vaginanya, berkali-kali kujejal-jejalkan kepala penisku sampai akhirnya perlahan-lahan kepala penisku mulai membelah belahan vaginanya.

“Ujang aku mohonnn, Jangaaaahhhhhhh….!!!Ampunnn Ammmhhh, Hkkk Hkkkkk, Hkkkk ” Nona Shasha tidak sanggup untuk meneruskan kata-katanya, matanya mendelik , kemudian kepalanya tergolek ke samping kanan, ia terisak berusaha menahan tangisannya..

“Krrrtt…, Brrrttt…..Ammmfffhhh, sakit… Ohhhhh” Non Shasha berusaha keras menahan jeritannya ketika ada sesuatu yang berderak di dalam vaginanya, rasanya enak sekali ketika kepala penisku merobek-robek selaput kegadisannya, kutekankan batang kemaluanku semakin dalam. Batang penisku yang besar dan panjang mengggeliat setengah mati berusaha menjelajahi gua sempit yang selama ini belum pernah terjamah oleh siapapun.

Kutarik kemudian kubenamkan batang kemaluanku sekaligus, ada cairan-cairan merah bercampur cairan kewanitaan Non Shasha, yang meleleh, ketika Aku berkali-kali menarik dan menjebloskan batang penisku.

“Ohhhhh….” terdengar rintihan kecil Non Shasha, tubuhnya yang seksi dan mulus menggeliat-geliat resah ketika aku mulai mengayun-ngayunkan batang kemaluanku menyodok- nyodok lubang vaginanya, uhh, gila sempit banget lubang vaginanya.

Batang kemaluanku begitu kesulitan ketika berusaha melakukan genjotan – genjotan ala Ujang yang hebat, kucolok-colok belahan vaginanya dengan batang besar di selangkanganku.

“Wahhh Shasha, memek lu enak banget sich” Aku semakin ngelunjak, kugenjot-genjot lubang vaginanya, semakin lama semakin kuat kuayunkan batang kemaluanku menyodok-nyodok belahan vagina Non Shasha yang menggigit batang kemaluanku.

“UJANGG…., Oww..!! Crrr Crrrrttt…..”lubang vagina Non Shasha terasa seperti sedang mengunyah batang kemaluanku, rasanya enak sekali ketika lubang vaginanya berkedut-kedut mengenyot batang penisku.

“Cleppp, Cleppp, Cleppp, Clepppp” suara-suara becek terdengar semakin nyaring ketika batang kemaluanku menyodoki belahan vaginanya yang sudah banjir oleh cairan kenikmatannya, kutusuk-tusuk belahan vagina Non Shasha dalam gerakan-gerakan lembut yang teratur untuk menikmati kehangatan dan jepitan lubang vaginanya yang peret, kubelai rambutnya dan ia menatapku dengan tatapan matanya yang sayu.

Kupandangi buah dadanya yang bergoyang-goyang dengan indah ketika kusodokkan batang kemaluanku, kucubit dan kutarik-tarik putting susunya sampai ia mendesis sambil menggeliatkan tubuhnya yang sudah basah, bercucuran air keringat..

“Ohhh, Ujanggg….!! Enakkk…., Ujanggg…..!! ” kedua tangan Nona Shasha berpegangan pada lengan kursi ketika aku berusaha setengah mati menggerayangi dan meremas-remas buah dadanya sambil menyodok-nyodokkan batang kemaluanku.

Aku semakin ketagihan untuk menggenjot-genjot vagina Non Shasha, rasanya nikmat sekali ketika batang kemaluanku mengexplorasi lubang vaginanya yang sempit dan seret, kubenamkan batang kemaluanku dalam-dalam sambil meremas induk payudaranya. Ia menatapku seolah sedang memohon agar aku kembali menggenjoti vaginanya, sementara aku malah terkagum-kagum menatap lekuk liku tubuhnya sambil mengelusi kedua pahanya yang sedang mengangkang, tubuhnya yang putih mulus kini terkulai pasrah dihadapanku, ia tampak kecewa ketika aku mencabut kemaluanku, kubersihkan selangkangannya dengan kertas tissue.

“Ahhhhhhhhhhhh…., ” Non Shasha mendesah panjang ketika aku menjilati batang lebernya, kedua tangannya memeluk kepalaku, harum tubuh Nona Shasha semakin membuatku terangsang, kugeluti dan kucumbui lehernya, seperti film-film yang sering kutonton, hanya bedanya kini akulah aktor utama yang terganteng di dalam ruangan ini, tiba-tiba aku melirik ke kiri dan ke kanan, emang nggak ada laki-laki lagi selain diriku ini T_T Jari tanganku mencubit dan menjepit putting susu Non Shasha, kemudian kupelintir-pelintir putting yang keras meruncing itu, kuusap-usap pangkal payudara Non Shasha bagian bawah, kubelai dan kemudian kuremas-remas dengan lembut. Nona Shasha memberikan reaksi yang membuatku semakin bersemangat untuk mengelus-ngelus dan meremasi gundukan buah dadanya yang putih menggembung.

“Ujangg, kamu belajar dari mana sichhh, koq enak amattt….” Tanpa sadar Nona Shasha merintih lirih ketika aku menjulurkan lidahku keluar dan menggergaji putting susunya dengan lidahku, berkali-kali ujung lidahku yang lancip memutari putting susunya, lidahku menarikan tarian birahi untuk merangsang Non Shasha yang cantik.

“Cuppp Cuppppp, Hummmm.. Mummhhhh” kukecupi gundukan buah dada Non Shasha sebelum akhirnya kukemut-kemut putingnya yang berwarna kemerahan, kubenamkan kepalaku diantara kedua buah dadanya, dengan semakin rakus kujilati belahan dada Nona Shasha, sesekali kuciumi dan kugigit-gigit kecil induk pentil susunya yang semakin lancip.

Mataku sampai teler ketika ia mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar, ia seperti menantangku untuk segera menikmati belahan vaginanya, wajahnya yang cantik tertunduk malu, ia tidak berani menatapku. Kutundukkan kepalaku sambil menjulurkan lidah keluar. Perlahan-lahan lidahku menggelitiki belahan bibir vaginanya, kukorek-korek lubang vaginanya yang menebarkan aroma yang membuatku semakin gemas melumat-lumat vaginanya, kueemut-emut bibir vaginanya, kuhisap-hisap lubang vagina Non Shasha yang bertambah basah karena cairan nafsunya yang semakin banyak meleleh.

“Aaaaa…, Essshhh, Ouuhhhh… Ujangggg, Kamu nakallll Ekkhhh..”

Lidahku menggelitiki daging kecil mungil yang biasanya disebut sebagai itil atau kelentit, sesekali tubuh Nona Shasha tersentak ketika lidahku mengait daging itu.

Kugesek-gesek belahan vagina Nona Shasha dengan mengunakan kepala penisku, kemudian kujejalkan kembali batang penisku membelah belahan vagina Non Shasha, aku semakin bernafsu, ATAS NAMA CINTA, Emmmnh salah ding.., ATAS NAMA NAFSU!!!!, kurojok-rojokkan batang kemaluan kuat-kuat sampai Nona Shasha meringis kewalahan menerima sodokan-sodokanku.

“Ahhhhhhhhhhh…., ” Mata sipitnya terbelak lebar sementara mulutnya terbuka lebar seperti hendak mengucapkan huruf “A”, berkali-kali tubuh seksinya tersentak-sentak dengan kuat menerima jatah sodokan mautku yang menghajar lubang vaginanya.

“Ennnhhh, Ennnhhh…, Assshhhh,, Hssshhhhh” berkali-kali Nona Shasha mendesis pelan, kepalanya terlempar ke kiri dan ke kanan.

Tampaknya ia semakin kewalahan menghadapi genjotan-genjotan penisku, kuhajar belahan vaginanya sambil menatap dalam-dalam ekspresi wajahnya, dari ekspresi wajahnya tampaknya ia sangat menikmati sodokan-sodokan batang penisku. Aku semakin bernafsu menghantamkan penisku, kurojok dan kusentakkan batang kemaluanku kuat-kuat, akhirnya dalam hitungan menit Nona Shasha kembali menggelepar tanpa daya.

“Crrrr…, Crrrrtt Crrrrreettt….., Hssssshh, gila kamu.. Owww, pelannn Sssh”

kutarik dan kubetot batang kemaluanku kuat-kuat, kemudian kuayun-ayunkan dengan sentakan-sentakan kuat yang berirama, kusodok-sodok belahan vagina Non Shasha, Clepppp.. Clppppp… Clpppppp, suara-suara aneh itu terdengar ketika aku membenam-benamkan batang kemaluanku menyodok belahan vaginanya.

Aku menarik nafas panjang – panjang, kemudian kutarik tubuh Non Shasha, kini ia nungging diatas lantai, kugesekkan kepala kemaluanku pada belahan vaginanya kemudian kutekankan kepala penisku yang semakin terbenam di belahan vaginanya, setelah membekap mulutnya dengan bibirku kujebloskan benda panjang di selangkanganku menyodok vaginanya dari belakang.

“Haemmmm… !!” Non Shasha menjerit keras dan kupompa vaginanya dengan lembut, kedua tanganku meraih buah dadanya dari belakang, sambil menyodok-nyodok vaginanya aku meremas-remas kedua gunung kenyalnya.

“Hhhhh Hhhhhhhhhh.. Hssshh Ujanggg Hssssss “terdengar suara Non Shasha mendesis pelan ketika aku melepaskan kuluman bibirku , hembusan nafasnya yang harum dan hangat menerpa wajahku, entah kenapa tiba-tiba Non Shasha tiba-tiba terisak menangis, air matanya meleleh melalui pipinya, aku hanya tersenyum sambil mengecup pipinya, kubelai rambutnya yang dicat pirang, Shasha benar-benar cantik, pinggangnya ramping, perutnya rata, kuremas pinggulnya dan kutepuk bokongnya.

Non Shasha semakin kuat terisak ketika tubuhnya terayun-ayun, sambil mengayunkan batang kemaluanku aku memejamkan mataku untuk lebih meresapi kenikmatan belahan vaginanya, kuaduk-aduk belahan vaginanya kuat-kuat

“Crrrrr Crrrrr…… Crrrrrrr…… Nhhhhh” tubuh Non Shasha mengejang kemudian terkulai lemas, ia meringis ketika aku memompa dengan semakin cepat dan dalam, menusuki belahan sempit vaginanya dari belakang, kedua tanganku mengelus pinggangnya yang ramping, tubuhnya yang putih dan mulus terdorong maju mundur dengan teratur ketika aku menjejalkan benda besar di selangkanganku menyodok-nyodok vagina Shasha yang sedang menungging, sesekali terdengar suara isak tangisnya, si cantik Shasha menangis, tangisannya terdengar begitu merdu karena diiringi suara rintihan-rintihan kecil yang membuatku semakin bernafsu merojok-rojok liang vaginanya yang peret.

“UJANGGGG……!!! ” tiba-tiba terdengar suara jeritan keras memanggil namaku, jeritan penyihir tua yang menakutkan, membuat konsentrasiku buyar, pertahananku hancur berantakan.

“Huek…, ngahaaakkk Kecrotttt… Crrrotttttt….” jeritan keras itu membuatku kehilangan kendali, berkali-kali penisku menyemburkan lahar panas, padahal aku masih ingin menggarap tubuh mulus nona Shasha dengan batang kemaluanku yang besar dan panjang, Non Shasha menahan nafas ketika aku mencabut penisku. Aku segera bangkit dan memakai kembali pakaianku, karena kembali terdengar jeritan keras menggelegar memanggil namaku.

“UJANGGGGG……!! ” kembali terdengar jeritan pembawa nikmat melengking tinggi memanggil namaku, (Ujang lagi..!, Ujang Lagii…!!sabar atuhh..!! cape nihh abis ngentot tapi EUNAKKKKK )

Sebelum keluar dari ruangan itu aku masih sempat mengecup bibir Nona Shasha yang seksi, ia hanya diam menatapku yang meremas payudaranya kemudian menarik gemas putting susunya hingga ia mendesis lirih, sebelum menutup pintu ruangan itu aku kembali mengintip kedalam, Shasha sedang memakai celana dalamnya dengan terburu-buru, ia membalikkan tubuhnya ketika menyadari ada sebuah kepala yang tersembul dari sela-sela pintu yang hampir tertutup…., Kepalaku he he he…, ingatlah wajah burukku yang dipenuhi bekas luka bopeng ini Shasha sayang, karena AKULAH PEJANTANMU…….!!

“UJANGGGGGG…..!! “

“IYA BUUUUUU…….!!”

Di sore hari aku menggaruk-garuk kepalaku sambil membersihkan WC kantor, aku mengeluarkan dan memegang senjataku, kukocok benda di selangkanganku hingga menegang maksimal……… aku tersenyum mengingat kejadian tadi sore sepulang jam kantor, langkah Non Shasha agak mengangkang, ia tertunduk malu ketika aku menatapnya.

===================================================

Setelah menjalankan tugasku sebagai pejantan tangguh, memuaskan Nona Shasha, aku berjalan memutari kompleks perkantoran, kupandangi perusahaan tempatku bekerja, begitu besar, luas dengan segudang kemungkinan, mungkin lebih tepat disebut perusahaan multiusaha, dengan reflek aku menengokkan wajahku ke arah seorang gadis cantik yang sedang berjalan menuruni anak tangga, Whewww…!! Nona Vania, tubuhnya yang seksi, rambutnya yang pendek sebatas leher dicat berwarna kecoklatan, sepasang paha jenjangnya yang putih mulus selalu menggodaku, wajah yang cantik jelita, Ohhh…!! benar-benar yahud….., LIAT NEH KALO UJANG UDAH NAFSU…, GRRRRR..!! AIR LIURKU MENETES DARI PINGGIRAN BIBIRKU..!!, rencananya sih kuturunkan resleting celanaku dan kukeluarkan batang kemaluanku yang panjang dan besar, kuikuti Nona Vania dari belakang, di tempat yang sepi aku berniat menerkam dan menggeluti tubuhnya yang mulus.

“NGAHAKKKKK….. ?!” nafasku tertahan, mulutku terbuka lebar, kaki kiriku gemetar kemudian melejang-lejang ke kiri dan kanan, mirip seperti tendangan Michael Jackson ketika akan bersiap melakukan gerakan Moonwalk, lidahku terjulur keluar kemudian aku menjerit bagaikan sang SUPERSTAR ( HIHIWWWWW……!! )

“Ahhhhh….!! Ahhhhhh…….!!OAHHHHHHHH ” aku menjerit keras dan melolong, aku terduduk di atas lantai mirip seperti seorang pendekar sakti yang sedang bertapa, kedua tanganku mencekal pergelangan kaki kiriku, ternyata SEBUAH PAKU KECIl MENCIUM TELAPAK KAKIKU!!

“Ehhhh, Ujanggg… ??!! ” Nona Vania membalikkan tubuhnya, ia tampak terkejut ketika menatapku yang sedang bersemedi.

“Kamu kenapa Jang ?? “

“Euhhhh, Euhhhhh…. ADOWWW…..!! ” aku menggigit bibir bawahku menahan rasa sakit ketika berusaha melepaskan paku kecil yang menancap di telapak kakiku, aku merintih menahan kenikmatan itu (mataku melirik kearah sepasang paha putih mulus yang melangkah mendekatiku, kakiku memang sakit, tetapi selangkanganku berdenyut semakin kuat…., Ohh betapa putih dan mulusnya paha Vaniaku yang cantik…).

“Ujang.. kamu nggak apa-apa…?? “

“Ooo, nggak apa-apa koq Nonnnn, cuma paku kecillll…., ” aku langsung bangkit berdiri untuk menunjukkan keperkasaanku, masa Ujang kalah sama paku kecil ini gengsi donggggggg….!! Nona Vania tampak kagum ketika aku langsung berdiri dan berjalan dengan gagah menghampirinya.

“Mari Nonnn, saya bantu…. ” aku menawarkan jasaku, biarkanlah aku menikmati tubuh mulusmu, Vania sayang, aku akan membantumu menuju puncak kenikmatan yang tiada taranya oh Vaniaku…

“Emmmmm? , Bantuin apa ya Jang…?? ” Nona Vania malah balik bertanya.

“Eeee, iniiii, ituuuuuu, maksud sayaaa itu…, Lhaaaa begituu itu..Non.. ” Aku kini menjawab terbata-bata karena pada saat itu Non Vania memang tidak membawa apa-apa kecuali segundukan payudara di dadanya. Ia tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menatapku, kemudian ia membalikkan tubuhnya dan berlalu dari hadapanku, setelah yakin keadaan aman, aku melangkah dengan tertatih-tatih, ADUHHHH…!ADUHHHH!! Sakitnya itu ngak ketulungannn…!!

“DARTOOOO…!! TULUNNNNNNGGGGIN EUYYY..!! ” aku berteriak keras memanggil ajudanku, dengan tergopoh-gopoh Darto menghampiriku.

“Kenapa lu Jangg ??” Darto memapahku, ia menengokkan kepalanya ke arah telapak kakiku yang kubalikkan ke atas kemudian ia mengambil obat merah.

“Hadohhhhh, mampus gua!!, Pelan-pelan dongggg….!!, Huu Huuu Hu “aku menangis sesegukan sedangkan Darto garuk-garuk kepala, ia malah bengong menatapku yang meringis – ringis kesakitan.

*************************

Sore hari….

“Ehhhhhhh ?? ” Aku menatap Darto, ia menyodorkan uang sepuluh ribuan ke hadapan wajahku, aku tersenyum manis ketika mengingat di hari Selasa ini memang giliran Darto meronda di 3 lantai paling atas, lumayan ceban, dengan tertatih-tatih aku menuju lift dan menekan angka 13, Brrrrr, konon di lantai ini sering terdengar suara rintihan, bahkan Darto sampai lari terbirit-birit mendengarkan suara rintihan yang membuat bulu kemaluannya berdiri ketakutan sampai jabrik. (Ngertikan uang sepuluh ribuan itu untuk apa??)

“Tinggg…. ” pintu lift terbuka lebar, kulirikkan mataku ke kiri dan kanan, glekkkk kutelan ludahku, demi membayar uang kost bulan ini yang terlambat akhirnya aku rela menjadi tameng para sahabat Ob-ku yang selalu menghindar untuk meronda dan sedikit bersih-bersih di tiga lantai paling atas yang tidak berpenghuni ini. Rasanya agak aneh memang, banyak ruangan-ruangan kosong yang tidak pernah dijamah, lantai 13, 14 dan 15 di perusahaan tempatku bekerja, LANTAI 13 BERESSSS,,,, LANTAI 14 SIAPPPPP….!! LANTAI 15 Hemmmmm ?? Aduhhh…!! Suasananya agak aneh, rada-rada merinding gitu neh…..?? OHHH SUARA APA ITUUUUU ???? BRRRRRRRRR….!! SUARA TERISAK…..!! Nafasku sesak, keringat dingin meleleh di keningku. Aku mendengar sebuah suara itu, mirip seperti suara orang yang sedang terisak menangis tersiksa dari dalam sebuah ruangan, dengan hati-hati aku melangkahkan kakiku menuju sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka, tidak lupa aku memasang gigi empat di kakiku agar bisa langsung tancap gas jika ternyata…di dalam ruangan itu tidak ada penghuninya. Aku yakin jutaan persen kalau ternyata ruangan itu kosong, berarti yang merintih pasti bukan berasal dari dunia ini. Dengan memberanikan diri aku mencoba mendorong pintu ruangan itu, pintu itu berderit ketika terbuka lebar, mataku melotot menatap sosok putih duduk di pinggiran meja.

Tubuhku bergetar hebat dan sukar untuk digerakkan, nafasku terengah-engah, ada sesuatu yang meleleh dimata mahluk itu, membasahi pipinya yang putih,

bibirnya merintih pilu, jantungku berdetak dengan lebih kencang DUKKK….!! DUKKKKK….!! DUKKKKKK…!! Sosok putih itu memegang sesuatu di tangannya, OHHH APA ITUUUUUU…..!!! LHAAAAA ?? SEBUAH HANDPHONE

“Non Vaniaaaaa…….?? ada apa?? Kenapa??” aku menelan ludahku, ceglukk, ceglukkkkkk, sayangku Vania tengah menangis dan merintih, ia duduk di pinggiran meja di ruangan itu, dengan tergopoh-gopoh aku menghampirinya, dengan terbata-bata Nona Vania mencurahkan isi hatinya, ternyata Vaniaku sedang putus cinta, pacarnya selingkuh, ia malah menunjukkan SMS dari pacarnya. Laki-laki mana yang sudah kehilangan akal sehatnya memutuskan cinta seorang gadis bertubuh bohay berwajah cantik jelita.

“Mulai sekarang kita putus dan tidak ada hubungan apa-apa lagi!!” aku membaca isi SMS singkat itu, aku keluar dan mencari-cari peralatan yang kuperlukan.

“Cklekkk…” aku mengunci pintu, kemudian mengambil tali kain dan segulung lakban berwarna hitam.

“Ehhhh, Ujanggg, kamu mau apa?? “Non Vania menghentikan tangisannya, ia menatapku dengan tatapan mata sipitnya yang menyelidik.

“Tenanggg….saya akan menyembuhkan Non Vania” aku mengejarnya yang segera menghindar, aku menerkam dan ia meloloskan diri, ia semakin ketakutan menatap wajahku yang berubah beringas.

“”Awwww, UJANGG! Jangan kurang ajar kamu!!” di suatu kesempatan aku berhasil memiting kedua tangannya ke belakang, dengan cekatan aku mengikat kedua lengannya, jeritan yang keluar dari mulutnya segera aku atasi dengan selembar lakban hitam.

“Heeemmmfffff Hmmmmmmmffff….. “

“Walahhh, Ini masalah serius Nonnn…!! putus cinta itu sangat berbahaya!! Tapi saya punya obat yang paling mujarab, dijamin Non Vania bakalan segera sembuh ….!! ” aku membopong tubuh Vania yang bohay, dengan sigap aku melepaskan dan melemparkan pakaiannya, tubuh putihnya kini hanya memakai secarik kain segitiga dan sepasang stocking berwarna coklat muda, kini si cantik Vania tambah ketakutan ketika aku memeluk tubuhnya dari belakang, kupeluk erat tubuhnya yang mungil. Ia berontak ketika aku memeluk pinggangnya, aku menundukkan kepalaku untuk mengecup bahunya, kuciumi dan kujilat-jilat dengan lembut bahu Vania, lalu aku membalikkan tubuhnya, mataku melotot menatap sepasang buah ranum di dadanya

“HEmmmmff, Mmmmmhhhhffff….!!” mata Non Vania yang sipit mendelik, kemudian keningnya berkerut hingga membentuk angka 11, rupanya ia marah ketika aku menjamah buah dadanya, perlahan-lahan telapak tanganku membelai-belai bulatan sebelah kiri. Payudara itu begitu halus dan lembut, aku semakin gemas kini kuremas induk payudaranya kuat-kuat hingga Vaniaku yang cantik melenguh keras, lumayan lama juga aku melakukan terapi belaian dan remasan di gundukan buah dadanya yang semakin membongkah keras dan kenyal.

“Gimana Non?? Asik nggak??” Aku mengusap puncak payudaranya kemudian kucubit putingnya yang lancip kemerahan, kupilin dan kupelintir-pelintir hingga nafasnya semakin berdengusan, aku tersenyum lebar , kutatap mata sipitnya yang kini menatapku dengan tatapan matanya yang sayu, dengan hati-hati aku melepaskan lakban hitam dibibirnya.

Kedua tanganku mencekal pinggangnya yang ramping, kemudian kutundukkan wajahku. Vania menengadahkan kepalanya, bibirnya merekah, dengan penuh nafsu yang liar kulumat bibirnya bagian bawah kemudian kujilati dagunya dengan rakus.

“Uuuu.. Ujangggg Ahhhhhh….. ” mulutku mencaplok dagu Non Vania, lidahku terjulur-julur keluar menjilati dagunya bagian bawah, air liurku menetes ketika mengendus harum tubuhnya, dengan tangan kiri kupeluk erat-erat tubuh mungil Non Vania sementara tangan kananku menyusup ke balik celana dalamnya.

“HAAAAAAAAAAAAAAH?!!! ” hanya suara itulah yang terdengar dari bibir Non Vania ketika tanganku menyusup masuk ke balik celana dalamnya, wajahnya merona merah, berkali-kali ia menarik pinggulnya ketika tanganku membelai selangkangannya, bibirnya merintih berusaha menolak kemesuman dariku.

“Ujanggg, Jangannn… Uuu jjjjaaanggg… “dengan gemas jari-jari tanganku terus menggerayangi selangkangan Nona Vania, kuelus dengan lembut kemudian kuremas selangkangannya dengan mesra, sambil menarik pinggulnya aku berlutut di hadapannya, mataku menatap tajam selangkangan Nona Vania yang masih tertutup secarik kain berbentuk segitiga berwarna coklat muda, kubetot dan kutarik turun kain segitiga itu. Ia memekik kecil ketika kain segitiga itu kurobek lepas dari selangkangannya.

Whueisssshhhhh…!! Aku melotot menatap wilayah intim di selangkangan Nona Vania, rambut-rambut halus menyemarakkan permukaan vaginanya, Hhhhhhh, aku menghela nafas panjang, Nona Vania malah merapatkan kedua kakinya rapat-rapat ketika aku hendak meremas selangkangannya, kucubiti pahanya sampai ia mengaduh sambil mengangkangkan kedua kakinya melebar.

“Aduhhh, Ujangg ADUHHH…..!! ” Aku mencubit pahanya sebelah dalam ketika ia hendak kembali merapatkan kedua pahanya, akhirnya ia berdiri sambil mengangkangkan kedua kakinya dengan pasrah, kulepaskan sepasang stocking yang masih menghalangi pemandanganku.

Kurayapkan telapak tanganku merayapi sepasang pahanya yang halus mulus, sambil merasakan kehalusan dan kelembutan permukaannya, aku menatap belahan tipis yang membelah selangkangannya, belahan vagina yang masih suci. Tubuh Nona Vania bergetar hebat ketika aku menciumi perutnya yang rata tanpa lemak, nafasnya berdesahan ketika kecupan-kecupanku semakin turun ke wilayah vaginanya, dengan mesra lidahkuku memandikan rambut-rambut halus di permukaan vaginanya, kubasuh sampai jembutnya menjadi basah oleh air liurku.

“Uhhhh… ??!! ” Nona Vania menarik pinggulnya ketika lidahku mencokel belahan vaginanya, aku tertawa sambil mengendus-ngendus selangkangannya, kuciumi dan kucumbui daerah intimnya yang selama ini belum pernah tersentuh, Nona Vania kembali terperanjat ketika lidahku mencokeli belahan vaginanya, tubuhnya terperanjat lagi dan lagi….!!aku sungguh merasa bangga dapat membuat Non Vania terperanjat keenakan, berkali-kali bibirnya mendesah panjang ketika lidahku menggelitiki belahan vaginanya. Bibirku yang tebal menciumi bibir vaginanya, kulumat dan kukulumi bibir vaginanya yang semakin basah oleh cairan kewanitaannya. Kutarik tubuhnya ke bawah, kini kami berlutut saling berhadapan, tanganku membelai pipinya sambil bertanya….

“Vania Sayangg, pernah liat titit ngak ?? Vania menggelengkan kepalanya.

“WAhhh ?? Masa sihhh ?? Nihhh saya kasih liat….. ” aku menawarkan jasa baikku memperlihatkan wilayah paling intim seorang laki-laki, setelah menurunkan resleting celanaku, aku membetot ular besar itu keluar.

“Aaaaaaaaaaa…., Awwww……!!” Nona Vania berseru kaget kemudian ia menjerit sambil memalingkan wajahnya, waduhhh, aku jadi tambah nafsu kurengut tubuhnya yang mungil dan kucumbui lehernya, kujilati dan kuhisap-hisap lehernya hingga meninggalkan bekas kemerahan, setelah puas mencumbui batang lehernya aku berdiri…

Sambil menjambak rambutnya, kutempelkan penisku di pipi Nona Vania, Oh, hangat dan lembut sekali pipinya. Nafas Nona Vania tertahan-tahan, wajahnya merona kemerahan, nafasnya yang berdengusan terasa hangat menghembusi penisku.

“Ufffhh, Ohhh…!! ” Nona Vania berusaha memuntahkan kepala penisku, ketika aku menjejalkan penisku dengan paksa kedalam rongga mulutnya, aku semakin kuat menjambak rambutnya sambil kembali menjejalkan kepala penisku. Akhirnya ia mau juga menelan penisku, rongga mulutnya yang berair terasa hangat, sambil terus menjambak rambutnya aku memaju mundurkan batang penisku. Vaniaku yang cantik harus belajar untuk memuaskan keinginanku!! Mata Nona Vania semakin sayu ketika aku mulai mendeepthroatnya, perlahan-lahan aku mendorongkan batang kemaluanku sedalam mungkin ke dalam mulutnya sampai wajahnya mengernyit menerima sodokan lembutku, berkali-kali ia terbatuk-batuk ketika kepala penisku menyesaki kerongkongannya. Nona Vania menarik nafas lega ketika aku menarik penisku dari dalam mulutnya, kubelai kepalanya kemudian aku menunggingkannya di atas lantai dalam keadaan kedua tangannya yang masih terikat.

“Unnnhhhh….!! ” Nona Vania melenguh ketika kepala penisku menusuk lubang anusnya, kudesak kuat-kuat agar lubang anus itu melar dan mau menerima batang penisku. Nona Vania seperti tersiksa berkali-kali ia meringis, melenguh dan mengerang lirih ketika aku memaksa menjejalkan batang penisku membongkar lubang anusnya

“Assshhhh….!! Hennngggggghhh…!! Arrrnnhhhhh” suara-suara itu terdengar ketika aku menghantamkan penisku, tubuhnya tersungkur-sungkur keras ketika batang penisku mencoba melakukan penetrasi.

“AWW….!! ” Satu pekikan pendek yang keras akhirnya membuatku tersenyum, kepala penisku mencelat masuk menjebol lubang anusnya, ia mengerang keras, aku tahu ia kesakitan ketika kepala penisku membongkar lubang anusnya.

Sambil menarik pinggangnya ke belakang aku menusukkan batang penisku, terdengar suara isakan tangis Vaniaku yang semakin keras, tubuh mulus itu tampak lemah tidak bertenaga ketika batang penisku tertancap dengan kuat dilubang anusnya. Tubuh Vaniaku menggeliat-geliat menahan derita ketika penisku tertancap semakin dalam. Aku mendesah panjang ketika merasakan buah pantatnya semakin mendekat keselangkanganku, jantungku melompat ketika merasakan buah pantat Nona Vania akhirnya merapat dengan sempurna menyatu dengan selangkanganku, buah pantat itu terasa padat dan halus lembut.

“Ennhhhh….!! Ennnhhhh…… Ennnnhhhhh……!!! Ahhh Ahhhhh” Suara yang keluar dari bibir Nona Vania terdengar begitu merdu, setiap sodokan penisku seakan-akan mewakili suara-suara merdu yang keluar dengan lantang dari mulutnya.

“Plokkk…!! Plokkkkk Plokkkkk….. !! PLOKKKKK ” Aku semakin kuat memompakan penisku. Tubuh Vania mulai kuyup dibasahi oleh lelehan cairan keringatnya yang mengucur dengan deras membasahi tubuhnya yang putih mulus.

“Ahhhh, Ohhhhh!! Ahhhhhh… Ahhhhhhhhhhh…….Auhhh. ” Vaniaku yang cantik mendesah-desah keras, tubuhnya terus tersungkur maju mundur ketika aku menyodokkan batang penisku yang besar dan panjang, kuayunkan batang penisku kuat-kuat menyodominya.

“Sssshhhhh, Esssshhhhhh…… ” Nona Vania mendesis ketika aku merubah posisi permainan, sambil mendekap pinggulnya kuat-kuat, aku menjatuhkan diriku duduk kebelakang, kini Nona Vania menduduki penisku dalam posisi memunggungi tubuhku, tanganku merayap kedepan sambil menyodokkan batang Penisku kuremas-remas dan kugerayangi buah dada Vania yang membongkah padat.

Tubuhnya yang bohay melompat turun naik diatas penisku, rintihannya semakin sering terdengar ketika sodokan-sodokanku semakin gencar menyodok liang anusnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat kemudian kusodoki liang anusnya dengan kuat dan kencang, sampai ia memekik kecil, aku mendesakkan wajahku pada tengkuknya kucumbui dan kujilati tengkuknya, kukecupi lehernya dari belakang dan kuhisap-hisap. Sodokan-sodokanku kini lebih lembut menelusuri liang anusnya, setiap aku merojokkan batang penisku keatas nafasnya seperti tertahan-tahan kemudian ia mendesah menghela nafas panjang ketika batang penisku mengaduki lubang anusnya, cukup lama juga aku membenam-benamkan batang kemaluanku sambil meremas-remas buah dadanya. Setelah mencabut batang kemaluanku dari dalam liang anusnya, aku membaringkan tubuh Vania berbaring di hadapanku, aku menatap kagum merayapi lekuk liku tubuh Vania, tanpa merasa bosan aku memandangi wajahnya yang cantik jelita. Tubuh putih mulus yang sudah basah kuyup itu tampak begitu menggairahkan. Tiba-tiba Hp Nona Vania berbunyi, ia menatapku dengan tatapan mata memelas seolah memohon agar aku mengizinkannya untuk menerima telepon. Aku mengambil telepon genggam itu dan memberikannya pada Nona Vania, dengan fasilitas loudspeaker aku dapat mendengar pembicaraan mereka dengan sejelas-jelasnya.

“Van….maaff, aku menyesal…., aku akan menjemputmu, sekarang aku masih sibuk, tunggu aku ya” suara laki-laki itu terdengar seperti sedang merayu Nona Vania.

“Akuu… Akuuu…. Hhhh Ohhhhhhh….. ” kurebut telepon genggam dari tangan Nona Vania kemudian kumatikan dan kutaruh disisi kepalanya, air matanya semakin meleleh membasahi pipinya.

“Ujanggg, tolong jangannn…aku nggak mau, Ujanggg….” Nona Vania terus memohon, kedua kakinya melejang-lejang ketika tanganku menangkap pergelangan kaki kirinya dan meletakkannya di bahuku.

“Aduhh Non, Kalo Non Vania ngak mau, terus ntar saya ewean sama siapa dongg…. He He He… He…” Aku hanya terkekeh, tangan kiriku menekan bahunya, kemudian kugesekkan kepala penisku pada belahan vaginanya sambil sesekali bergerak menekan dengan kuat berusaha membelah selangkangannya dengan batang penisku.

“Hennnhh, Ahhh, Ujanggg ahhhh, sakittt….!! Awwwwwww…… ” tidak sia-sia usaha kerasku batang penisku yang besar dan panjang kini mulai merobeki selaput kegadisan Nona Vania

Nafas Nona Vania terdengar memburu semakin kencang ketika penisku menekan semakin dalam. Tubuhnya melenting berkali-kali ketika aku menyentak-nyentakkan batang kemaluanku. Batang penisku kini menancap di belahan vagina Vaniaku yang cantik jelita. Mulutnya ternganga lebar ketika batang penisku yang panjang dan besar semakin masuk membelah selangkangannya, ia menggeliat-geliat kesakitan ketika kurengut kegadisannya dengan paksa. Tubuh Vania yang cantik jelita mengejang berulang kali ketika aku mendesak-desakkan batang penisku. Belahan vaginanya melesak kedalam ketika batang penisku terus menekan semakin dalam. Ia meringis, ekspresi wajahnya seperti orang ingin menangis, kemudian ia merintih-rintih merasakan batang penisku yang tertancap semakin dalam sampai selangkangan kami bersatu menjadi satu.

Perlahan-lahan kutarik penisku sampai sebatas leher penis kemudian kujebloskan dengan sekali jeblosan yang kuat sampai ia melenguh dengan keras, AUNNNNNNHHHHHH…….!! UNNNNNHHHHHHHHH>>!!!!, mendengar lenguhannya aku semakin bernafsu merojok-rojok belahan vaginanya, ada cairan berwarna kemerahan yang terpercik ketika aku menyodok belahan sempit itu kuat-kuat. Tubuhnya semakin sering terdorong dan tersentak-sentak ketika aku memulai untuk melakukan pompaan – pompaan yang berirama, Jrossshhhh,,, Crebbbbb…. Crooosssssshhhh… Plepppphhhhhhh……, aku semakin mempercepat irama sodokanku, mata Vania yang sipit terpejam rapat, keningnya berkerut membentuk angka 11 sedangkan mulutnya ternganga-nganga lebar. Sodokan demi sodokanku membuatnya semakin kehilangan kendali, ia menjerit kecil kemudian menggelinjang keenakan….

“Crrreetttt…. Crrruuutttttt Crrrrrttttttttttttt……. ” aku tahu, cairan kenikmatan Nona Vania meledak di dalam vaginanya karena aku merasakan seperti ada cairan panas mengguyur batang penisku, rasanya enak sekali ketika cairan panas itu membasuh batang penisku, kubenamkan batang penisku dalam-dalam agar dapat lebih meresapi kenikmatan itu, kubiarkan ia menikmati kenikmatan yang baru saja membuatnya kehilangan kendali dalam sodokan-sodokanku, ia tampak berusaha merayap keluar dari kubangan lumpur kenikmatan yang kuberikan. Tanganku merayap kebelakang melepaskan ikatan pada tangannya, ia merentangkan kedua tangannya karena merasa pegal. Kedua kakinya masih mengangkang dan batang penisku masih tertancap kuat diselangkangannya. Matanya yang sayu menatapku ketika aku mengelus-ngelus bulatan buah dadanya yang membuntal padat dan kenyal, mata Vania mirip seperti orang yang sedang mengantuk ketika aku mencubit dan memilin-milin pentil susunya yang meruncing.

Aku menatap batang kemaluanku yang tertancap di selangkangan Nona Vania, cairan-cairan vagina yang bercampur dengan darah keperawanannya mambasahi selangkangannya, sambil kembali memompakan batang penisku, mataku menatap tajam pada payudaranya yang berguncang-guncang dengan hebat. Ketika penisku mereguk kenikmatan dari selangkangannya yang kewalahan menjepit batang kemaluanku yang besar dan panjang, belum berapa lama kugasak dan kugergaji selangkangannya. Vagina Nona Vania kembali memuntahkan cairan kenikmatan itu dalam sebuah denyutan-denyutan yang berkedut dengan kuat.

“Ennnnhhhh ,, OHHHHH……!! Serrrrrrr….. Crettttttt Cretttttt……..”

Kutarik batang kemaluanku kemudian aku berdiri, aku menundukkan tubuhku untuk meraih pinggangnya yang ramping, kutarik tubuhnya berdiri, kuangkat tubuhnya menggantung di udara sampai wajahya sejajar dengan wajahku, dengan lahap aku melumat-lumat bibirnya, aku berusaha membangkitkan sisi liar Nona Vania dengan cumbuanku yang panas, sedikit demi sedikit ia mulai berani membalas cumbuanku, bibir kami saling melumat dalam gairah birahi yang semakin bergolak dengan liar.

“HEmmmm.. Ckkk Ckkkk Emmmm Mmm, Ammmmhhhhh… Ckkkk “Aku semakin hebat melumat bibir Nona Vania ketika mendengarkan rengekan-rengekannya yang manja dan nakal, bahkan kini tangannya bergelung di leherku, ciumannya semakin berani, ia menarik kepalanya ketika lidahku menjilat bibirnya, sejenak matanya yang sipit menatap mataku, ia mendekatkan kembali wajahnya plus membuka mulutnya menerima kehadiran lidahku yang terjulur masuk menggelitiki rongga mulutnya, nafasnya yang berdengusan menerpa pipiku. Aku menurunkan tubuh Nona Vania ke arah batang penisku. Pinggulnya bergerak berusaha menempatkan kepala penisku di tengah-tengah belahan vaginanya setelah terasa pas barulah aku berusaha menusukkan penisku ke selangkangannya.

“Nnnnnnnnhhhhhhhhh………., Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….!!” kepala Nona Vania terangkat keatas, bibirnya mendesah panjang ketika kepala kemaluanku membelah kembali belahan mungil di selangkangannya, kedua kakinya mengait pinggangku sedangkan kedua tangannya berkalung di leherku, sementara kedua tanganku memegangi pinggangnya yang ramping.

“Ohhh ?! ” Vaniaku agak terperanjat, matanya tampak nanar ketika aku mulai mengayun-ngayunkan batang penisku dengan lembut, tubuh mulusnya terayun-ayun diudara dalam gerakan-gerakan yang lembut, aku benar-benar menikmati jepitan vaginanya yang peret dan seret, benar-benar luar biasa kenikmatan yang diberikan oleh sisipit bertubuh bohay dengan wajahnya yang cantik jelita, kunikmati rasa nikmat dibatang penisku yang bergerak lembut menyodoki selangkangan Vaniaku yang cantik, sesekali sengaja kuhujamkan kuat-kuat batang penisku untuk mendengar pekikan manjanya.

“Ouhhhhhhh, Akhhhhhh.., Akhhhhhhhhh ” Nona Vania merengek-rengek dan mendesah manja ketika aku semakin kuat dan kencang mengayun-ngayunkan batang kemaluanku, kusodok dan kuhujamkan penisku yang besar dan panjang membelah-belah selangkangannya yang sempit.

“Aduhhhh…..!! Uujhaaaanggggggg….!! Crrrr Crrrrrrrrrrrrrrrr…… ” tubuhnya melenting ke belakang, matanya terpejam keenakan ketika batang penisku kembali menghantam-hantam kuat-kuat vaginanya, aku bertambah gemas menghantamkan batang kemaluanku membelah liang sempit itu, kurojok-rojok dan kusodok-sodok tanpa henti liang kenikmatan di selangkangannya. Aku memutar batang penisku mengaduk vaginanya, ia meringis keenakan ketika aku mengaduk-ngaduk vaginanya, kukecup keningnya sebelum kuturunkan tubuhnya. Kubimbing agar ia berdiri sambil menungging, kutarik pinggulnya, kemudian kuselipkan batang penisku menusuk belahan vaginanya dari belakang, tubuh Nona Vania tersentak kedepan ketika aku menjejalkan kepala penisku dengan paksa membelah kembali vaginanya yang nikmat, aku agak merendahkan selangkanganku agar sejajar dengan lubang sempit di selangkangannya.

“Enakkkkk ?? ” Aku bertanya sambil mendesakkan batang penisku dalam-dalam, Nona Vania mengangguk kecil, kemudian ia kembali merintih dan mendesah pelan ketika penisku memacu belahan vaginanya dari belakang,

Kusodok dan kuhujamkan kuat-kuat penisku yang besar dan panjang menyodok-nyodok vagina Vania yang peret. Aku bagaikan seorang joki yang tengah menunggangi tubuh Nona Vania dari belakang, kupacu dan kupacu ia dengan lebih garang, kusodok-sodok dan kujejal-jejalkan batang penisku hingga ia merengek-rengek keenakan, desahan-desahannya terdengar semakin keras

“PLOKKK…!! PLOKKK…!! PLOKKKK….” suara selangkanganku yang beradu dengan buah pantat Nona Vania, Uhhhhh….!! Belahan vagina Nona Vania yang peret dan licin oleh cairan vaginanya semakin mengasikkan untuk dirojok dan disodok-sodok, kumainkan irama sodokanku kucolok vaginanya dengan lembut sampai ia menggeliat menikmati sodokan-sodokanku yang lembut, sambil memaju mundurkan batang penisku kedua tanganku merayap pelan ke depan dan mengusap-ngusap bulatan buah dadanya bagian bawah, kuremas induk payudara Nona Vania yang membuntal padat, semakin lama Nona Vania semakin gelisah ketika batang penisku bergerak dengan lembut dan teratur. Kupeluk tubuhnya erat-erat ketika ia menggigil mencapai puncak klimaks.

“Creettttt…. Crettttt….. Crrrrrrrrrrrrrr……. “

Sambil menarik pergelangan tangannya, aku duduk diatas sebuah kursi, kunaikkan vaginanya ke atas penisku kemudian tanganku menekan pinggulnya ke bawah. Vaniaku yang cantik mendesah panjang ketika penisku kembali membongkar belahan vaginanya, aku merayunya agar mau bermain di atas penisku. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya merona merah ketika aku membisikkan kata-kata mesum di telinganya, aku tersenyum, aku mengerti ia masih malu untuk bermain di atas penisku.

Kedua tanganku menekan-nekan bokongnya agar vaginanya mendesak-desak selangkanganku, sambil menekan-nekan bokongnya dengan santai aku merojokkan batang penisku ke atas, rintihan-rintihan merdu kembali terdengar dari bibir Vania, masuk-keluar, masuk-keluar, begitulah gerakan-gerakan batang penisku yang membelah vaginanya.

“AHHHHHHHHH…..!! Crrrrr CRRRRRR……… “

“KECROTTTT…..!! KECROTTTTTTT…” batang penisku menyemburkan cairan panas demikian juga vagina Nona Vania, aku bersandar ke belakang, duduk mengangkang, kupeluk tubuhnya yang terengah-engah dalam kenikmatan, tubuhku dan tubuhnya basah kuyup bersimbah keringat yang mengucur dengan deras.

“TINGGGG……!! ” pintu lift terbuka lebar, aku melangkah mendampingi Nona Vania, suasana kantor sudah sepi, Vania yang cantik menengokkan wajahnya ketika mendengar suara seorang pria memanggil namanya,

“Vania….., Maafkan aku ya sayangggg” pria berwajah tampan itu merayu Vaniaku yang cantik jelita, Vania tertunduk sambil menggelengkan kepalanya….

Selingkuh ??

T’rus menyesal ??

mau minta maaf ??

HA HA HA TERLAMBAT….!!!!!

Pacarmu yang cantik baru saja kujebol, kusodomi dan kurampas keperawanannya dengan paksa. Aku tertawa ngakak dalam hati, kini akulah kekasih Nona Vania yang cantik. Aku menatap wajah anak orang kaya yang sok hebat itu, ia melangkah dengan gontai ketika Nona Vania yang cantik jelita menolak permintaan maafnya, mata Vania memandangi punggung si anak orang kaya yang menjauh dan menghilang, kemudian ia tertunduk lesu. Aku yakin kalau saja aku belum menancapkan tombak kenikmatanku di selangkangannya, tentulah Nona Vania akan menerima permohonan maaf si anak kaya itu. Aku menghampiri Nona Vania, aku bersanding di sisinya, di saat berdiri tinggi tubuh Vaniaku hanya sebatas dadaku, kubelai kepalanya bagian belakang, ia menatapku sebentar kemudian kembali tertunduk ketika aku dengan mesum tersenyum sambil meremas buah pantatnya.

HEE HE HE, Ujang tea Atuh….!

OB PALING TANGKAS DAN CEKATAN….!

Selalu siap menjadi PEJANTAN

===================================================

Di pagi hari yang cerah ini, aku bersiul-siul dengan gembira, kugiring dan kuparkirkan kendaraan mewahku, motor bebek dukun berwarna merah keluaran berpuluh-puluh tahun yang silam. Di depan kaca spion, kurapikan rambutku dan kusisir dengan rapi, Ck Ckk. Ckkk, betapa tampannya aku ini, bibirku yang tebal selalu menebarkan senyuman yang ramah, mataku yang bulat besar begitu indah mempesona, apalagi jika Aku menatap bokong para gadis cantik yang berseliweran di hadapanku. Ahhhh…ssshhh oohhh….my office, my playground, my PALACE!! Sebuah senyuman mengembang di bibir seksiku, gimana rasanya jika aku menjadi atasan disini, pasti asik…

“SELMYYY….kesini kamu!!“ aku berteriak memanggil seorang pegawai tua yang tergopoh-gopoh menghampiriku, ia menunduk ketakutan menatap lantai, kupandangi sosok kurus itu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, ckk ckkk.. ckkkk…, begitu kotor, dekil, tak terawat.

“KAMU TUH BEGO YA?? Muka saya ini ada di sini, bukan di bawah kaki kamu, liat ke sini…! Coba kamu jawab yang benar, dimana muka saya??“ kubentak pegawai tuaku yang tidak berguna itu.

“Di pantat Pakkkkk….. !!!“ Selmy menatapku, ia menjawabku dengan mimik wajahnya yang meyakinkan.

“HAHHH………??? “ Aku tersentak panik ketika mendengar jawaban SELMY pegawai tuaku, dengan reflek tanganku meraba-raba pantatku yang sekal, tiba-tiba…

“BLETAKKKK ! HEU….DUHHHHHH……… Ehh Ibuu…??!! “ kepalaku terdorong keras ke belakang ketika sebuah getokan keras yang berasal dari sebuah payung mampir di jidatku. Aku gelagapan ketika khayalan tiba-tiba saja berubah menjadi kenyataan, di hadapanku berdiri sesosok tubuh kurus dengan wajahnya yang keriput, matanya mendelik tidak kalah besar dengan mataku yang membeliak karena terkejut, sementara tangan kirinya memegangi sebuah payung berwarna biru muda yang sebelumnya dipakai untuk mengembalikan kesadaranku, dengan suara kerasnya. (BLETAKKKKK!!!)

“Kamu nggak denger saya teriak-teriak dari tadi HAHHH….!! Dipanggil-panggil MALAH CENGENGESAN NGGAK PUGUH!!“

Aku terbata-bata ketika seorang wanita tua keriput menimpukiku dengan suaranya yang melengking-lengking, nafas Bu Selmy ngos-ngosan karena nafsu amarah yang memuncak sampai keubun-ubun.

“Panggil Shasha sama Vania, suruh mereka keruangan saya, CEPATT…!! nggak pake lama….!! ”

“Saaa….saya Buuu?? (waduhhhh, apakah aku bakal di foursome bareng sama bu Selmy ?? NGEHEKKKK…!!NOOOO….!!)“ Mata-ku membesar indah, aku yang rajin dan teliti mencoba memastikan perintah bu Selmy, telingaku kembali terasa sakit ketika mendengar suaranya yang melengking tinggi.

“YA IYA-LAH KAMUU….!! EMANGNYA SAYA YANG NAMANYA UJANGG…!!?? BLAMMMMM!!!!” Bu Selmy membanting pintu mobilnya kemudian dengan sigap si penyihir tua memarkir mobil mewahnya. DIITTTT…. Diiiiittttt!! suara klakson mobil Bu Selmy membuatku setengah berlari, aku segera melaksanakan perintahnya menjemput Nona Shasha yang cantik.

“Tokkk.. Tokkkk… “

“Yaa, Masukkk….” terdengar suara merdu Non Shasha, aku segera menerobos masuk, kututup pintu di belakangku, aku menatap wajahnya yang cantik, tubuh mulusnya tampak begitu seksi, aku lupa diri menyaksikan keindahan sepasang paha mulusnya. Kuraih tubuh mulus Non Shasha yang kelabakan menahan nafsu birahiku, kulumat dan kukecupi bibirnya yang mungil, kuemut dan terus kuemut hingga tubuh mulusnya. Ia gemetar menahan nafsu birahi yang mulai membakarnya, Nona Shasha menarik bibirnya untuk mengambil nafas, wajahnya merona merah ketika aku menatap wajahnya, untuk sesaat kami hanya berdiri berpelukan, saling memandang satu sama lain.

Kukecup lembut bibirnya kemudian kudorong tubuh mulusnya duduk di pinggiran meja, kedua pahanya yang mulus mengangkang ketika kurogohkan tanganku masuk kedalam rok mininya, aku tersenyum karena Non Shasha mulai menuruti permintaanku, hari ini ia mulai tidak mengenakan celana dalamnya, kucelupkan jari telunjukku hingga amblas terbenam, digigit belahan vaginanya. Kutusuki belahan sempit di selangkangannya hingga ia menggeliat keenakan, tengah asik-asiknya aku mengeluar-masukkan jariku tiba-tiba aku mengingat perintah Bu Selmy….

“Non Ehmmmm…itu Nonnnnnn…, Euuuuuuu, tadi Bu Selmy manggil Non Shasha sama Non Vania” aku berbisik di dekat telinganya tanpa menghentikan gerakan jariku yang semakin aktif menusuk-nusuk belahan vaginanya.

“Ahhh Ahhhh.. Ahhhh… Hahhhh…?? !! Aduh ujang….!!, Kenapa nggak bilang dari tadi, minggir ah..!! Duhhhh KAMU…!!” Non Shasha yang tengah sibuk menikmati gerakan-gerakan jari telunjukku tiba-tiba tersentak kaget, suara-suara ah dan ah-nya mendadak lenyap, dengan gemas dijewernya kupingku hingga aku mengaduh kesakitan, ditepiskannya tanganku hingga jariku terpelanting dari jepitan bibir vaginanya.

Nona Shasha segera merapikan roknya. Setelah menyambar sebuah map di atas meja, ia meninggalkanku yang masih horny menatap punggungnya yang menjauh, cegluk, cegluk, berkali-kali aku menelan ludahku, kuusap-usap kupingku yang terasa sakit, biar sakit namun hatiku terasa begitu gembira., seperti orang yang sedang jatuh cinta, I love U Non Shasha. Cintaku, sarung penisku.

“Hnnnhhhhhhhhhhhhhhhh…“ Aku menghela nafas panjang-panjang untuk meredakan nafsu birahiku, dengan langkah gontai aku mengekori langkah Non Shasha

Aku menolehkan wajahku ketika mendengar suara langkah-langkah kecil yang terburu-buru. Ahhhh, Vaniaku berlari-lari kecil , pikiran kotorku tiba-tiba meledak dengan keras. Hmmmm, apakah Vaniaku yang cantik juga tidak mengenakan celana dalam sesuai dengan permintaankuku??

Aku membalikkan tubuhku kemudian berbelok ke arah dapur, Lohhhh, ngapain si Sarif bengong di sisi tangga.

“Riiffff, Sariffff….,WOOOIIIII “ Aku berteriak keras untuk menyadarkannya

“HEUUUUUH….!! GELO SIAHHH!!“ Sarif tersentak kemudian mengumpat kesal.

“Lu kenapa Rifffff ?? “ Aku bertanya padanya.

“Jangggg, Sini…tadi gua ngeliat itunya Non Vania, pas dia turun tangga, nggak sengaja gua nengok ke atas, gua ngeliat MEMEKNYA…, gila Jangg, Gua sampe shock!!“ Sarif menarikku, kemudian berbisik di telinggaku.

“Ssssttt…jangan bilang siapa-siapa Rifff, bahaya tau!!“ aku berusaha melindungi kehormatan Non Vania.

“Hahh ?? napa gitu ?? “

“Bisa dipecat lu nanti, disangkanya lu udah berani kurang ajar , bertingkah mesum…..! melakukan pelecehan seksual…tidak senonoh!“

“Oooooooo, Ehhh lu jangan bilang siapa-siapa ya Jang” bibir Sarif membentuk huruf O, kemudian ia berbisik dengan cemas

“Iya Riff, tapi traktir gue makan siang ya“

“Iya.., iya…., tapi awas lu…!! jaga bacot lu yang rada bawel itu.”

“Beres Rifff, tenang aja, rahasia lu aman bersama UJANG…, he he he.” Aku memberikan janjiku sambil menepuk dada..

*************************

Hari Jumat, jam 19.01

Aku menghampiri mobil Honda Jazz berwarna silver metalik yang menjemputku di depan rumah kostku dan masuk ke dalamnya. Aku duduk mengangkang di bangku belakang, permukaan celanaku menggembung, membengkak tanpa dapat kukendalikan. Nona Shasha menyetir di belakang kemudi sedangkan Nona Vania duduk di sebelahku, ekor mata Vania sering melirik ke arah selangkanganku, aku membuka resleting celanaku kemudian menarik batang penisku keluar, kuraih tubuh mungil Vania dan kupangku di pangkuanku.

“Ihhhh., Ujangg norakk…!! ntar ada yang liat……., Ujangg”

“Ahhh kalemmm aja Nonn, sepi iniiii.”

“UJANGGG…ada pengamenn….!! Ada anak kecil!” Nona Vania tampak khawatir ketika aku memamerkan batang penisku, seorang pengamen cilik mendekati mobil kami, dengan liar kucumbui batang leher Non Vania hingga ia merintih lirih.

“Hahhh??“ pengamen cilik itu terkejut setengah mati menyaksikan-ku yang tengah memangku Nona Vania, tanganku masuk ke dalam rok mininya, cup.., cupphhh, ciumanku mendarat di leher, rahang dan pipinya, kemudian kulumat bibir mungilnya dengan bernafsu.

“Ehhhhh….,Emmm.., jangan bilang siapa-siapa ya…^_^ ” Non Shasha tersenyum ramah sambil memberikan uang 10 ribuan, pengamen cilik itu terus menengok ke belakang, sebentar menatap Nona Shasha yang tersenyum ramah, kemudian kembali menengok lagi ke belakang.

“UJANGGG…!! Idihhhh….Euuuufffhhhh“ Nona Vania meronta dari pangkuanku ketika aku hendak berbuat lebih jauh, aku membiarkannya meloloskan diri, bukan karena aku rela melepaskan tubuh mungilnya yang mulus namun karena mobil yang kami tumpangi mulai memasuki kawasan yang agak ramai, jalanan mulai kembali sepi ketika mobil kami memasuki sebuah jalan kecil, agak berlumpur di daerah pedesaan.

Sasha
Sasha
“Di mana ini Nonnn ?? “ sambil menengok kesana kemari aku bertanya pada Non Shasha.

“Rumah ini baru disita sama bu Selmy karena pemiliknya nggak bisa bayar hutang.. “ Nona Vania menjelaskan secara singkat sambil keluar dari dalam mobil.

“Yaaaa…, sebenarnya sich kami takut….waktu bu Selmy meminta kami untuk memeriksa rumah ini…, karena…itu kami ngajak kamu…Jang” Nona Shasha menjelaskan dengan singkat, aku buru – buru membuka pintu mobil. Setelah berada di luar kurenggangkang tubuhku kesana kemari untuk mengusir rasa pegal yang menyiksa selama perjalanan, hemm, suasana yang masih asri, masih banyak pohon-pohon besar ditepi jalan setapak menuju rumah tua itu…

“Ujanggg.., Emmmm, kamu duluan gihhh….” Nona Vania dan Non Shasha mendorong punggungku,

“Lohhhh… kenapa ?? Ehhhh… Uhhh…“Entah kenapa Aku tiba-tiba bergidik ngeri, mataku menelusuri jalan setapak menuju rumah tua besar yang menyeramkan, berkali-kali kepalaku menengok ke kanan dan kiri, gelap, seram, duh, batang penisku sampai berkedut karena ketakutan,akhirnya aku sampai juga di depan pintu rumah itu itu dengan tangan kanan kudorong pintu rumah tua itu, sementara tangan kiriku memegangi emergency lamp yang diberikan oleh Nona Shasha.

“Krekeeettttt…..!!! “Bunyi pintu tua itu serasa menyayat telinggaku,

“Hiiii… Hiiii hiiii Hiiii Hiiiii….!! “

“ANJRITTT……!!“ aku berteriak keras, jantungku melompat keluar mendengar suara cekikikan yang mengerikan, tepat disebelah batang kemaluanku, sementara “Ujang junior” terjengkang tak sadarkan diri..

“Awwwww!!“ Nona Shasha dan Nona Vaniapun menjerit dan melompat sangking kagetnya. Dengan terburu-buru tangan kananku merogoh Hpku yang mendadak berbunyi dengan nada dering alarm yang membuat bulu kuduk kami merinding.

“UJANGGG…ngapain sihh pake nada kaya gitu!!“ Nona Vania mencubit punggungku dengan gemas.

“Iya nihhhhhh…bikin kaget aja!!!” satu cubitan keras Non Shasha ikut mendarat di punggungku.

“BEUUUUU……!! Bukan non Shasha sama Non Vania aja yang kaget..!! Saya juga kagettt!!” aku buru-buru mematikan suara Hp-ku yang membuat kami bertiga hampir lari terbirit-birit ketakutan, sementara suara angin yang berlari di antara pepohonan membuat suasana hatiku semakin tidak menentu, akhirnya kami bertiga memberanikan diri masuk ke dalam rumah tua itu (jangannnn dorong-doronggg Nonnn, aku juga tatut nehhhh, aku berteriak didalam hati), sebuah rumah tua di tengah kawasan perkebunan yang jauh dari keramaian, dengan korek api kunyalakan lampu cempor yang tergantung disudut ruangan.

“WAhhhh…Nonnnn, koq kaya di warung remang-remang yahh suasananya, he he he he he…” Aku terkekeh sambil mematikan emergency lamp di tangan kiriku. Nona Vania dan Nona Shasha duduk saling bersebelahan di sebuah kursi sofa tua panjang.

“kamu sering ya Jangg, ke tempat seperti itu ?? “ Nona Vania menatapku dengan tatapan mata curiga.

“Enggakkkk, kan ada Non Vania sama Non Shasha yang lebih cantik dan bohay…., ngapain saya ke tempat seperti itu ??”

“Dasarrr… , nggak usah ngerayu gitu dehhh, nggaku ajaa…, kamu sering kan ke tempat seperti itu??” Nona Shasha ikut mendesakku sambil menatapku dengan tatapan nakalnya.

Vania
Vania
“Enggak Nonnn, Suerrrr….. “ Aku mengacungkan kedua tanganku keatas membentuk huruf V dan DHUARRRRR…..!!!, GLEKKK, CEGLUK!! aku segera menarik tanganku turun ketika tiba-tiba terdengar bunyi geledek yang memekakkan telinga (bibirku berkata tidak, tetapi hatiku menggakui segalanya). Suara angin bergemuruh, berlari kencang diantara pohon-pohon besar yang tumbuh dengan subur di sekeliling rumah tua itu.

“WAhhhh…sepertinya bakal turun hujan deras ya??“ Nona Shasha bangkit dan melangkah ke dekat jendela, tangan mungilnya mendorong daun jendela hingga terbuka merekah ke samping, ia hanya mendesah pelan ketika aku memeluk tubuh seksinya dari belakang, satu persatu pakaian Nona Shasha mulai berjatuhan ke lantai hingga tubuh seksinya telanjang bulat tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya, kuremas induk payudaranya dengan gemas, hingga ia mengaduh kesakitan.

“Ahhh… Ujangg pelan-pelan dong…..mmmhhh..mmmmnnn “ bibirnya yang mungil agak manyun, aku hanya terkekeh sambil menggerayangi dua gundukan bukit susunya yang semakin mengenyal, kusumpal bibirnya dengan bibirku untuk meredakan keluh kesahnya. Kupeluk dan kubelit tubuh mulusnya dengan erat, kudorong hingga ia duduk di tepian jendela, kedua kakinya yang halus mulus mengangkang lebar, seolah-olah memperlihatkan keelokan wilayah intimnya kepadaku yang sedang melotot sambil berlutut di antara kedua kakinya yang terbuka lebar.

“WAHHH….Nonnn…segerrrrrr…mulussss, hehehe“ kedua tanganku merayapi permukaan pahanya yang halus mulus, sementara kepalaku mulai terbenam di selangkangannya.

“aaaaaaaaa…. Ahhhhhh, aaaaaaaaaahhsss!!“ nafas Nona Shasha tersendat-sendat ketika aku mulai menarikan batang lidahku menggelitiki bibir vaginanya yang merekah, aroma harumnya yang semerbak membuatku semakin bergairah.

“Slllccckkkk…,, Ckkkkkk.. Ckkkk Cpphhhh… Sllllccckkkkk” dengan tekun lidahku berkali-kali mengoreki belahan vaginanya yang mulai basah dilelehi cairan kewanitaannya yang gurih dan lezat.

“uhhhh. ?!.. awwhhhhsss…. aaahhhh“ Nona Shasha semakin resah gelisah ketika ujung lidahku menusuki clitorisnya, kukaiti daging mungil itu hingga pemiliknya tersentak sambil mendesah dan merintih keenakan, kuciumi belahan vaginanya dengan rakus sebelum kuemut kuat-kuat bibirnya

“Aduhhh, jangannn… Nonnn saya maluu!!“ aku pura-pura malu ketika Non Shasha dan Non Vania melepaskan pakaianku, mereka hanya tertawa kecil ketika aku pura – pura ketakutan.

“Ihh, Ujang, jangan begitu ah.., sebell!!”

“Iya… Pura-pura nehhh, padahal aslinya nggak kaya gini…, buas dalam bercinta he he he he….”

“WAHHHH…belajar dari mana Nonn?? koqq jadi pada jago nyepong sihh?“ aku memuji ketangkasan lidah dan mulut mereka yang mempermainkan batang kemaluanku.

Kusodorkan batang penisku ke depan masuk kedalam rongga mulut Nona Shasha yang ternganga, HAPPPPPP….., mulutnya mencaplok kepala penisku, kedua pipinya tampak kempot ketika mengemut-ngemut kepala penisku, kutarik bahunya agar ia berdiri, kurendahkan batang penisku dan kutempelkan kepala penisku hingga menggesek belahan vaginanya, desahanku dan rintihan lirih Nona Shasha saling bersahutan ketika gesekan demi gesekan yang nikmat itu membuat kami semakin terlena jauh kealam birahi yang penuh dengan kenikmatan.

“aaaaaaaaaaaa…. Ahhhhhhhh…. Bllllsshhhh“ kukait belahan vaginanya dengan batang penisku, dengan sedikit paksaan melesatlah penisku mengarungi lorong sempitnya yang terasa hangat dan nikmat,

Lubang vagina Nona Shasha berdenyut – denyut, mengenyot dan memijati batang kemaluanku yang sedang asik berendam semakin dalam menusuk liang vaginanya yang peret. Dengan terengah Nona Shasha menengadahkan wajahnya menatap wajahku, kupandangi wajahnya yang cantik dan sensual, matanya tampak sayu, keringat-keringat lembut mulai membasuh tubuh mulusnya yang mengkilap indah dibawah pancaran sinar lampu cempor.

“Ujanggggggghhhhhh…, enakkkkk…. Ohhhhhhhhh!!“ Nona Shasha menggeliat resah ketika aku mulai mengayunkan batang kemaluanku, merojok-rojok belahan nikmat di selangkangannya, sesekali penis besarku tertekuk ke kiri dan kanan sangking sempitnya belahan vaginanya yang sedang kusodok-sodok dengan penuh nafsu binatang yang semakin membara di dadaku, kedua tanganku mencapit pinggangnya yang ramping, tubuh mungilnya tampak kewalahan ketika aku semakin mempercepat irama sodokanku, sesekali tubuhnya bergetar hebat menahan rasa nikmat yang mendera vaginanya dan menyengat tubuh mungilnya yang putih mulus.

“Awwwwwwwww…. Crrrtttt… rrrtttt… Crrrrrr” tiba-tiba saja tubuh mungil Non Shasha mengejang selama beberapa saat kemudian terkulai lemah sambil bersandar pada tubuhku, kupeluk erat-erat tubuhnya, ia baru saja dihajar rasa nikmat yang begitu kejam memeras tenaga dan keringatnya yang mengucur dengan deras.

“Ujanggg…, jangan disitu.., aku nggak suka….” Nona Shasha protes ketika aku membalikkan tubuhnya dan berusaha mengait liang anusnya yang mengkerut ketakutan. Aku sama sekali tidak menghiraukan keluh kesahnya, dengan paksa aku membongkar lubang duburnya.

“Auhhhhhh… Ngggghghhh…!! Pelannnhh.. Ohhhhh Pelannnnhhhh” tubuhnya terperanjat ketika dengan kasar kepala penisku menyusup masuk ke dalam jepitan lubang anusnya, ia kembali memekik keras ketika aku menghentakkan batang penisku,

Aku tersenyum merasakan batang besar panjang di selangkanganku tertancap kokoh di jepitan anus Non Shasha. Kutarik pinggulnya sambil menyodok-nyodokkan penisku menyodomi liang anusnya yang mungil, aku semakin bersemangat menyodomi Non Shasha ketika mendengar suara desahan nafasnya yang tersendat disertai rengekan-rengekan kecilnya yang terdengar semakin menggairahkan.

“Vaa.. Vaniaaa..?? Ohhhhhh…mmhhh, Vania, jangan ahh, aduhh mmmhh… Vania sadarrr..Ohhhh Mmmmhh Mhhhhh“ Shasha tampak gugup ketika Vania memeluk tubuhnya sambil menggerayangi bulatan susunya, bibir Vania melumat dan mengulum bibirnya. Untuk beberapa saat Shasha berusaha menolak perlakuan Vania, namun nikmatnya perlakuan Vania malah membuatnya seperti kehilangan kendali, ia memeluk tubuh Vania dan membalas melumat bibir mungil Vania, kuikuti tubuh Shasha yang merosot turun hingga meringkuk menungging diatas lantai kayu, kutarik kedua tangannya kebelakang, tubuhnya tersentak-sentak dengan kencang mengikuti irama sodokan-sodokan batang penisku yang semakin cepat dan kuat.

“PLOKKK.. PLOKKK PLOKKKKK…..” terdengar suara persetubuhan yang semakin memanas ketika aku menunggangi tubuh mungil Nona Shasha dengan liar dan kasar, erangan dan rintihan kecilnya terdengar begitu merdu menggairahkan ditelinggaku. Kutusuk dan terus kutusukkan batang penisku menyodomi liang anusnya yang sempit dan kering.

“Ahhhh… aaaaaa… Aooowwwwwww!!“ Nona Shasha melolong keras ketika aku menjejalkan seluruh batang kemaluanku ke dalam liang anusnya yang mulai memar kemerahan akibat dihajar olehku.

“Ehmmm, Ujang…pelan-pelan dong, Oww…gggggakkkkkhhhaa….jangan kasar gitu auhhhh“ Nona Shasha mencoba merayuku di tengah suara nafasnya yang tersendat-sendat, aku terus menyodok-nyodokkan batang penisku merojoki liang anusnya tanpa pernah menghentikan gerakanku sedetikpun. Semakin keras ia mengeluh, semakin kuat pula kuhentakkan batang penisku menyodominya, sementara jariku terus mengucek-ngucek klitorisnya, Non Shasha hanya dapat meringis pasrah menghadapi serangan brutalku yang sedang menyodomi liang anusnya.

“Awwww. Krrrttttt…….kkkkrrrtttttt… “kuku Nona Shasha mencakar-cakar lantai kayu itu, punggungnya berkali melengkung terangkat ke atas, tubuh mulusnya gemetar dengan hebat, ia seperti sedang menahan sesuatu yang akan meledak dengan nikmat di dalam vaginanya, terdengar suara erangan kerasnya yang menggairahkan, di sela-sela desah nafasnya yang tersendat-sendat.

Cuurrrrttttttt crrrutttttt…….., tubuh Nona Shasha mengejang ketika aku membenamkan batang penisku dalam-dalam, telapak tanganku segera membuka ke atas menampung cairan vaginanya yang meleleh, kusekakan cairan vaginanya merata pada buah pantat Nona Shasha yang bulat padat, aroma cairan vagina non Shasha tercium yang kuat di udara membuatku semakin terlena menusuki liang anusnya yang tersungkur-sungkur mengikuti irama sodokan-sodokan kuatku, PLAKK..!! PLAKKK…!! PLAKKK…..!! buah pantat Non Shasha yang bulat padat terguncang dihantam oleh selangkanganku.

“Plophhhhh” terdengar suara letupan keras ketika aku mencabut penisku dari jepitan anus Non Shasha kemudian kupukuli buah pantatnya seperti sedang bermain drum. Non Shasha menarik pinggulnya ketika jari telunjukku menyentuh lingkaran otot anusnya yang memar merekah, kutundukkan kepalaku dan kuciumi dubur Non Shasha yang sudah teruji kelayakannya dalam memberikan kenikmatan, liang anus yang mungil sempit.

“UJANG!“ aku menolehkan kepalaku ke arah suara Non Vania yang mendesah memanggilku, ia duduk bersandar santai mengangkang di atas kursi sofa tua itu, kemolekan selangkangan Non Vania seakan menghipnotisku yang merangkak mengejar wilayah intimnya.

“ahhhhhh…., UJANGhhhhhhhnn!!” kedua tangan Non Vania mendekap dan membelai kepalaku yang terbenam di selangkangannya, kuhirup aroma vaginanya yang segar, kujulurkan lidahku mengulas-ngulas belahan vaginanya yang berwarna pink.

“Eummm, slllccckkk.. ckkk mmm ckkk, itu Nonn,umm siapa nama pegawai baru, yang bule itu nyammmm.. mmmmm.. yang baru lulus kuliah itu lohhh…muahhh” sambil menikmati hidangan vagina Non Vania aku mencoba mengumpulkan informasi “daging segar impor”..

“Hati-hati JANG, ituuu…, ohhhh…., bias habis nanti kaa..mhuuhh hhhsss, dia ahli bela dir” Non Vania berusaha mengingatkanku.

“Wahhh,kalau soal bela diri saya juga hebat loh Nonn…., pokoknya Ujang mah nggak ada lawannya dehhhhh, He he he duhhhh memek!” kuemut bibir vagina nona Vania dan kugigit kecil hingga ia terperanjat dan menjewer kupingku, aku bangkit berdiri sambil menyodorkan permen loli besar di selangkanganku.

“he he he.., ihhh Ujangggggg….. “

Non Vania menggeser posisinya diraihnya batang penisku, jemari tangannya yang lentik mengelus-ngelus buah terong besar panjang yang menghiasai selangkanganku kemudian cuppp.. cupppp.. cupppp.., berkali-kali ciumannya mendarat di kantung pelir, batang dan dikepala penisku, lidahnya yang basah dan hangat menari-nari melingkari permen loli kesukaannya, dihisap dan diemutnya kuat-kuat kepala penisku hingga bibirku yang tebal termanyun-manyun keenakan, bola mataku mendelik ketika Non Shasha ikut mengeroyok batang penisku, kedua tanganku membelai kepala dua orang gadis Chinese bertubuh mungil putih mulus tengah asik menservice batang kontolku. Nona Vania mengangkangkan sepasang paha mulusnya kesamping, kutatap dalam-dalam matanya yang sayu, sepasang mata yang haus akan kenikmatan, sepasang mata sipit yang mengharapkan kenikmatan dariku. Kuletakkan kepala penisku pada belahan vaginanyakemudian kucokel-cokel belahan vaginanya dengan kepala penisku, slopp…slopppp….slllloooppphh…

“Ujanggg.., jangan digituin ah….aaaa”

“Abis digimanain dong Non??“

“Ya, dimasukin dong ahh, pake nanya lagi he he he” Nona Vania mencubit lenganku yang sedang menggerayangi payudaranya.

“bener nihhh pengen dimasukin??“aku menggodanya

“He eh” ia menjawab sambil mengangguk kecil, Vaniaku yang cantik tersenyum manis menatapku.

“Yaa udahhh kalau Non Vania maksa, saya cuma bisa menuruti keinginan Non Vania…tahan dikit nonnnn, titit saya juga pengen masuk ke dalam liang memek Non Vania yang peret… he he he….”

“Nnnngggghhhhh…Nnnnnnhhh…ooohhhhhhh!!” berkali-kali tubuh mungil Vaniaku yang cantik menggelinjang dan menggigil hebat menahan desakan kepala penisku yang berusaha merojok vaginanya, mata sipitnya terpejam rapat-rapat, keningnya mengkerut membentuk angka “11”, sedangkan mulutnya membentuk angka O besar disertai desahan panjangnya yang terhembus keluar ketika batang penisku menerobos membelah belahan liang vaginanya yang mungil, nafasnya terengah-engah seperti sedang berlari dipacu oleh nafsu birahi yang menggelora, butiran keringat mulai mengucur dengan deras di lehernya.

“Uhhhhhh…. Hsssshhhhh… ujaann..nnnggghhhh “ tubuh mungil Vagina menggeliat resah ketika batang penisku tertancap dengan semakin sempurna di jepitan vaginanya.

“Gimana Nonnnn? nggak sakitkan?? rasanya cuma seperti digigit semut aja koqqq” kedua tanganku mencapit pinggangnya.

“semutnya.., ehhh semuttt ahhhhhhhhh“ Nona Vania gelagapan ketika aku mulai mengayunkan batang penisku dengan gerakan yang liar dan brutal, sementara Nona Shasha memeluk tubuhku dari belakang, sebuah bisikan-bisikan mesum dibisikkannya ketelinggaku.

“Terus ujang, terussss, ewe Vania, iya betul, entot terus Jangg sampai kamu puas, gimana rasanya jangggg, enak ya rasa memek Amoy… hmmmmmm? ohhh UJANGGG… kamu kuat bangeeetttt..sichhhh cupp cuppp…, cupph” Nona Shasha menciumi pundakku, aku semakin liar mengayunkan batang penisku ketika mendengarkan desahan-desahan mesum Nona Shasha.

“Ahhhh… Aaaaaaaaaa…sebentarrrrhhh ahhhh Ujjnnanggghhhh” Nona Vania kewalahan menerima sodokan-sodokan liarku, bibirnya menceracau tidak karuan, aku bertambah nafsu merojoki vaginanya ketika mendengar rengekan-rengekan kecilnya, kupompa hingga ia terguncang hebat dan mengejang, Crrruuuu… crrrrrrrrrrttttt…penisku disiram oleh cairan vaginanya yang terasa panas nikmat, kuaduki vaginanya perlahan-lahan, kuusap keringat yang mengucur deras didahinya, kutundukkan wajahku merapat kewajahnya, bibirku mengecupi bibir mungilnya yang termegap – megap berusaha mengambil nafas-nafas panjang.

Kubalikkan tubuhnya menungging, kutekankan punggungnya hingga susunya tertekan di bangku sofa, kutarik bokongnya ke atas, kutekan buah pantatnya bagaikan seorang pedagang yang tengah membelah buah duren, kutempelkan kepala penisku di pintu kenikmatan anal sex, terdengar lenguhan panjang ketka perlahan-lahan kepala penisku mulai terbenam kedalam anus Nona Vania.

“Unnnhhhhh…Ujangggggg… aaaaaaaaaaa!!“ Nona Vania mendorongkan tangan kirinya kebelakang, berusaha menahan gerakan penisku, kutarik kedua tangannya ke belakang sambil menghentakkan batang penisku dengan sekuat-kuatnya.

“aaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrhhhhhhhhh…………………. “ gejolak nafsuku semakin meledak-ledak ketika punggung Nona Vania melengkung ke atas disertai suara erangan kerasnya yang merdu, jantungku serasa berhenti berdetak ketika penisku melesat menyodomi duburnya.

“ahhhhh haaaahhhhkkkk…owwwww…owwwww…..awww…aaakkk” kutunggangi anus Vania dengan penisku, kenikmatan itu seperti asik memeras keringat ditubuhku dan tubuhnya yang semakin basah kuyup oleh butiran keringat yang mengucur deras, mengguyur tubuhku dan tubuh mulusnya yang terayun dan tersentak disodomi oleh batang penisku.

“he he he., gimana non.., asik nggak ?? “ aku bertanya sambil menggenjot-genjotkan batang penisku merojok liang anus Vania, hanya erangannyalah yang kudengar, ia terlalu sibuk menahan serangan liarku.

“ahhhhhhhh… aaaaaaaaaaa….Crrrrrrrr….” kujambak dan kutarik rambut Non Vania ke belakang sambil menyentakkan penisku dalam-dalam, kujilati belakang telinganya yang tengah menggigil mencapai puncak klimaks, sementara batang penisku tetap terayun dengan kuat.

“DHUARRRr….!! EHAKKK CROOTTT.. KECROOTTTT…..” Suara geledek yang sangat keras membuat-ku kehilangan kendali, mataku mendelik ketika kepala penisku “mengucapkan sumpah serapah” disertai muncratnya spermaku menyiram liang anusnya, nafasku bersahutan dengan nafasnya.

“Sialan….bikin kaget aja! Tolong Non“ Aku menyodorkan batang penisku yang sempat kaget dan pingsan kehadapan Nona Shasha, ia tertawa sambil menarik batang penisku.

“He hehe. duhhh kaciannnn…kaget yaaaaa??“ dengan penuh kasih sayang Nona Shasha membelai-belai batang penisku, dielus, dijilat dan dibelainya hingga penisku kembali berdiri dengan tegak perkasa, cuphh, satu kecupan kecilnya mampir di kepala penisku, lidahnya membelit melingkari kepala kemaluanku, mulutnya terbuka lebar menganga kemudian mencaplok kontolku, kubiarkan Nona Shasha bermain dengan batang kemaluanku yang semakin mengeras.

“Ujanggggg…aku di atas ya??“ Nona Shasha meminta agar aku terlentang di atas lantai kayu.

“Hemmmm?? Tapiii harus yang liar ya Nonnnnn!!“ aku bernegosiasi dengannnya.

“yeeee…, pake nawa segala, emangnya dipasar ?? “ Nona Shasha merangkak menaiki tubuhku yang tinggi besar seksi hitam legam, sungguh cocok jika aku yang “ganteng” ini bersanding dengan Nona Shasha yang cantik bertubuh mungil putih dan mulus, kedua tanganku mendekap pinggulnya, aku tersenyum ketika ia menarik penisku, kemudian diletakkannya kepala penisku di tengah-tengah rekahan bibir vaginanya, ada rasa geli yang menggelitik ketika kepala penisku mengulas belahan vaginanya, plesetttt…kepala penisku terpeleset ketika ia berusaha memasukkan batang penisku.

“Mau dibantuin Nonnn ??”

“Nggak…nggakkk usahhh….hampir masukkk…emmmmhh!” mata sipit Non Shasha membeliak lebar ketika aku menyentakkan batang penisku ke atas, tubuh mungilnya menggeliat indah, kedua tangannya bertumpu di dadaku, nafasnya tersendat-sendat ketika kedua tanganku menarik pinggulnya untuk turun dan duduk di kursi kenikmatan di selangkanganku. Aku menatap wajahnya yang merona merah, untuk beberapa saat kami berdua hanya diam saling berpandangan, tanganku mengusap-ngusap pinggangnya yang ramping.

“Ayoo Nonnn…tolong perkosa saya…he he he”

“begini ya janggg…cara merkosa kamu ?? hemmm“ Nona Shasha tertawa kecil sambil menekan kedua bahuku, kemudian ia mulai menaik turunkan pinggulnya.

“Lebihh cepat Nonnnn!!”

“Ini juga udah cepat janggg….mmmhhh Hssshhhh…aaaahhhhh.. crrrr crrrtttttt” belum begitu lama Nona Shasha menaik-turunkan pinggulnya tiba-tiba ia menjerit kecil, Shashaku yang seksi mencapai klimaks, aku mendekap tubuh mungilnya yang terkulai lemas, kupeluk erat tubuh mungilnya yang mulus, basah dan hangat.

“waduhhhh, padahal memek Non Shasha baru turun naek sebentar, masa udah meledak lagi he he he” aku mengusap punggungnya yang berkeringat.

“Titit kamu kegedean sich Janggg…enakkk” Nona Shasha menggakui kekalahannya, telapak tangannya membelai pipiku dengan lembut, kuraih tangannya yang sedang mengelus pipiku kemudian kekecup tangannya dengan mesra, kedua tanganku merayap semakin turun, kutekan-tekan bokongnya sambil menyentak-nyentakkan batang penisku keatas, kusodoki vaginanya dengan gerakan-gerakan yang kuat dan teratur, kedua kakiku mengangkang menerima kehadiran tubuh mungil Nona Shasha yang terlungkup tanpa daya merintih diatas tubuh hitamku, hingga ia akhirnya kembali memekik kecil ketika batang penisku membuat cairan vaginanya meledak – ledak dengan nikmat. Vania merangkak dan berlutut di sisi kananku,

“Shaaaaa… geser dongggg…aku mauuuu!!” Nona Vania merengek agak Non Shasha turun dari atas tubuhku.

“Nggak bolehhhh…, he he he“ Nona Shasha menggoda Non Vania. Ia mengeluh ketika Vania mencubit pinggulnya yang sedang bergeser dari atas selangkanganku, Non Shasha memeluk tubuhku dari sebelah kiri, kepalanya bersandar di dadaku, sementara tanganku membelit memeluk tubuhnya yang mulus.

“nnnggggghhhhh.. mmmmppppphhhh…aaaaaaaaaaaahhhhhh!!” Nona Vania menggigit bibir bawahnya ketika kepala penisku bersusah payah menyelam ke dalam belahan vaginanya yang mungil sempit. Ia tampak menderita ketika perlahan-lahan kepala penisku membongkar belahan sempit di selangkangannya.

“Auhhhh.. uhhhhhhh……” tubuh Nona Vania tersentak-sentak ke atas ketika aku menyentakkan batang penisku berkali-kali kusodokkan penisku merojok-rojok belahan vaginanya. Nona Vania berusaha melawan sodokanku dengan memutar dan menghempaskan vaginanya ke bawah.

“Clepppp… cleppppp…. Cleppppp…. Nahhh ini baru benarrrr, hehehe, Non Shasha harus belajar dari Non Vania…Weissshhhtttt!“ aku kagum dengan kelihaian Non Vania, ia begitu liar menaik turunkan pinggulnya, jeritan-jeritan liarnya terdengar menggairahkan. Seiring dengan hempasan-hempasan vaginanya mendesak selangkanganku.

“Ahhhhhh!! Ahhhhhhh!!, ewe akuuuu, ohhhh terusss, entotttt!! Terus UJANGGG…terusssssss….yaaaaa…. UJANGG seperti ithuuu Ohhhh.., nikmatnyaa!!” jeritan-jeritan Vania semakin keras, ia memekik histeris ketika vaginanya disodoki oleh penisku.

“Woww!! Vania!“ Non Shasha berlutut di sisi Vania, ia bengong menatap Vania yang begitu liar dan binal.

“Shaaaa…peluk akuu Shaaaa… pelukkkk!!” Nona Vania berusaha memeluk tubuh Non Shasha yang tampak risih ketika berpelukan dengan Nona Vania yang tengah diamuk nafsu birahi.

“Ehhhh…, iniii…ehhh aduhhh mmmhppphhhh” bibir Nona Vania mengulum bibir Non Shasha, tangan kirinya membelit tubuh mulus Non Shasha sementara tangan kanan Vania menggerayangi lekuk liku tubuh Non Shasha yang molek.

“Hmmmmm…Ckkkk…mmmmmhhh Vaniaaaa mmmmmpp.. ckk ckk “Non Shasha mulai membalas melumat bibir Vania, suara decakan-decakan mulai berkumandang dengan semakin keras ketika bibir mereka saling berpangutan.

“Jrebbb…Blessssshhh…bluesssshh jrebbbbb…cleppp” kuladeni hempasan-hempasan vagina Vania dengan merojokkan batang penisku kuat-kuat ke atas, kuhantam dan terus kuhantam liang sempit di selangkangannya.

“Owwwww…..Crrrrtttt!!” gerakan-gerakan liar Vania tiba-tiba berhenti, kepalanya bersandar di bahu Shasha, kedua gadis cantik bermata sipit itu saling berpelukan dengan mesra, Shasha memeluk tubuh Vania yang terkulai dan meringis lemah.

“UJANGG…pelan-pelann dong, kasihan Vania ihh!!” Nona Shasha memintaku memperlembut irama sodokan-sodokanku.

“Nnggg.. hakkss nggak apa Shaaaaa…nggak apa… ohhhh!!” Nona Vania memberikan lampu hijau untukku, aku tersenyum sambil menghentakkan penisku ke atas kuat-kuat.

“JROSSSHHHH….JREBBBBBB…JREBBBBBBBBBB….ooww!!” Nona Vania melolong liar ketika penisku menyodoki vaginanya dengan kasar, kulesatkan dan kupanah memek sempitnya dengan penisku yang masih mengacung perkasa tanpa mempedulikan lolongan-lolongan liar Non Vania.

Bergantian mereka menunggangi batang penisku yang memacu mereka hingga bergantian mencapai puncak klimaks, bahkan kini Nona Vania menjejalkan vaginanya ke mulutku, kucaplok vaginanya dan kulahap selangkangannya.

“Unnnhhhh…crrrr…crrrrr….” Nona Vania meledakkan cairan kewanitaannya cairan gurih itu meleleh ke dalam mulutku, kuseruput dan kutelan cairan gurih penambah tenaga itu, setelah berhasil menguasai diri Nona Vania meggeser tubuhnya ia berbaring di pelukanku sebelah kanan, kedua matanya terpejam rapat, bibir mungilnya tersenyum puas.

“aaaaaaaaa….crrrrrrrrr.. crrrrrrrrr” Nona Shasha ambruk menindihku, cairan vaginanya menyiram batang penisku, kupacu dan kurojokkan penisku kuat-kuat, kupacu vaginanya hingga tubuh mulusnya kelojotan menggeliat gelisah di atas tubuhku.

“Crooottttt…kecrootttttt!!” spermaku meledak berkali-kali di dalam vagina Shasha, kedua tanganku memeluk erat-erat tubuh mulus kedua gadis cantik berwajah oriental itu yang sudah terlebih dahulu terkulai puas, aku berbaring di atas lantai kayu sambil memeluk erat-erat tubuh mungil mereka yang putih mulus tanpa cela, sesekali tangan kedua gadis bermata sipit itu mengelus dan menarik-narik batang penisku sambil tertawa nakal.

(Hmmmmmm…, jadi cewe bule itu namanya…. )“ dalam hati kuukir nama seorang gadis cantik berambut pirang yang baru lulus kuliah dan bekerja diperusahaan XXXX tempatku mencari nafkah dan mencari kenikmatan ^_^, aku tersenyum sambil mengecupi kening Non Shasha dan Non Vania yang sudah tertidur pulas, terlelap dalam pelukan nafsu liarku.

=====================================================

“HOAAAAAMMM!!“ aku membuka mulutku lebar-lebar,

Sretttt…kuturunkan resleting celanaku dan kutarik Ujang Junior keluar dari dalam celana dalamku yang dekil, Serrrrrrrr…serrrrrrr serrrrrrrr…kusirami sebuah pot keramik di dinding toilet yang sedang menganggur, sebuah senyum mengembang di bibirku yang tebal, membayangkan wajah seorang gadis cantik berwajah pirang berwajah sensual sensual bertubuh seksi, si pirang baru saja lulus dan langsung diterima kerja di perusahaanku (ehh salahh…, maksudku, perusahaan Bu SELMY) Ia sudah bekerja selama seminggu dan sampai saat ini aku masih belum juga berhasil menemukan kesempatan dalam kesempitan (vaginanya) EHEMMMM…..!! aku berdehem keras ketika kata sempit secara otomatis mengarahkan otak kotorku pada belahan di selangkangan si pirang. Aku mendesak-desakkan tubuhku bagian bawah mendesak pot porcelain itu, batang penisku mendadak tegang.

“Ujang sayangg…. “

“EeHHHHH“ aku menghentikan gerakan konyolku ketika sebuah suara memanggil namaku dari belakang, dengan reflek aku menengok ke belakang

“PRRROOOOTTTT….Fuahhh…!! “

“AUHHHH…!! Beuuuuhhh… Monyong lu!!” telapak tanganku mengusap-ngusap wajahku yang terkena semburan air dari mulut Darso, seorang sahabat karibku yang berperawakan tinggi besar, gemuk berlemak.

“Paya otak-lu dinginnnnn…, lagi ngapain lu… Jang…!“ .

“He he he he……” aku terkekeh tanpa menjawab pertanyaam-nya, aku tahu Darso hanya menyindirku, Darso berdiri di sampingku kemudian ikut menyirami sebuah pot di sisi potku, wajahnya tertunduk sambil menghela nafas panjang.

“Hhhhhhhhhhhh…. Jangg lu tau nggak, Non Ayhwa udah balik loh dari bulan madunya….. “

“WADUHHHH… GAWAT…!!!“

“Ehhh napa emang ?? Apanya yang GAWAT ??“

“Udah dijebol donggggg… “

“SOMPRETTT…..!! jangan bikin gua panas dong JANG!!“

“Panas di hati atau panas di bawah… he he he”

“Ya dua – duanya lah JANG……Hhhhhhhhhhhh” aku tidak melanjutkan guyonanku menyaksikan wajah Darso yang hampir menangis, sahabat karibku menghela nafas panjang untuk melepaskan beban berat di hatinya, aku tahu sudah lama Darso naksir berat sama Non Ayhwa, tubuh si pengantin baru ramping sexy mungil, kemolekan tubuhnya ditunjang oleh wajah orientalnya yang jelita, sungguh beruntung pria yang kini menjadi suaminya. Setelah memasukkan “barang” kami masing-masing, aku dan Darso mencuci tangan di wastafel sambil mengobrol ke sana kemari, tiba-tiba muncul sebuah ide gila di otakku.

“Psssttt… lu mau nggak begini sama Non Ayhwa?” aku berbisik sambil menyelipkan jempolku di antara jari telunjuk dan jari tengahku, sebuah senyuman mesum mengembang diwajahku..

“MONYONG LU JANGG,.!! “ Darso cemberut, bibirnya meruncing.

“hushhhh…, gua serius nihh….., yeee ditanya malah bengong…ya sudah-lah” Aku hendak berlalu keluar dari dalam toilet namun tubuh Darso yang berlemak menghadang langkah-ku.

“Gimana caranya Jang??“ Darso bertanya kepadaku, ia tampak antusias sekali dengan ide gilaku.

“Begini…he he he he“ kujejali Darso dengan segudang ilmu-ku yang sudah kubuktikan dan kupraktekkan pada Non Shasha dan Non Vania., aku terus berbisik-bisik di telinganya dan ia mengangguk-anggukkan kepalanya, sebuah senyum mesum mengembang di wajahku dan sahabat karibku, sebuah koalisi tercipta diantara kami berdua, koalisi untuk berburu karyawati-karyawati cantik bermata sipit diperusahaan XXXX tempat kami berdua mencari nafkah, sebuah perangkap sudah disiapkan untuk menjebak dan memperdaya Non Ayhwa si pengantin baru yang cantik jelita.

********************************

Hari Senin siang

Setelah menerima misscall dari Darso di hp-ku, dengan langkah terburu-buru aku segera menuju ke toilet lantai tiga, letak toilet itu berada di pojok kiri bersebelahan dengan toilet wanita, Darso sedang menatap ke arah toilet pria, nafasnya turun naik dengan cepat, kutepuk pundaknya dari belakang….

“Gimana ?? berhasil ???“

“Ituu.. ituuu masukkk JANGGG….!!Tapi…“ Darso tergagap menjawab pertanyaanku, tanpa menunggu lebih lama aku melompat masuk mengejar mangsa-ku, sebuah senyum mengembang di bibirku ketika telingaku mendengar suara, serrrrrr…. serrrrrr…serrrrrr….dari balik sebuah pintu yang masih menyembunyikan seorang mangsaku yang cantik, aku merasa yakin Non Ayhwa tidak dapat bersembunyi dari keganasan-ku karena di dalam toilet pria itu hanya ada sebuah wc tertutup dan lima buah pot keramik yang tergantung di dinding dan tiga buah wastafel yang berjejer tertanam pada sebuah meja batu panjang berlapiskan keramik berwarna putih di bawah sebuah cermin berukuran besar yang terpasang di dinding.

“(???????????????………..)”aku terkejut ketika seseorang membekap mulutku dan menyeret tubuhku dari belakang, keluar dari dalam toilet pria dan terus menyeretku ke tempat yang tersembunyi, aku menolehkan kepalaku kesamping belakang ketika orang itu melepaskanku, aku keheranan menatap raut wajah Darso yang ketakutan, dasar kampungan, mau dikasih yang enak-enak malah ketakutan seperti itu.

“Lhaa…gimana sihhh lu!! Belon apa – apa udah keok duluan, dasar pengecut, BADAN AMA ISI SELANGKANGAN AJA YANG GEDE” aku mengumpat kesal sambil menyikut perutnya yang buncit.

“Ssssttttt… janggg Ituuuu…..” Darso meletakkan jari telunjuknya pada bibirnya yang meruncing kemudian menunjuk kedepan, JANTUNGKU berhenti berdetak KARENA TERKEJUT, ALAMAAAAKKKK!!!

“HAHHHHHH……@#$%@@#$ ?? Goblokkk….!! Kenapa nggak ngomong dari tadi, AMPIR AJA GUA MAMPUSSSS!!!“ aku mendesis keras mengumpat sambil mendelikkan mataku.

“Lohhh ?? Koqq nyalahin gua sihh, kan elu sendiri yang nyelonong masuk seenaknya..!!, makanya dengerin dulu…kata-kata gua sampe abis, gua-kan belum selesai bicara..JANGGG…”

———————

Hari Selasa, jam 17.05….

“Jangggg… lu yakin nggak?? Ntar kaya kemaren!! Ampir aja lu ngembatttt…. Bu Selmy!! “

“Gua yakinn…, duh bawel amat sih lu, udahhhh cepetan-ah , ntar nggak keburu dodol!!” aku mulai naik pitam ketika Darso meragukan keampuhan tipu muslihatku.

Darso segera menyambar selembar kertas pengumuman yang kubuat dengan bantuan Non Vania, si gemuk menempelkan kertas pengumuman itu tepat di pintu toilet wanita, ”Maaf sedang dalam perbaikan”, isi kertas pengumuman yang tertempel di depan pintu toilet wanita itu, kami bedua segera bersembunyi ditempat persembunyian kami, aku dan sahabat karib-ku menanti seseorang yang diharapkan akan datang. Tidak berapa lama aku dan Darso tersenyum sambil saling berpandangan ketika seorang karyawati cantik melangkah terburu-buru menuju toilet wanita yang letaknya bersebelahan dengan toilet pria., tubuhnya elok molek, ramping seksi , wajahnya cantik jelita, kedua matanya sipit, bibirnya yang mungil tampak segar menggoda.

“Aduuhhhhh, uuhhhh….Hssshhhhh.. nggak tahan… emmmhhh” si pengantin baru tampak kebingungan, kedua kakinya yang mulus merapat seolah-olah sedang menahan sesuatu, berkali-kali bibirnya yang mungil mendesis pelan, setelah menengokkan kepalanya kesana-kemari, tubuh moleknya mulai mendekati pintu toilet pria yang sengaja kubuka dengan lebar. Ia tampaknya masih ragu-ragu untuk masuk ke dalam perangkap kenikmatan yang sudah kami persiapkan di dalam toilet pria, dengan cepat tubuh molek itu menyelinap masuk ke dalam perangkapku, aku dan Darso menahan tawa ketika keragu-raguannya dihantam oleh “kebutuhan yang mendesak”.

Darso melangkah mendahului-ku, kami berdua masuk mengikuti si pengantin baru yang cantik jelita dengan mengendap-ngendap tanpa mengeluarkan suara kami menanti di depan pintu kenikmatan yang masih tertutup rapat, Seeerrrrr……!! Serrrrrrrrr….!! aliran nafsu bejat membuat sesuatu di permukaan celana kami menggembung, dengan sabar aku dan Darso menunggu makan siang kami yang pasti lezat, krekettttt…. pintu itu terbuka lebar, sesosok tubuh molek berwajah oriental menampakkan dirinya.

“HAHHHHH….. ?? Nonn Ayhwaaa ?? “

“WADUHHHHHHH…. ?? “

“AWWWWWW………!!! “ia berteriak kecil.

Aku dan Darso berpura-pura terkejut, sementara ia tersentak karena terkejut setengah mati, ia tidak menduga kalau aku dan Darso akan memergokinya.

“Lagi ngapain di sini NON ?? HAYOH…., NGGAKU…..!!“ Darso mulai menginterogasi si pengantin baru bermata sipit.

“ehh Euuu.., ini…, aku salah masuk…..” si cantik berusaha mencari-cari alasan.

“NGGAK MUNGKIN NONNNN…., NGGAK LIAT ITU APAAN??” Dengan mudah Darso mematahkan alasan si pengantin baru dengan menunjuk ke arah lima buah pot keramik yang menggantung berjajar di dinding.

“Pasti Non Ayhwa pengen ngintipin titit, hayo NGGAKU!!!” aku menuduhnya sambil menjulurkan tanganku ke arah dada si cantik yang tengah tergagap, oleh tuduhan-tuduhanku dan si gemuk Darso.

“NGGAKKK…!! BUKANNN…!!, Akuuu, ituu… Heiiii, jangan kurang ajar kamu UJANGGG…!!” Ayhwa menepiskan tanganku yang hendak menjamah susunya.

“SITU YANG JANGAN KURANG AJARRR…! MASUK ke dalam toilet pria buat ngintipin titit saya dan UJANG!“ Darso mendorong bahu Non Ayhwa dan mendesak tubuh karyawati cantik itu ke dinding dekat dudukan wastafel, tas si pengantin baru terjatuh di bawah kedua kakinya yang gemetar ketakutan.

“Lepaskannn,, heii, Darsoo…Lepaskannnn!! atau aku teriak nihh!!“ Non Ayhwa mendorong tubuh Darso yang berusaha untuk memeluk tubuhnya yang molek mungil, ia berusaha menggertakku dan Darso.

“Coba aja, kita lihat siapa nanti yang bakal-an menanggung malu…!!”

“TOLONGGG ADA TUKANG INTIPPPPP!!” aku berpura – pura mulai berteriak.

“Kurang keras Jangg teriak lagii… yang kerassss!!“

“Toolllooonnggg!!“ aku sedikit mengeraskan suaraku.

“Jangann Ujanggg…jangannnnnn!” si pengantin cantik bermata sipit memohon dengan suara memelas.

“Makanya nggak usah ngancam mau berteriak-teriak begituuuuuu…., n’tar kalau ada yang datang gimana?? “ sikap Darso berubah menjadi lebih lembut, aku tersenyum sambil menempelkan kertas pengumuman yang kedua pada pintu toilet pria “maaf sedang dalam perbaikan“, Clickkkkkkk…kututupkan pintu itu dan ku kunci dari dalam.

“Ujanggg…, Darsooooo…tolong lepaskan akuuuu, tolong…” Ayhwa memohon sambil terisak ketika Darso memeluk tubuh mungilnya dan mendudukkannya di atas dudukan meja wastafel, kedua kaki mulusnya yang terjuntai merapat ketakutan.

“Non Ayhwa, saya tidak akan menyakiti-mu percaya-lah sayang.” Darso membelai wajah Non Ayhwa kemudian dengan lembut mengusap airmata yang meleleh di pipinya

Tangan Darso meloloskan blazer berwarna putih yang membalut tubuh mungilnya dan memberikannya kepadaku, dengan rapi aku melipat jaz blazer Non Ayhwa, baru saja aku selesai melipat baju blazer itu, Darso kembali menyodorkan baju kemeja berwarna krem yang baru dirampasnya dari tubuh mulus si pengantin baru.

“Sialannnnn…!! Lu pikir gua lemari baju hah??? bajunya doang yang lu bagi ke-gue“ aku mendesis kesal, mataku melotot menatap gundukan putih yang mengintip dari balik bra Non Ayhwa.

“He he he…, sekaliannnnn…., lipet yang rapi ya Jang…n’tar lu pasti gua bagi, tapi gua lagi melepas rindu dulu nihhh sama Non Ayhwa…, jangan ganggu yaaaaa…… he he he he… cupphhhh…..” Darso mengecup pipi Non Ayhwa

Si cantik melengoskan wajah-nya, ia berusaha menghindari sebuah ciuman di bibir mungilnya. Darso tersenyum mesum tangannya mengusap-ngusap lutut Non Ayhwa, usapannya terus merayap naik sambil menarik rok mininya sedikit demi sedikit ke atas.

“Jangannn…! jangannn DARSO…jangannnn, toloongggg kasihanilah suami-ku, kasihani-lah dia!” Non Ayhwa menepiskan tangan Darso yang mengelus pahanya sebelah dalam, ia berusaha mempertahankan kesuciannya, ia tidak rela tangan Darso menjamah tubuhnya dan tidak sudi ada tangan lain yang membelai tubuhnya selain tangan suaminya tercinta.

“Nonnn Ayhwaaaaa…., saya ini lebih kasihan daripada suami Non Ayhwa, siang-malam saya selalu mengimpi-impikan Non, saya tersiksa sekali Nonnnnn, seminggu yang lalu cinta saya hancur di tengah jalan ketika mendengar Non Ayhwa menikahi lelaki itu, panas rasanya hati saya ini membayangkan tubuh molek Non dijamah oleh laki-laki lainnnnnn……” Darso menumpahkan seluruh isi hatinya, hatiku ikut terenyuh mendengar kata-kata Darso yang berlantunkan nada-nada sedih.

Mata Darso menatap wajah Non Ayhwa yang tertunduk sambil terisak, tangan kanannya terjulur untuk mencubit lembut dagu si pengantin baru kemudian mengangkat dagunya agar wajahnya yang cantik mendonggak ke atas, dengan rakus bibir Darso mengecupi bibir Non Ayhwa yang berwarna merah muda, air mata semakin deras meleleh dari sudut mata si pengantin baru yang jelita. Ketika Darso melumat dan mengulum bibirnya yang mungil, sesekali bibir tebalnya mengecupi kedua mata Nona Ayhwa, lidahnya menjilati hidung si pengantin baru yang mancung, setelah itu batang lidahnya bergerak mengulas-ngulas lelehan air mata Non Ayhwa yang meleleh di pipinya yang lembut halus.

“AHHHHHH!!“ tubuh molek Non Ayhwa terperanjat ketika tangan Darso merogoh payudaranya sebelah kanan, tangan itu meremas-remas sesuatu di dalam bra Non Ayhwa sementara bibirnya terus mengecupi bibir si pengantin baru yang sesekali mendesah pelan menggantikan suara isak tangisnya yang mulai menghilang

Si cantik bertubuh molek terdiam ketika tangan si gemuk berlemak merayapi belakang punggungnya untuk melepaskan kaitan branya, ia tertunduk dengan wajah merona merah dadu ketika Darso menarik bra putihnya hingga terlolos melalui kedua lengannya. Mata Darso dan mataku mendelik melotot menatap dua buah bukit kembar yang putih ranum, jemarinya tertekuk mirip seperti cakar kemudian mencengkram kedua gunung indah di dada gadis itu, kedua jari jempolnya bergerak lembut memijiti pentil Non Ayhwa yang tegak meruncing karena terangsang. Tangan si pengantin baru berpegangan pada kedua lengan Darso yang sedang asik mencengkram kedua bukit susu di dadanya, si cantik merintih dan mendesah kecil, wajahnya yang cantik yang semula hanya menatap lantai kini mulai terangkat menatap wajah Darso, bibirnya yang mungil merekah dan mendesis sambil sesekali memanggil nama si gemuk itu.

“aaaaahhhh… Hsssshhh….Sssshhssssss.. Darsooooooo… Hssssssss… ahhhh”

“Cupphh.. Emmmmhhh Cpppp….mmmmmh” Ayhwa memejamkan matanya ketika Darso kembali menundukkan wajah untuk melumat bibirnya yang mungil

Dengan rakus si gemuk mengulum bibir Non Ayhwa, cumbuan mereka semakin memanas ketika si cantik bertubuh molek mulai berani membalas lumatan-lumatan bibir Darso, sambil meremasi payudara Non Ayhwa Darso mengecup, melumat dan mengulum bibir mungil itu sampai puas. Si gemuk mengecup dahi Non Ayhwa kemudian menjulurkan batang lidahnya menjilati sela-sela bibir mungilnya. Non Ayhwa menjulurkan batang lidahnya menerima ajakan lidah mesum Darso yang terus menggeliat diantara sela-sela bibirnya yang mungil, dua batang lidah yang tampak basah itu bergerak saling menyapu dan mengelus, berkali-kali Darso menghisapi dan mengulum batang lidah si pengantin baru yang jelita. Darso memposisikan tubuh gadis itu untuk berlutut menghadap ke arah cermin besar yang terpasang di dinding, kini melalui bayangan di cermin besar itu Nona Ayhwa dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sediri apa yang sedang diperbuat oleh Darso, seorang office boy bertubuh gemuk berperut buncit yang tengah menggerayangi kemolekan tubuhnya.

“Ehhssshhhhhhhhh… ahhhhhhhhhh…… “ tubuh mungil itu menggigil ketika Darso melumati dan mencumbui batang lehernya yang putih jenjang, matanya menatap sayu pada bayangan tubuhnya di cermin, ia mendesah ketika Darso mengusap bulatan payudaranya bagian bawah kemudian meremas-remas susunya yang semakin membongkah padat. Sementara bibir Darso mengecupi dan membasuh kedua pundaknya bergantian sebelah kiri dan kanan.

“Ihhh…Geli……Hssshhhhhhh” tangan kiri Nona Ayhwa bergerak ke belakang mendorong kepala Darso yang sedang menggeluti batang lehernya bagian kiri, dengan lembut tangan Darso mencekal pergelangan tangan Non Ayhwa dan menariknya ke belakang kemudian kembali melanjutkan aksinya menggecupi dan mencumbui bahu, pundak, leher, dan telinga si pengantin baru yang terus mendesah dan merintih pelan. Tubuh moleknya meliuk ke sana kemari berusaha menghindari serangan-serangan Darso yang geli-geli nikmat, sesekali wajahnya yang jelita mendongkak ke atas sambil mendesis dan mendesah menahan cumbuan panas dari seorang office boy bertubuh gemuk berlemak.

“Saya buka ya Nonnnn…paya lebih afdool” tangan Darso mencapit resleting rok mini Non Ayhwa kemudian menarik resleting itu turun dengan sekali sentakan yang kuat, setelah meloloskan rok mininya, tangan Darso bergerak untuk meloloskan secarik celana dalam putih yang melindungi wilayah suci Ayhwa.

“haaaaaaaaaaaa…??!!“ Ayhwa menarik nafas ketika tangan kanan si gemuk meraih menangkup selangkangannya dari belakang, tangan kiri Darso semakin aktif menggerayangi dan meremas-remas payudara-nya, mulut Darso bergerak mengecupi dan menjilati punggungnya, entah kenapa ia merasakan suatu sensasi yang merangsang gejolak birahinya ketika melalui pantulan cermin besar itu. Ayhwa menyaksikan tubuh mungilnya tengah digeluti oleh seorang pria gemuk.

“Slllssshhhhh ….ohhhhh!” bibir si cantik mendesah pelan ketika merasakan jari tengah Darso bergerak menekan dan tercelup diantara cepitan bibir vaginanya yang sudah becek sedari tadi.

“Nonn, memek Non sempit amat ya ? He he he, saya jadi kepingin tahu, sebenarnya sudah berapa kali sih Non Ayhwa dicolok sama suami Non, hemmmm?“

“sekahh…li….Hssshhhhss.”

“HAHHHH ?? Cuma sekaliii ?? “hampir bersamaan aku dan Darso berseru kaget, gila..!! laki-laki sinting mana yang membiarkan santapan lezat seperti Non Ayhwa yang bertubuh molek, berwajah cantik jelita ini menganggur selama semingguan. Non Ayhwa menjelas-kan kalau sehari setelah menjalani malam pertama, suaminya dipanggil oleh atasannya karena keadaan yang cukup mendesak hingga batal mengambil cuti. Rupanya sang suami lebih mementingkan karirnya daripada istrinya yang cantik jelita.

“WADUHHHH Non, bukannya bilang sama saya, tau gitu saya yang nemenin Non Ayhwa honeymoon selama seminggu“ berkali-kali Darso menarik dan menekankan jari telunjuk-nya yang mulai tercelup-celup kedalam belahan vagina si pengantin baru yang mendesah sambil menekuk wajahnya yang cantik memperhatikan jari tengah darso yang tengah bekerja dengan giat menusuki belahan vaginanya.

“Enakk Nonn ? “

“He ehh…” Non Ayhwa mengangguk kecil, sebuah anggukan dari si cantik yang membuat nafsu binatang Darso semakin buas, jari tengahnya bergerak semakin cepat

Batang lidah Darso terayun menjilati lelehan keringat yang mulai mengucur di tengkuk dan leher si pengantin baru bermata sipit yang cantik jelita, tubuh moleknya menggeliat indah dalam rengkuhan nafsunya yang begitu buas dan liar. Satu demi satu pakaian si gemuk terlepas dari tubuhnya, tubuh Darso kini telanjang bulat menyusul tubuh molek si pengantin baru yang polos tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya yang molek.

“Enhhhh…!! Crrruttt cruuuttt” si pengantin baru tiba-tiba mencekal pergelangan tangan si gemuk sambil menarik pinggulnya ke belakang hingga jari tengah Darso tergelincir dan terlepas dari cepitan vaginanya.

Dengus nafasnya tersenggal merasakan denyutan-denyutan kenikmatan di wilayah intimnya seakan-akan sedang memeras cairan vaginanya hingga meleleh ke atas meja batu berlapiskan keramik berwarna putih bersih, tangan Darso meraup cairan vagina si pengantin baru kemudian membasuh batang penisnya yang besar panjang dengan cairan kewanitaan Non Ayhwa untuk menyamarkan bau penisnya yang tidak terawat.

“Nonnn, jilatin titit saya dong!”

Si gemuk tersenyum-senyum sambil membantu Non Ayhwa turun dari atas dudukan wastafel, setelah menekan bahu si pengantin baru agar berlutut di hadapan selangkangannya, Darso mengacungkan batang penisnya ke depan sambil menarik tangan kiri Ayhwa dan meletakkan tangannya pada batang penisnya yang besar dan panjang.

“ihhhh…. Darso, besar amat??!!“ mata sipit Ayhwa melotot menatap batang penis berukuran jumbo milik Darso yang bulatannya jauh lebih besar dari bulatan batang penisku, walaupun jika dibandingkan dari panjangnya tidak jauh berbeda dengan panjang penisku.

“Gede mana sama punya suami Non Ayhwa ? “

“Yaaaaa, gede-an punya kamu sihhh“ wajah si cantik merona merah, tangan kirinya mendorong penis Darso hingga menempel sejajar dengan perutnya yang buncit, lama sekali tangan kanan Non Ayhwa mengelus-ngelus batang besar panjang di selangkangan Darso yang bertubuh gemuk berlemak mirip seperti sosok Rony Dozer di Extravaganza

“Nonnn, jangan cuma dielus-elus doang donggg….”

“emmm… Darso maunya diapain??“ Ayhwa bertanya menantang sambil menengadahkan kepalanya ke atas, sebuah senyuman nakal mengembang di wajahnya yang jelita.

“Dijilat terus diemut sama Non Ayhwa, ceilehhh nonnnnn, pake nanya lagi, Ayo Non, jangan malu-malu he he he he”

“Digini-in ? sllcccckkkk.. ckkk ckkk slllllccckkkkk… “

“Uhh – Ahhhhh…, iy iya Nonnn terusss, terusss” Darso menekuk wajahnya ke bawah, bola matanya membeliak keenakan ketika batang lidah si pengantin baru yang basah dan hangat memanjakan batang penisnya, kepala Ayhwa terayun-ayun sepanjang kemaluan Darso, batang lidahnya terjulur-julur dengan gerakan yang teratur menjilati buah pelir dan batang penis si gemuk, sesekali lidahnya melingkari kepala penis Darso yang berkali-kali melotot keenakan menikmati basuhan batang lidah itu pada kepala kemaluannya.

“(Happppp….), HEUDEUHHH??!! Aduh Non, jangan digigit gitu dong!!“ si gemuk protes, dengan reflek ia menarik penisnya ke belakang ketika gigi Ayhwa terbenam di kepala kemaluannya..

“he he he he.” Ayhwa terkekeh nakal sambil menengadahkan kepalanya ke atas, matanya yang sipit menatap wajah Darso yang merah padam karena menahan nafsu..

“Duuu-uhhh… non Ayhwa gemes-in dechhh, sini Nonnn duduk, heuppp…nahhhhh” Darso mendudukan si pengantin baru di pinggiran meja wastafel, mata sipitnya menatap sayu ketika Darso berlutut di hadapan kaki mulusnya, kedua tangan Non Ayhwa menyilang di dada, ia berusaha melindungi kedua bukit indahnya yang semakin membuntal padat dengan putingnya yang berwarna pink kemerahan dari tatapan mataku yang liar.

“Coba ngangkang Nonn…..,Yeeh malah tambah dirapet-in “

“Malu-ah…… “wajah sicantik bertubuh molek semakin merona karena jengah, sementara Darso semakin ber-nafsu untuk mengangkangkan kaki mulus sipengantin baru, dengan sedikit paksaan Darso mengangkangkan sepasang kaki mulus sicantik bertubuh molek.

“Ohhhh… Darso hh….hhh.” nafas Non Ayhwa berdesahan ketika kepala si gemuk terbenam di selangkangannya, jemari tangannya yang lentik mengelus-ngelus kepala Darso yang tengah mengendusi wilayah intimnya.

DUGGG…!! DUGGGGG…!! DUKKKKK….!! Jantung Darso berdetak dengan keras, bola matanya memincing menatap tajam kemolekan vagina si pengantin baru, cuping hidungnya kembang kempis mengendusi aroma vagina si cantik yang begitu harum merangsang sementara kedua tangannya mengusap dan mengelus-ngelus permukaan paha Ayhwa yang putih mulus. Lidah Darso terjulur memanjang dijilatnya belahan vagina si cantik yang terperanjat ketika ujung lidahnya mengelus-ngelus lingkaran bibir vaginanya, tengah asik-asiknya Darso menjilati vagina Ayhwa, tiba-tiba terdengar suara nada dering MP 3 dari tas kecil Ayhwa yang kini tampak pasrah, aku membantu mengambilkan telepon genggam milik si pengantin baru.

“Halooooo ? “

(Hai Sayanggg…, aku jemput ya…..)

“Ehhh… jangannn…., aku lembur, hari ini mungkin aku pulang agak malam”

(Wahhhh, gimana donggg… padahal aku sudah kebelet nihhh.., pengennnn)

“Yawdahhh…, kamu istirahat dulu di rumah.. kamu pasti cape setelah bekerja seharian., tunggu aku pulang.”sambil menjawab telepon dari seseorang wajah si pengantin baru terangkat keatas, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan desisan kenikmatan yang hampir keluar dari bibirnya ketika mulut Darso terbuka dan mencaplok vaginanya.

(Hhhhhh…. Kalau gitu aku tunggu kamu pulang ya sayanggg, jangan lama-lama yach lemburnya…)

“mmmmmmm… iyah aku usahakan dahhhhh…”

(Dahhh muacchhhhhh….!!)

Darso menengadahkan wajahnya memperhatikan wajah jelita si pengantin baru yang mendadak murung, ada kebimbangan yang tersirat di wajahnya setelah menerima telepon dari suaminya tercinta.

“ehhhh UJANG…. Ahhhhemmmppph!” aku memeluk tubuh mungilnya dari samping untuk mengusir kebimbangannya, kutundukkan kepalaku untuk melumat bibirnya yang mungil, kukecupi dan kulumat-lumat bibir mungilnya dengan bernafsu hingga tubuh moleknya meronta dalam pelukanku karena kehabisan nafas sementara Darso kembali melumati dan mengemut bibir vagina Non Ayhwa yang semakin becek dilelehi oleh cairan kewanitaannya yang gurih, gairah si pengantin baru semakin menggebu-gebu menyadari tubuh mungilnya yang molek kini digeluti oleh dua orang office boy sekaligus.

“AAAA…. Hhnnnnnhhhhh…. Srrrutttt… crrrutttt….” tubuh si pengantin baru menggelepar dan menggigil nikmat ketika vaginanya kembali berdenyutan dengan kuat memuntahkan cairan puncak klimaksnya sementara butiran keringat semakin deras mengucur melelehi tubuhnya, kedua tanganku meremas-remas lembut sepasang bukit payudaranya yang indah.

“Uhhh… Darso, pelan-pelan yachh.” Non Ayhwa tampak khawatir ketika kepala penis jumbo milik Darso menempel di pintu vaginanya yang mungil

“HE Ehhhh…, tahan ya Nonnnn” Darso meraup lelehan cairan berwarna putih kental yang meleleh dari sela–sela belahan vagina si pengantin baru kemudian membasuh ujung batang penisnya dengan cairan kewanitaan Non Ayhwa.

“Hssshhhh… Darso… Hsssss Hsssshhhhh…..Afffhhh” wajahnya yang cantik tergolek lemas ke samping kanan, perutnya yang rata tanpa lemak tampak kembang kempis menahan desakan-desakan kepala penis jumbo milik si gemuk yang sedang berusaha menembus cepitan belahan mungil di selangkangannya.

“BROSSSHHH….!! OWWWWW…..!!!“ mata si cantik membeliak menatap wajah Darso ketika satu sentakan hebat akhirnya membongkar cepitan vaginanya yang mungil, kepala penis berukuran jumbo milik seorang OB bertubuh gemuk berlemak kini terbenam hingga sebatas leher penis tercepit di antara sela bibir vagina si pengantin baru yang menggeliat-geliat resah ketika Darso menekan-nekankan batang penisnya yang besar panjang. Centi demi centi batang besar itu melesak semakin dalam mendesak liang vagina mungil si pengantin baru yang tersiksa kewalahan menerima desakan batang besar milik seorang OB yang terbenam semakin dalam.

“Urrrrhhhhh, aaaaa… Ahhhhhhh “ ayunan penis Darso mebuat tubuh si pengantin baru yang molek mulai terguncang mengikuti helaan batang besar yang bergerak menusuki vaginanya dengan lembut

Si gemuk membelai wajah Non Ayhwa yang jelita sambil terus berusaha mengayunkan penis besarnya yang masih sulit untuk keluar masuk dalam cepitan vaginanya.

“ohhhhhhhh…Darso…Ahhhhhh!!“ si pengantin baru mendesah panjang ketika Darso meraih tubuh mungilnya yang bersandar pada cermin besar, tangan si gemuk melingkari bokong Non Ayhwa sementara yang satu lagi membelit dan mengusapi punggungnya yang basah berkeringat, belum begitu lama Darso mendesak-desakkan penisnya tubuh si pengantin baru tampak menggelinjang dalam pelukannya, wajahnya yang jelita terlihat renyak ketika menikmati denyutan cairan puncak klimaksnya yang kembali tumpah digenjot oleh seorang office boy segemuk Rony Dozer. Darso memeluk erat-erat tubuh si pengantin baru tangannya membelai dan mengelus rambut Non Ayhwa yang semakin basah, si gemuk membiarkan si pengantin baru untuk beristirahat sejenak dalam pelukan kasih sayangnya. Aku terkekeh menatap mata sipitnya yang terpejam ada sebuah senyum kepuasan di bibirnya yang mungil.

“Nonnn, sini……sama UJANG he he he “ aku merebut tubuh mungilnya dari pelukan Darso, kubalikkan tubuh mungil itu menghadap ke arah cermin besar yang terpasang dinding toilet kemudian kutekankan punggungnya hingga dadanya jatuh merata di atas meja keramik itu.

“AHHHHHH….!! “ seiring dengan tubuh moleknya yang tersentak aku mendengar desahan keras dari bibir si pengantin baru ketika kepala penisku mengait vaginanya dari belakang.

“Ah Aaaa Ah..Ahh..“ tubuh molek Ayhwa terayun tersentak-sentak tanpa daya ketika aku mulai menembaki cepitan vaginanya yang mungil sementara Darso mengusap-ngusap punggungnya yang basah dibanjiri oleh butiran keringat, sesekali si gemuk menundukkan wajahnya untuk mencumbui dan menjilati punggung, pundak, bahu dan telinga Ayhwa yang mendesah-desah dengan nikmat.

“Uhhhhhh…, Ujanggg Janggg.. Ohh Darsoooo.. Aww Crettt serrrrrr!” Non Ayhwa kewalahan menahan sodokan-sodokan kuat batang penisku dan cumbuan Darso yang kembali menghempaskan tubuh moleknya terkulai di pantai kenikmatan puncak klimaks yang nikmat dan indah, tubuh molek si pengantin baru terus terayun-ayun dengan teratur, terdengar suara hempasan-hempasan selangkanganku yang beradu dengan buah pantatnya.

“Jam berapa sekarang??“

“Jamm 6.11 JANG…..he he he, nggak kerasa udah satu jam-an yah”

“He he he… “ aku terkekeh sambil terus memacu batang penisku menyodoki vagina si pengantin baru, berkali-kali aku memeras cairan puncak klimaksnya hingga ia mengeluh kecapaian.

“Ennnhhh Hssshh Ujangg aku cape…, Uhh!!”

“Sabar ya Nonnn, soalnya hari ini Non Ayhwa bakal super cape” Darso terkekeh sambil mengecup bahu si pengantin baru yang masih tersentak-sentak akibat vaginanya disodoki oleh batangku dari sebelah belakang.

Darso membuka ikatan tikar yang sebelumnya sudah kami persiapkan, sigemuk menghamparkan tikar itu di atas lantai toilet kemudian membaringkan tubuhnya yang gemuk berlemak terlentang dengan pasrah

Aku menoleh kearah Darso kemudian menggodanya.

“Mau ngapain lu pake ngangkang segala ? ”

“Sialan, udah cepetan….nggak usah cengengesan begitu!” Darso memakiku sambil mendelikkan matanya.

“He he he… Ploppfffhhh…, Non…, naek bom-bom car gihh!!” Aku terkekeh sambil mencabut batang penisku kemudian menggiring tubuh molek si pengantin baru untuk menaiki penis jumbo Darso.

“Haaa aaaaaa.. AHHHHHHHH!!” wajahnya yang cantik jelita terangkat ke atas mengiringi masuknya sebatang penis jumbo ke dalam jepitan vaginanya yang mungil, kedua tanganku memegangi pinggangnya yang ramping dari arah samping kemudian kubantu si cantik untuk menaik turunkan pinggulnya.

“Cleppp.. BLEPP.. BLEPPP.. BLEPPP… Clepphhh…” rambutnya yang indah basah bergerak bergelombang ketika tubuh moleknya tersentak-sentak ke atas dengan kuat saat sebatang penis berukuran jumbo disodokkan oleh pemiliknya menyodoki belahan vaginanya yang mungil

“Dad Darrssoohh pelanhhh-plannhhh… Annnhhh.. Oww Owww!!”

Darso menghentak-hentakkan batang penisnya dengan sekuat tenaga, kedua tanganku kini menarik kedua lengan Non Ayhwa ke belakang hingga susunya membusung ke depan. Mata si gemuk mendelik menyaksikan payudara Ayhwa yang terguncang hebat dengan gerakan yang indah, permainan Darso semakin lama semakin kasar dan liar hingga tubuh molek itu terlompat-lompat tersentak kuat tanpa daya di selangkangannya. Entah berapa kali tusukan-tusukan kasar itu merobohkan si pengantin baru dengan hantaman puncak klimaks.

“JREBBB… Nggeehhhhhhhhhh… Crrutttt.. crrrut!!“ Ayhwa merasakan tubuhnya yang molek terkulai lemas dan roboh dalam pelukan Darso, nafasnya tersenggal dan bibirnya yang mungil termegap-megap kehabisan nafas, habis sudah tenaganya yang terakhir disedot oleh puncak klimaksnya yang berdenyutan.

Aku menaiki buah pantat si pengantin baru yang sudah terkulai menungging tanpa daya, kutempelkan kepala penisku pada belahan buah pantatnya. Kedua tanganku mencengkram dan menekan buah pantatnya seperti sedang membelah duren, kutatap lubang kecil yang masih perawan di belahan pantatnya yang bulat padat, ia melenguh ketika kepala penisku mulai menekan pintu anusnya yang mengkerut-kerut ketakutan, dengan kasar kepala penisku menggedor pintu anus Non Ayhwa yang masih membandel.

“Ngeh.. Ngehh, Ngehhh nnnnnnngggeeeehhhhhhhhh “ Ayhwa merengek-rengek ketika merasakan liang anusnya dipaksa semakin melar, anusnya terasa sesak ketika batang besar seorang officeboy menyodominya,

“SAKITTTTTTT!! OAAWWWW…!!” tubuh moleknya terperanjat kesakitan ketika batang penisku sukses melakukan tugasnya menyodomi liang anusnya.

“Haaaaaaaaaaaa!!“ hanya suara itulah yang kami dengar dari mulutnya yang ternganga lebar matanya yang sipit membeliak-beliak ketika penisku dan penis Darso bergerak teratur bersamaan menusuki vagina dan anusnya sekaligus, dengan setia tusukan-tusukan penisku dan Darso mengantarkannya berkali-kali menuju puncak klimaks.

“Cretttt… Cretttt… serrrrr…., Crettt Crettt Serrrrrrr…..”

:”KECROTTTT… CRRROTTTT ARGGGH….”

“URRRHHHHH…. CRRROOOOOOOOTTTTT……!!”

Aku dan Darso melilit tubuh moleknya yang terkulai lemas di antara himpitan tubuh kami berdua. Si cantik molek termegap bercucuran keringat seperti halnya keadaanku dan Darso yang basah kuyup sementara suara desahan dan dengusan nafas kami bertiga terdengar keras saling bersambutan. Ayhwa terdiam kecapaian tubuhnya yang molek terkulai lemas tak berdaya di antara himpitan tubuh dua orang office boy berkulit coklat kehitaman, kedua matanya yang sipit terpejam – pejam sementara bibirnya yang mungil sesekali termegap berusaha untuk mengambil nafas.

****************************

Sekitar jam 10.30

Seorang karyawati cantik diantar pulang oleh seorang Office Boy dengan menggunakan sebuah sepeda motor bebek dukun berwarna merah, dengan lemas tubuhnya yang molek merosot turun kemudian melangkah limbung ke dalam rumahnya di daerah perumahan XXXXX. Ia melangkah mendekati sebuah pintu yang tertutup rapat perlahan-lahan tangannya membuka dan mendorong pintu kamar di hadapannya, air mata meleleh jatuh di pipinya menyaksikan seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di atas sebuah ranjang yang kini telah ternoda. Sebuah penyesalan terucap dari bibirnya yang mungil

“Maafkan Aku.. Hkk.. Maafkannn… Hhh Hkkk Hkkkkkk…”, setelah mengusap airmata yang melelehi pipinya dengan perlahan ditutupnya kembali pintu kamar itu

Ia mengambil handuk dan membersihkan dirinya dengan kucuran air shower hangat, di bawah kucuran air shower hangat wajahnya kembali merona merah bibirnya yang mungil mendesis memanggil nama dua orang office boy di kantornya.

“UJANGGG… Darsooooo… Hssshssss… ah ahhhh“

==================================================

Hari Senin yang sibuk dimana setiap orang terbebani oleh tugas yang menumpuk, seorang office boy yang sudah mumpuni dalam bidang pekerjaannya tersenyum lebar sambil mengetuk sebuah pintu, siapakah Obe yang rajin dan baik hati itu ? he he he OBe itu ada-lah aku, UJANG si ganteng ,baik hati ,ramah, berwibawa ,gagah ,pemberani ,dan cekatan! Akulah Obe masa kini , Obe plus plus , he he he he…!!

“Tok.. Tokkk.. Tokkkk” tangan kiri-ku mengetuk sebuah pintu berwarna coklat muda sementara tangan kananku membawa sepiring nasi goreng seafood untuk kekasih baruku, si pengantin baru yang cantik jelita.

“Masukkk…..” sebuah suara merdu menyahut dari dalam ruangan itu.

Daguku terangkat ke atas mirip seperti seorang koki profesional ketika memasuki ruangan Non Ayhwa sementara sesuatu mulai menggembung menyesaki selangkanganku, sesak tapi terasa nikmat.

“Lagi ngapain sich Non??” mata-ku melotot memperhatikan Non Ayhwa yang sedang serius bekerja. Buset dah tuh angka banyak amat, ck ck ck.

“Biasa…bikin laporan laba-rugi” si cantik sepertinya tidak mempedulikan kehadiranku ketika aku mendekatinya.

Ia tampak sibuk sesuai dengan bidangnya, per-Akuntansi-an he he he..

“Non.., sarapan dulu…, nanti sakit lohhh….”aku berdiri tepat di samping kursinya, sesuatu di balik celana dalamku berontak, ber-kudeta ria, kusodor-sodorkan tubuh bagian bawahku, maju-mundur untuk menggodanya.

“Nich yang bikin sakit…..!! “

“UAADOWWHH……!! Sakit Nonnn….!!.uuHsssshhhh,” aku mengaduh, bibir tebalku meruncing ketika Non Ayhwa menyikut selangkanganku yang sedang bergoyang berusaha untuk menggodanya dengan ‘tarian Indiaku’ yang terkenal, tubuhku tertekuk membungkuk kesakitan sambil memegangi gembungan di selangkanganku.

“Biar bikin sakitttt. Tapi Non Ayhwa sekarang pasti suka kan sama yang gede-gede…, Ketagihan ni yeeee….. he he he “ aku mencubit kecil pipinya yang lembut.

“Sembarangan!“ dengan tegas Non Ayhwa menepiskan tuduhanku namun wajahnya yang cantik merona merah karena malu, jemarinya yang lentik bergerak dengan lincah menekan-nekan tuts keyboard.

Setelah menutup pintu rapat-rapat aku menghampirinya dan membuka resleting celanaku kemudian membetot sebatang sosis besar milikku yang berwarna hitam kecoklatan untuk segera keluar dari dalam sarangnya, dengan rasa Pe-De yang tinggi kusodorkan batang penisku yang sudah mengacung dengan gagah perkasa.

“UJANG…!! Apa-apaan sich kamu, …!!”

“He he he, Non Ayhwa-kan jago ngitung, nahhh tolong diitungin berapa lembar bulu jembut diselangkangan saya, takut rugiii….kalau laba sich nggak masalah kali yak? Non kok diem sichhh…??Ayo dong Nooonnn….dihitung he he he he“ aku mengacung-ngacungkan batang penisku di samping wajahnya, kuayunkan ke kiri dan kanan.

Buseeetttt….DAH!! Nona Ayhwa sama sekali tidak menggubris batang penisku, jadi malu nehh ^_^, masa didiemin begini ??, aku menggaruk-garuk kepalaku, agak serba salah juga rasanya ketika si pengantin baru malah bersikap acuh tak acuh terhadap ujang junior yang teracung-acung bengong mematung di selangkanganku

“Akhirnyaaaaa…. Beressssss….Emmmmppphhh“

Sebuah senyuman mengembang di wajahnya yang jelita, kesepuluh jari Non Ayhwa saling terkait kemudian tangannya terentang ke atas, tubuhnya menggeliat-geliat untuk mengusir rasa pegal di pagi hari yang indah ini, aku semakin bernafsu, mataku berkeliaran merayapi tubuh Non Ayhwa.

“beres apanya Nonnnn?? Saya belum beres nich!! Ayo donggg Nonnn!” Aku merengek–rengek agar si cantik ‘segera kembali bekerja’ membereskanku yang masih nggak puguh nasibnya ditengah jilatan-jilatan hawa nafsu.

“Enak aja nyuruh-nyuruh…yang jadi Obe itu kamu atau saya??” ia menyindirku, aku buru buru meliukkan pinggulku ketika sikutnya hendak kembali mematil “The little Ujang.”.

“Yaaaa…, kalau di urusan kerjaan mah saya Obe-nya, tapi kalau urusan ranjang sich, Non Ayhwa yang jadi office girl-nya, saya suruh ngangkang nurut, saya suruh nungging juga nurut, disuruh nyepong juga nurut, iya kan Non ??” aku menjawab sambil mencubit kecil hidungnya.

“Dasar, bisa aja kamu ini, yawdah, sini!!, duhhhh kacian sampe nangis begini…“ telapak tangan kanan Non Ayhwa menggenggam batang penisku sementara jemari kirinya mengelus-ngelus kepala penisku dengan lembut, jari telunjuknya mengusap lelehan lendir nafsu di mulut kemaluanku, mataku sampai merem-melek keenakan ketika tangan si pengantin baru meremas dan mengocoki batang penisku.

“Enak ya Jang…..?”

“Enakk Nonn, enakkkk, terus Nonn, ,Uh-non, Uh..”

“Happpp….!! Slllcckk Ckk Sllccckkk… Happp..!!mum-hh”berkali-kali Non Ayhwa menjilati dan mencaploki penisku.

“Uh-uh, walahhh…..tobattttt….!!Urhh-hssshh” mataku mendelik saat mulutnya menggigit-gigit nakal kepala penis-ku kemudian kepalanya bergerak maju-mundur sambil melakukan hisapan-hisapan kuat setelah meludahkan kepala penisku batang lidah Non Ayhwa yang basah dan hangat terayun-ayun menggelitiki leher penisku, dengan gemas ia meremasi buah zakarku hingga aku meringis antara ngilu dan nikmat.

“Ckk. Ckkk, umm-emh cuph, Darso kemana jang ??Ck mmh Ckk“ sambil menjilati dan mengecupi penisku Non Ayhwa menanyakan keberadaan Darso.

“Dia lagi sibuk..”

“Sibuk ngapain ?? kerja ??“

“Nanti dech Non, saya jelasin, tapi sekarang ini dulu dong say, konsentrasi….” aku terkekeh sambil menunjuk ke arah selangkanganku., Non Ayhwa menarik-narik rambut jembutku kemudian, cuphh-cuphh-cuphh…, diciuminya kemaluanku mulai dari buah zakarku terus merambat naik hingga kekepala penis saat lidahnya membelit memutari kepala penisku tiba-tiba sebuah sms mampir di handphoneku.

“janggg, jangan kasar-kasar sama Non Ayhwa, AWAS LU…!!” aku membaca sms yang berisi ancaman untukku, rupanya Darso mengkhawatirkan keadaan Non Ayhwa.

“Tenang , cuma nyicip dikit koqq…., gimana udah hasil sama Non Vania & Non Shasha…??” aku mencoba membalas sms dari Darso di tengah nikmatnya permainan Non Ayhwa pada bagian penisku.

Tak berapa lama, handphoneku kembali bergetar. Ternyata balasan dari Darso, “Belon Jang, gua rada grogi nihh…nggak berani ngedeketin mereka….”

“Waduhhh… Bilang aja ada kiriman hadiah dari gua, mereka pasti ngerti koq….” balasku lagi.

“Gua ngak berani Jang…..!!”

“parah LU…..!!ya udah ntar aja , lagi asik nih , tanggung, jangan ganggu dulu ah…” aku mematikan handphoneku kemudian meletakkannya di pinggiran meja, tanganku mengelus rambut hitam Non Ayhwa yang indah, kumasukkan penisku kedalam mulutnya.

“Ummmhhh… mummmpphh, Ckk.. Ujaaanggg, gede amat sich, Emm-hhhmmm…,Mufffhhhhh…”

Non Ayhwa semakin aktif memaju-mundurkan kepalanya sambil melumat Ujang junior habis-habisan, tangan Non Ayhwa yang lembut tak henti-hentinya mengocoki batang penisku. Kutarik penisku dari cengkramannya lalu kusuruh Non Ayhwa bersandar ke belakang, kedua kakinya yang mulus mengangkang ketika aku bersujud di hadapannya, bola mataku mendelik, menatap sesuatu yang indah, sesuatu yang tanpa penutup lagi, vagina Non Ayhwa!!, ohhhh betapa indahnya belahan di selangkangan Non Ayhwa. Belahan bibir vagina si pengantin baru sedikit merekah hingga membuat aku terpana menatap kemolekan liang vaginanya.

“koq cuma diliatin sihh!?? Kalau nggak mau ya sudah ah” tiba-tiba Non Ayhwa mendesis ketus, ia hendak merapatkan sepasang pahanya yang mulus, dengan panik aku buru-buru menahan paha Non Ayhwa yang mulus.

“Duhh, Non, galak amat, udah ngak sabar ya…??celana dalamnya di kemanain Non?? ketinggalan di rumah?? cuuphh cuphhhh cuphhhhhhh Cuphhh.. Muahh Cupphhhh….”

Sambil kutahan kedua kakinya yang hendak merapat kuciumi pahanya bagian dalam kemudian setelah puas kutenggelamkan wajahku pada selangkangan Non Ayhwa, kujilati belahan vagina Non Ayhwa yang harum berkali-kali kucaplok vaginanya hingga si cantik menahan nafas keenakan, ia berusaha menjawab pertanyaan isengku sambil memukul kecil pundakku kemudian menyodorkan vaginanya.

“Nggak usah pura-pura ngak tahu githuu…dech,Hssshhh kan kamuhhh yang nyuruh aku ngak usah pakai celana dalam, Hssshhhhh”

Di sela suara desisan-desisannya, Non Ayhwa menjawab pertanyaan isengku, ia meringis nikmat ketika jemariku menguruti dan menekan bibir vaginanya, lidahku segera terjulur keluar menggapai klitorisnya, kusapu dengan lembut, dengan lembut batang lidahku membasuh daging mungil itu hingga ia mendesah pelan, kukait-kait dengan ujung lidahku dan kuemut-emut daging kelentitnya, kulumat – lumat bibir vagina Non Ayhwa dengan rakus, kulahap vaginanya hingga ia menggelinjang-gelinjang kegelian, mengejang menahan rasa nikmat.

“Non, duduk disini Non, sekalian roknya naikin” aku menepuk-nepuk pinggir meja kerja Non Ayhwa.

Jantungku berdetak kencang ketika ia menuruti perintahku, ia duduk di pinggiran meja sambil menaikkan rok mininya, sementara sepasang pahanya mengangkang pasrah. Kutundukkan wajahku kemudian sambil melumat bibirnya dengan lembut kugesekkan kepala kemaluanku pada belahan vaginanya,

“Slethhh,Sletthhh… Slettthhhhhhhhh” beberapa kali kepala penisku menggesek belahan vagina Non Ayhwa yang semakin licin, kepala penisku yang besar tergelincir ketika berusaha menembus cepitan vaginanya. Kugesek-gesek lagi, kemudian kutekan dengan lebih hati-hati, Non Ayhwa membuka kedua kakinya selebar yang ia mampu sambil menyodorkan vaginanya menyongsong tekanan kepala penisku, perlahan namun pasti dengan susah payah kepala penisku yang besar mulai dapat membelah belahan liang vagina Non Ayhwa.

“Hmphhh….” Ayhwa menggigit bibir bawahnya sendiri untuk menahan jeritan yang hampir keluar ketika sesuatu menyeruak kasar memasuki cepitan liang vaginanya, kedua tangannya berpegangan pada pundakku, matanya yang sipit membeliak kemudian perlahan-lahan terpejam menikmati sebatang penis besar yang tengah membelah vaginanya semakin dalam.

“Hhh.. Hhhhh… pelan-pelan Ujangg…pelannn, adu-duhduh, ngilu Jang, ngiluuu awwwwhhhh….!!”

“Ini udah pelan nonn…, pelannnnnn….banget kan ?? Pssssttt, jangan terlalu berisik sayanggg, ntar kalo ada yang denger gimana ?”

Kusentak-sentakkan batang penisku dengan lebih cepat untuk menggoda Non Ayhwa yang terdesak-desak kewalahan, wajahnya merona merah, desah nafasnya semakin memburu tertahan-tahan. Kuaduk-aduk liang vaginanya hingga Non Ayhwa terperanjat dan mengeluh, kutusuk dan terus kutusukkan batang penisku sekuat yang aku bisa, sambil memacu batang penisku kuat-kuat, aku menatap tajam wajah Non Ayhwa yang cantik khas oriental, wajahnya semakin cantik ketika ia terperanjat-peranjat keenakan, mulutnya ternganga seperti hendak mengucapkan huruf “A”, tiba-tiba tubuhnya mengejang-ngejang resah seperti menahan sesuatu, kupercepat irama sodokan-sodokanku, sementara tanganku mencekal pinggulnya, kugempur liang sempit Non Ayhwa dengan kecepatan penuh.

“Ah-crrttt… crrttttt……”

Tubuh molek Non Ayhwa menggeliat nikmat, aku terpana menatap wajahnya yang renyah, butiran keringat meleleh di lehernya yang jenjang, matanya yang sipit membeliak kemudian menatapku dengan sendu sambil tersenyum manis, telapak tangannya mengusap rambutku. Aku tersenyum penuh kemenangan kemudian dengan gerakan yang cepat penuh nafsu kedua tanganku mencekal tungkai lutut kanan dan kirinya, kukangkangkan kedua kakinya selebar mungkin ke atas hingga punggungnya jatuh ke atas meja kemudian pinggulku kembali terayun maju-mundur dengan cepat dan kuat, kusodok-sodokkan batang penisku menusuki liang Non Ayhwa yang becek nikmat,lelehan cairan puncak klimaks Non Ayhwa membuat lubang sempit itu banjir oleh lendir-lendir putih yang lengket-lengket licin

Suara becek terdengar semakin nyaring ketika aku memompa vaginanya, kutusuki belahan vaginanya dengan liar dan kasar, kupompakan batang besarku berselancar sepuas-puasnya di liang kenikmatan Non Ayhwa hingga ia mendesis-desis tertahan

“Essshhhhh… UUj-JhanGGnnnggghh..crrrtt crrrrrr..urhh-hsshhh.” Ayhwa mendesah dan mendesis panjang, matanya terpejam-pejam sesekali terdengar rintihan lirihnya, vaginanya berdenyutan kuat menyemburkan lendir-lendir kenikmatan.

Tanpa memberinya kesempatan untuk menyesuaikan diri, kedua tanganku segera menyangga buah pantatnya yang bulat padat, kutatap wajah cantiknya, kukecupi kedua mata sipitnya yang memandangiku dengan tatapan mata yang sayu kemudiannn….kuhajar liang vaginanya dengan tusukan tusukan batang penisku, berkali-kali wajah si pengantin baru terangkat ke atas menahan rasa nikmat ketika penis besarku mengoyak-ngoyak liang vaginanya yang peret. Kuaduki liang vaginanya hingga ia meronta kenikmatan, kudesak – desakkan hingga selangkanganku mendesak selangkangannya. Perlahan-lahan punggungku membungkuk lidahku terjulur keluar kemudian terayun menjilati bibir Non Ayhwa yang sedikit merekah, ia membuka mulutnya lidahnya keluar mengelus dan mengait batang lidahku, kuhisapi lidahnya dengan mesra. Selama beberapa saat kami saling berpandangan dengan tatapan mata sayu sambil menikmati denyutan-denyutan nikmat pada wilayah kami yang terintim.

“Non, punyanya Non Ayhwa enak deh, bikin saya ketagihan…”

“punya kamu juga gede jang, bikin akuuu…..”

“Bikin apa Nonn…??Bilang Nonnn…..bikin apa ??” Aku penasaran.

“Bikin akuuuuuu, keenakan..!!,muachh…!!” Non Ayhwa mengecup pipi kananku, aku membalas kebaikannya dengan mengecupi lalu mengulum bibirnya dengan penuh nafsu , kami berdua saling berpandangan dengan mesra kemudian kembali saling mengecup dan melumat dengan nafsu yang menggebu.

“emh..! emh! Emh!” suara mulut si pengantin baru yang tersumpal mulutku ketika kupacu liang sempitnya, kusodokan dan kuayunkan batang penisku kuat-kuat dengan gerakan teratur, kunaikkan ritme sodokanku ketika tubuh Non Ayhwa menggeliat resah diatas meja kerjanya, kusodok dan kuhentakkan batang penisku kuat-kuat menghujami belahan vaginanya. Tidak begitu lama kulontarkan tubuh mulusnya ke dalam jurang kenikmatan yang berlumpur pekat, penuh desah dan rintihan nikmat yang tertahan.

“EMH…!! Crrrr crrrr….. crrrttttt….Ahssshhh UJANGG…”setelah bibirnya terlepas dari bibirku,tubuh moleknya melenting dengan indah, kedua tangan sicantik mengibaskan rambutnya ke belakang pada saat yang bersamaan kupacu batang penisku hingga ia menggelinjang dan tersentak menahan denyutan rasa nikmat., tubuh moleknya terus terdesak-desak seirama dengan ayunan batang penisku yang memacu vaginanya dengan kuat.

“Clepp.. Slepphhh.. Plepppphhh…nnn-uhhnn..…..” Semakin kuat aku menyodokkan penisku semakin kuat pula bunyi nyaring yang menggairahkan itu terdengar dan semakin kuat pula Nona Ayhwa mengejang dan menggigil nikmat, lenguhan tertahan terdengar dari bibirnya, tangan kanan sipengantin baru membekap mulutnya sendiri berusaha agar lenguhan dan rintihan kenikmatan itu sedikit teredam. Aku tersenyum mesum sambil mengaduki belahan vagina Non Ayhwa., kukocek kuat liang vaginanya dengan batang besar di selangkanganku.

“Adu-du-duh Ujanggghhh,, jangan digituinn…., akhu , akhhh seperti diborrrrrrrhhhh… hhssshhhhhh….akkhh Ujhangggg….”

Aku tidak mempedulikan ocehan si pengantin baru, dengan bersemangat kuaduk liang vaginanya yang nikmat hangat. Jantungku berdesir merasakan kedutan-kedutan kuat meremasi batang penisku, selangkanganku terasa lengket oleh lendir-lendir kewanitaan Non Ayhwa.

“Drrrrttthhh… Drrrrrtthh…… Krrrkkk… Clepphh… Cleppphh.. Peeffhh.. Peeffhhhhh…Drrrkkkkkk…Krrrkkkk..Krakkk… Krrakkkkk”

Ada sesuatu yang berderak-derak nikmat ketika aku memutar batang penisku mengaduki vaginanya sementara tubuh Non Ayhwa terperanjat menahan rasa nikmat , bibirnya menyemburkan desis-desis kenikmatan yang membuatku semakin bergairah mengaduki belahan vaginanya yang sesekali kukombinasikan dengan menyentak-nyentakkan batang penisku hingga nafasnya tertahan menahan seranganku yang bertubi-tubi menyodoki liang vaginanya yang mungil, tubuh si pengantin baru turun dari atas ketika aku melepaskan cengkramanku, tubuhnya berbalik kemudian bertumpu pada pinggiran meja ketika aku menarik pinggulnya menungging keatas.

“Plekkk… Plekkk Plekkkkk….Plkkkk….” kupukul-pukul bongkahan buah pantatnya yang bulat padat dengan batang penisku, kugesek-gesekkan penisku pada buah pantatnya yang halus lembut kuremas buah pinggulnya beberapakali kemudian kujejalkan kepala penisku membelah belahan vaginanya yang mungil dari arah belakang.

“Plleepphhhhsshhhhh!!UNNHHHH. UJANGGGHH…!!…Akhhhh…!!”

“Psttttt… Nonnn, jangan keras-keras back soundnya.!!” dengan susah payah batang penisku yang besar panjang kembali menyusup memasuki liang vagina Non Ayhwa, Aku berbisik antara was-was dan horny ketika mendengar lenguhan dan desahan kerasnya.

“ujanggg, pelan pelan dong ahh…, uhhh aduhh….mmmhh mhhhhhh…”

Dengan cekatan dari sebelah kanan belakang aku menyumpal bibir mungilnya untuk meredam keluh kesah Non Ayhwa, sementara batang penisku bergerak liar menyodok-nyodok vaginanya dari arah belakang dengan kuat. Kedua tanganku merayap kedepan kemudian menggenggam payudaranya, kubelai puncaknya hingga ia menggelinjang kegelian, kupeluk erat-erat tubuh mulusnya yang gemetar menahan sesuatu…..

“Hmuuufffhhhh Crrettttt… Crrrrrrrrrrrrrtttt…..sudah Ujang, sudah, aku sudahh hhh .. emmhh ohhh, Ujanggg…nanti saja yaaa, sudah dulu…ahhhh, sudahhh…, sudahhhhhh”, tangannya yang mungil terayun ke belakang berusaha menahan gerakan pinggulku, kemudian ia menarik pinggulnya hingga penisku terlepas dari belahan vaginanya..

Non Ayhwa kewalahan ketika aku bertambah beringas, dengan mesra ia merayuku berusaha meredakan nafsu birahiku yang masih bergejolak dengan liar. Ia duduk kelelahan diatas kursinya, tangannya menarik beberapa lembar tissu kemudian menyeka keringat di dahi, leher dan rahangnya, nafasnya masih memburu keras.

“Tapi Nonnn, saya belum…”Aku mendesah kecewa.

“Iya-iya, sini…aku bantuin….”

Si pengantin baru berlutut di hadapan penisku dan melakukan aksi deepthroat yang membuatku mengerang keenakan. Lumayan lama juga ia melakukan servicenya hingga kepala penisku berkedut-kedut nikmat, dengan cepat Nona Ayhwa meludahkan penisku dari mulutnya, penisku mengacung kesuatu titik…., sementara Non Ayhwa membantu menjilati kepala penisku dari arah samping, diciuminya batang penisku , lidahnya menjilat menggelitiki leher penisku dari arah samping, jemarinya mengelusi buah zakarku.

“Houfhh..hummphh eummmh Ujangghhmmmh..Ummmhhhh……”

Pipi Non Ayhwa mengempot ketika ia menghisapi penisku sesekali lidahnya memutari kepala penisku dengan teratur tiba-tiba saja ia memuntahkan penisku , telapak tangannya yang halus mengocok-ngocok batang penisku dengan kuat hingga aku mendesis menahan rasa nikmat, Jedutt.. Jedutttt…!! Telapak tangannya menyatu menjepit kepala penisku kemudian bergerak cepat seperti gerakan orang yang tengah berusaha membuat api dengan bantuan sebatang kayu dan daun-daun kering, hanya bedanya ia menggunakan kemaluanku sebagai batang kayu.

“Ampunn Nonn, Amphuuunnn OwaHHHH…..!! Sruuuttt… Crooottt.. Croot-cothh…Choootthhhh” spermaku muncrat mengguyur sepiring nasi goreng di atas meja dan sebagian kecil memercik di atas meja.

“Ih, ujang, gimana sihh ??aduh nasi gorengku..!!”

“Tenang Nonn… he he he, Non belum pernah nyobain nasi goreng super spesial kan??” dengan sebuah sendok kuaduk-aduk hingga spermaku tercampur merata.

“Yeee…, emang aku apaan, masa dikasih makan yang gituan,.. sono beliin..lagi gih!!”

Non Away merapikan pakaiannya kemudian memberikan uang 10.000-an kepadaku yang tengah memakai celana dalam, tiba-tiba kami berdua panik setengah mati ketika mendengar suara langkah-langkah kaki mendekati ruang kerja Non Ayhwa, dengan cepat aku bersembunyi di kolong meja kerjanya sementara ia menyambar celanaku yang belum sempat kupakai dan melemparkannya ke arahku kemudian ia duduk di kursinya untuk melindungiku.

“Brakkk….!!Ayhwaaa…!! Laporan rugi labanya sudah selesai ??Lho?? kamu koq keringatan begitu sih???”

“Ehh, emmhh Anu Buu, saya kurang enak badan….ini Bu laporannya, Ss-sudah bu , sudah…selesai, ini.” Non Ayhwa berusaha mengalihkan topik pembicaraan dengan menyodorkan laporan rugi-laba.

“Bagus…!! Eh beli nasi goreng dimana nih ??“

“Nggak tahu Bu dibeliin Ujang”

“Saya juga belum sarapan pagi..kelihatannya asik punya nih”

“Emm, ibu mau ?? kebetulan saya sudah sarapan roti tadi….”

“Bener kamu sudah sarapan ??”

“Bener Bu, bener….., bener….”

“Makasih ya , Hwaaaa, ibu bawa nih nasi gorengnya..“

“Silahkan bu, silahkan….”

Aku mendengar suara pintu ditutup dan langkah-langkah kaki menjauhi ruangan kerja Non Ayhwa, wajahku tersembul dari kolong meja menatap wajah Non Ayhwa masih shock, ia tidak menyadari jari telunjukku yang sudah tiba dibelahan vaginanya, setelah kurasakan pas kutusukkan jari telunjukku kuat-kuat, Clebbbb…..!!

“Ow-ow-ow…, Hssshhh UJANGG…!!” si pengantin baru menepiskan tanganku, sepasang kakinya yang mulus melejang-lejang.

“Tenang non, tenaaanggg, saya hanya menolong….”

“Nolong apanya, KAGET TAU!! udah ah, aku mau kerja dulu”

“Silahkan Nonn, Non Ayhwa kerja aja, saya juga mau kerja nih” kepalaku menyelinap di antara pahanya. Bibirku menyusuri permukaan pahanya sebelah dalam, terdengar suara lagu Mp3 dari komputer Non Ayhwa, di tengah alunan lagu ia berusaha menyamarkan rintihan lirihnya ketika ujung lidahku mulai menusuki klitorisnya. Kubasuh isi vaginanya dengan batang lidahku, kumanjakan si cantik yang semakin mengangkangkan kakinya yang mulus dengan pasrah. Kunaikkan kembali rok mininya ke atas, lendir-lendir nafsu kembali membanjiri belahan liang vagina Non Ayhwa.

Aku melumat selangkangan Nona Ayhwa kujilat dan kuhisap habis lendir-lendir nafsunya yang gurih dan harum, kuemuti bibir vagina Nona Ayhwa hingga ia kelabakan menahan nafsu birahinya yang semakin membara, kutepuk-tepuk vaginanya yang empuk kemudian kutarik dan kubuka bibir vaginanya, kubenamkan wajahku sambil menghirup aroma vagina Non Ayhwa yang harum.

“Shhh Hsssshh…ah-ah-aaaaah” desahan Non Ayhwa terdengar merdu ketika batang lidahku terayun membelai dan menggelitiki kelentitnya, sesekali kutusuk-tusuk kelentit Non Ayhwa dengan ujung lidahku hingga ia terperanjat dalam gairah nafsu yang berkobar liar, wajahku terangkat memperhatikan ekspresi wajah cantik Non Ayhwa yang tengah horny sementara dua jariku bergerak menusuki belahan vaginanya sementara aku menariki putting susunya yang meruncing dengan mulutku.

“Gimana Non?? “ aku bertanya padanya.

“Ujaannghhh, kamu belajar dari mana sich….,ihh enak bangetttt…. Jangg.. ow-ahhhhh-ahh”

“uhhh…! Creettt… crrrttttt…..u-u-janggg”

“Sllleeepphhh…. Srrrrrpphhhh…….”

Mulutku segera menunkik ke bawah mencucup vaginanya, kuseruput cairan gurih penambah stamina alami yang meleleh dari belahan vagina Non Ayhwa, saat sedang asik-asiknya menjilat dan menyeruput cairan gurih di selangkangan si pengantin baru tiba-tiba telepon di meja Non Ayhwa berbunyi.

“Ujang.. nanti dulu.., stophh ,ahh nakall…hsshh, uhh..hhhsshhhh”

Tanpa mempedulikan bunyi telepon di atas meja aku melanjutkan kesibukanku membersihkan dan menghisap-hisap cairan gurih di selangkangannya sementara tangannya terus menggapai-gapai berusaha meraih gagang telepon dimejanya

“H-Halllooo….,ii,iya bu.., iyaaa.. baikk…”setelah menaruh gagang telepon Non Ayhwa mendorong kepalaku, dengan bernafsu aku hendak kembali menerkam selangkangannya dan…

“Bletakkkk…..!! HEUDEUHH, Non, masih pengennnn nihhh…, gurih amat memeknyaa….” si cantik menjitak jidatku yang hendak meluncur di antara sepasang pahanya yang mulus mengangkang. Aku memohon memelas sambil mengelus-ngelus sepasang pahanya yang halus.

“Udahhh, nanti aja yachh, kamu dipanggil Bu Selmy tuch…”

“HAhh ?? mau ngapain Non ??”

“Jangan-jangan minta diservice sama kamu jang…he he he”

“Hush sembarangan!! jangan lupa nanti kita lembur lagi yach Nonnnn, muachh.. cuphhh.” aku mengingatkannya agar berlembur ria sepulang jam kantor.

Sambil memakai celanaku aku menundukkan wajahku dan mencium mesra bibir si pengantin baru, kukecup keningnya beberapa kali sebagai tanda terimakasih kemudian dengan sopan aku mengundurkan diri dari ruangan akunting. Setelah menghela nafas panjang-panjang dengan malas kulangkahkan kedua kakiku yang terasa berat menuju ke ruangan Bu Selmy, kuhela kembali nafasku dalam-dalam sebelum kuputuskan untuk mengetuk pintu itu.

“Tokkk.. Tokkk Tokkkk…!!.”

“Masukkk…!!”

“Permisi Buuu, ibu memanggil saya…??”

“Jang, besok kamu beliin nasi goreng yang kaya tadi ya…”

“Yang gini, gitu, gimana ya bu ??”

“ini lohh, yang kamu beliin buat Ayhwa itu”

DEGGGGG…..!!! BLEDAKKKK……!! Wajahku langsung pucat pasi sambil menatap piring kosong diatas meja, sekujur tubuhku merinding hebat rupanya nasi goreng sperma spesial ala Ujang membuat bu Selmy ketagihan.

“Anuu, itu buu, belinya agak susah…, agak lama”

“Oooo, nggak masalahhhhhh, pokoknya kamu aturin ajaaaaa yaaa! Yang jelas saya mau sarapan nasi goreng seperti ini SETIAP PAGI….!!kalau nggak , AWAS KAMU!!“

“baik bu.., baikk….”

Gendang telingaku serasa pecah mendengar ultimatum yang dikeluarkan oleh Bu Selmy, di bawah todongan berisi ancaman aku terpaksa menyetujui syarat yang berat ini daripada Bu Selmy meyedot langsung spermaku dari sumbernya, BRRRHHHH…., merinding sekujur tubuhku membayangkan mulut keriput itu menyedoti batang penisku, dengan tertunduk lesu aku mohon diri keluar dari ruangan yang mengerikan itu untuk mengerjakan tugasku sebagai Obe perusahaan sekaligus mengintai mangsa baru, Sipirang.

*****************************

Siang hari jam 12.30….

Beberapa saat setelah menyediakan sesajen untuk si penyihir berambut putih, aku melangkahkan kakiku dan duduk di sebuah bangku panjang untuk beristirahat. Beberapa orang karyawan dan karyawati lewat di hadapan wajahku, Ting..!! mataku membeliak ketika seorang gadis berwajah cantik nan rupawan berjalan ke arahku.

“G u t moning… “ aku berusaha untuk menyapanya dengan modal bahasa Inggrisku yang di bawah standar, aku menggantungkan setitik harapan untuk dapat mengenalnya lebih jauh..

“Selamat pagi!” si pirang balas menyapaku.

HAH ??!! U mai gut, si pirang yang cantik menyapaku dalam bahasa Indonesia?? Wah-wah bidadariku tersenyum ramah, cantik, humm, payudaranya montok amat khas cewe bule yang kebanyakan montok-montok di bagian dada, sebuah senyum menyerigai di bibirku ketika mata superku menatap buah pantatnya yang padat, duhhh pinggulnya oh pinggul..!!, goyang kiri, goyang kanan, Olala…, Brrrrrr…… Uhhhhh… kuhilangkan senyuman di wajahku yang penuh dengan cahaya kemaksiatan ketika tubuh si pirang berbalik ke arahku.

“Ada apa Nonn ?? apakah ada yang dapat saya bantu ??eh iya, nama saya UJANG……“ Aku bertanya dengan penuh perhatian dan kasih sayang khas seorang Obe sambil memperkenalkan diri.

“Eummm, -Anu Pak Ujang- Tahu nggak, di mana rumah makan yang murah meriah…tapi enak??“ si pirang bertanya kepadaku, bleehhh, ngak salah denger nich ?? Anunya saya ??

——–

“-Anu pak Ujang- ?he he he,hush si Non gimana sich ? Saya jadi malu ditanya begitu, Anu-nya saya sih ngak tahu Nonnn, yang tau saya-nya ini loh Non, bukan anu saya, Hua ha ha ha ha ha, ngaha, uhukkkk… ehemmmm ,sepertinya makan murah plus menu dari Ujang Junior, Saya jamin pasti murah meriah terus ada enak-enaknya kalau saya menyusu disusu-nya Non yang gede” dengan bersemangat otak-ku yang ngeres menjawab pertanyaan si pirang

——-

“Ooooo…, Mau makan siang ya Non? Sini saya belikan, Non mau pesan apa??“ sebuah kepalsuan dari bibirku yang tebal menyembunyikan kengeresan di otakku.

“Emmmhhh.. ? makan apa ya ?? masih bingung nihhh… “

“Gimana kalau makan rendang Padang aja”

——

“Ehmmm, jangan jauh-jauh Non, lebih baik beli nasi Padang aja di sebelah,n’tar sisa waktunya kita manfaatkan untuk ehem-ehem…, Ceka kak ka ka ka.” otak kotorku kembali bekerja,

——–

“WAhh boleh tuch,”

“Nah, Non tunggu di ruang makan atas aja ya…. “

“Lohhh ?? ngapain di atas…?? Kan ruangan makannya di situ ?“ telunjuk Non Michelle menunjukk kesuatu titik di seberang sana.

“Owwww… itu ruangan makan untuk karyawan lama, nah untuk karyawan baru ruang makannya di atas sana Non….” aku menunjukkan jari telunjukku ke atas, ke sebuah jendela yang terbuka.

“Ahh, masa sich? Aduh! kamu yakin di lantai atas sana??“ si pirang menengadahkan wajahnya ke atas,

“Emang begitu Nonnn, Eh, nama lengkapnya Non siapa ya??“ dengan cerdik kualihkan bahan pembicaraan agar ia tidak bertanya lebih lanjut mengenai letak ruangan makan yang sengaja kuatur untuknya.

“Michelle Spring” jantungku berdetak keras ketika si pirang melemparkan sebuah senyuman manis-nya untuk-ku sebelum ia membalikkan tubuhnya yang seksi. Mataku berkedip-kedip mirip lampu setopan. Whait por me may lap…khayalan liarku berkobar bak si jago merah yang sedang mengamuk. Akupun membalikkan tubuhku JEDAKKK….!! pecah nafsuku, digantikan oleh rasa dongkol dan sakit di jidatku..

“Tembok sialan!! Udah tau orang mau lewat, masih juga diem disitu!!! Brengsek!!” aku menggerutu panjang lebar sambil mengurut-ngurut jidatku dengan berlari kecil aku menuju kerumah makan Padang di seberang jalan, dengan bernafsu kubayar pesanan si pirang hingga kasir dirumah makan itu bergidik ketakutan melihat ekspresi wajahku yang tengah horny.

Yuhuuuuu…., Honey, Im homee…, dengan mengendap-ngendap aku mendekati seseorang yang tengah melamun di jendela. Kuperhatikan lekuk liku tubuhnya yang menggoda, rambutnya yang pirang indah, mataku melirik kebawah memperhatikan sepasang kakinya yang tersembul dari balik rok mini berwarna biru tua, serrrr….serrrrr…., darah mudaku berdesir mengobarkan api birahiku yang terpendam.

“Noonnn…., ini makan siangnyaaaa….”

“Ehhh Pak Ujang….makasihhhh.” si pirang membalikkan tubuhnya kemudian meraih kantung plastik berwarna merah di tanganku. Gabrukkk….!! kuterkam dan kupeluk tubuhnya.

“Heiiii….!! what the helll!!!” Michelle Spring mengumpat ketika aku menggerayangi tubuhnya.

“Jangan berisik Nonn, atau saya akann… NGAHAKKK…!!!”

Aku tidak sempat melanjutkan ancamanku ketika serangan lutut si pirang mendarat telak di selangkanganku kemudian entah bagaimana caranya ia membanting tubuhku hingga mendarat di atas lantai, BLUGGGGGG!!.

“SIALANNNN….!!, grrrhhh, Hupppp…!!” dengan segera aku bangkit sambil memasang kuda-kudaku, inilah saatnya pencak silat beradu dengan karate, aku melompat menerkam tubuh indah di hadapanku.

“Hungghhh….” tumit si pirang mampir diulu hatiku,

PLAKKKK….!!BUKKKKK…BUKKKK!! Jedakkk!!” selanjutnya terdengar suara-suara keras yang membuatku limbung tersungkur jatuh ke depan, pinggulku terangkat ke atas, nungging dengan gaya doggy style

“AMPUN .. AMPUNN HOAHHH….!!”

“I hate someone like you, MANIACCC!”

“Bukan Nonnn saya Ujanggg, bukan MANIACC…hadowww…!!” HOAWWWWW….!!”dengan teknik memiting yang canggih ia mengunci kedua tanganku hingga aku melolong kesakitan.

“AMPOONNN…AMPOOOONN>>!! WADOWWWWW….!!”

“Awas kalau kamu berani kurang ajar lagi….!!”

“Ngak Nonn…, Ampun, Ampunn HUaDduhhhhh-HuNgH!!”

“FUCK YOUUU….!!” sambil memaki Non Michelle menyambar sebungkus nasi padang yang sempat kaget menyaksikan kekalahanku,

Aku merangkak kemudian duduk bersandar lemah pada kaki meja, kukeluarkan dan kunyalakan HPku, kuhubungi sebuah nomer emergency call, help me Buddy!!

“Soo, Darsooo, tulungin gua… Hadohh…, mampus gua Soo…”

“Hahhh ?? Lu di mana Jangg…..??”

Tiga SMS tambahan kukirimkan pada Non Ayhwa, Non Vania dan Non Shasha. Tidak berapa lama bersembulan wajah-wajah yang kukenal, pertama wajah Non Vania kemudian Non Ayhwa lalu Non Sasha dan yang terakhir wajah Darso, dasar geblek..!!, dihubungi paling awal, dateng paling akhir!! sambil meringis menahan rasa sakit aku menceritakan kejadian tragis beberapa saat yang lalu demi mencari secuil kenikmatan..

“HA HA HA HA HA HA….” Darso mentertawakanku ketika aku menceritakan kejadian tragis yang kualami, sementara tiga gadis cantik bermata sipit tertawa merdu sambil membantuku berdiri.

“Makanya Janggg, kamu jangan sembarangann…donggg”

“Iya nich, udah dibilangin nggak nurut….,”

“Sakit ya, kamu ngak apa-apa Jangg…” dengan tertatih aku dipapah oleh Non Ayhwa, Non Vania dan Non Shasha sementara Darso melenggang kangkung di depan memimpin rombongan.

======================================================

“Ujang… bikinin teh pahit ya…” aku menolehkan wajahku ke belakang kemudian tersenyum saat melihat wajah cantik Non Shasha, dengan sigap aku membuatkan teh pahit untuk kekasihku dan mengantarkan ke ruangannya setelah itu aku kembali meneruskan untuk mencuci piring.
“Ujangggg… , beliin nasi kuningg dongg, lapar nihhh…”aku menoleh lagi ke belakang dan mengangguk ramah pada Non Ayhwa, kukedipkan mataku pada pengantin cantikku yang membalikkan tubuh moleknya dengan senyum dikulum, aku merapatkan tubuh mengejar pengantinku kemudian kuusap bokongnya dengan lembut, Non Ayhwa mencubit pinggangku, kami berdua buru-buru menjaga jarak saat mendengar suara langkah-langkah kaki dari kejauhan.

“Ujangggg…., mau ice creammm……, ih sebel..” sekali lagi aku menoleh saat mendengar suara manja Non Vania, rambutnya yang pendek kini terurai panjang, bibir tebalku tersenyum lebar, jariku menunjuk ke arah selangkanganku. Non Vania tertawa kecil, ia menungging berpura-pura memungut selembar uang limapuluh ribuan yang sengaja dijatuhkan, aku tahu ia sengaja memasang pose tubuhnya yang merangsang itu untuk menggodaku, setelah memenuhi keinginan Non Vania, aku kembali mengerjakan tugasku sambil berhayal dengan seru, semuanya tentang uh-oh dan ah bersama “ketiga istriku.” yang cantik jelita.

“Ujang…, beliin roti gih….” Hmmmm,?? perasaan sih istriku baru tiga orang, istri siapa nih yang pagi-pagi nyasar bermanja ria kepadaku, dengan perasaan was-was aku menolehkan kembali wajahku untuk yang keempat kalinya.

“Djelegerrrr….@_@!!”

Bagaikan terkena sambaran petir di atas kepala, aku terkejut setengah mati melihat seraut wajah berlemak yang menatapku dengan tatapan matanya yang sayu, aku gemetar ketakutan saat tubuh gemuk itu melangkah mendekat. Kabarnya sih Non Nina bekerja di perusahaan ini karena hasil koneksi, imajinasi indahku langsung konslet digantikan oleh khayalan burukku, ia menggeram dan kemudian menerkamku, merobek-robek bajuku kemudian membantingku ke lantai, dengan rakus Non Nina menggeluti tubuhku dengan liar hingga aku termegap kehabisan nafas di bawah tindihan tubuhnya.

“Jangannn, jangan perkosa sayahh.. ahhhh…!!JANGAN NONN…!!”

“Ujanggg., okhhh ujanggg, hamili aku jangg, hamiliiii…kuberikan tubuhku dengan sukarela…,eh enggak ding, discount aja 80 % ya..”

“TIDAKKKKK….nggak mau, amphunnn, THOLOOOONGGGG…, AKHHHH..!! Sambadi heleppppp…… EUYYY.!!! OAHHDOW…!!” aku menjerit saat Non Nina membetot benda panjang yang tergantung di selangkanganku.

Aku menggapaikan tanganku ke atas berusaha menggapai kesadaranku yang menolongku dari perkosaan yang dilakukan oleh Non Nina yang gembrot. Dalam hati aku memaki kesal karena kehadirannya telah mengganggu khalayanku yang super indah dan hot, dengan senyum yang dipaksakan aku mengangguk kemudian melangkahkan kedua kakiku yang terasa berat untuk dilangkahkan T_T.

“Lohh koq muka kamu pucet sih Jang ?? kamu sakit ya sayang ??!!

ia menegurku, aku merinding hebat saat ia menyebutkan kata sayang

“Ehh, enggak Nonn, saya ngak apa-apa, sehatttt..!! sehat banget..!!”

aku mempercepat langkah kakiku meninggalkannya.

——-

Sepulang Jam Kantor…

Aku dan Darso mengendap membuntuti seorang gadis berambut pirang, Non Michelle seperti sedang menunggu seseorang, sesuai dengan sebuah rencana yang telah kami susun dengan matang. Tidak beberapa lama terlihatlah Non Shasha muncul menghampiri Non Michelle di tempat yang sudah dijanjikan, sebuah senyum mengembang di wajah si pirang, dengan lembut Non Michelle menggandeng pinggang Non Shasha masuk ke dalam sebuah ruangan yang biasanya digunakan untuk rapat. Dengan sedikit akal bulusku, ruangan itu segera beralih fungsi sebagai ruangan untuk merapatkan kelamin. Shasha duduk di pinggiran meja besar berbentuk U yang biasanya dipakai untuk berunding oleh para petinggi perusahaan. Michelle merayapkan tangannya pada paha Shasha, dengan lembut jemari Michelle merayap masuk kedalam rok mini Sasha dan menggelitiki pahanya bagian dalam. Rasa geli memaksa Shasha untuk merenggangkan kedua pahanya yang mulus, kedua tangannya bertumpu ke belakang pada meja saat kepala Michelle mengejar selangkangannya. Michelle memandang kagum pada belahan mungil yang merekah di selangkangan Shasha, jemarinya mengeksplorasi kemolekan vagina Shasha.

“Koq nggak pakai celana dalam sihhh ?? “

Shasha tersenyum penuh arti, ia menjawab seadanya…

“Nanti juga kamu pasti tahu koq….”

Tampaknya Michelle tidak terlalu peduli pada jawaban Shasha, gadis berambut pirang itu menjulurkan batang lidahnya, dengan lembut lidah Michelle menjelajahi rekahan vagina Shasha. Shasha mendesah saat Michelle menggigit-gigit lembut bibir vaginanya, sentuhan gigi dan gelitikan lidah Michelle dengan efektif menaikkan birahi Shasha.

“Ooouhhh, Michellleeeeee…, ahhhhhh”

Shasha tidak pernah menduga perpaduan antara gigitan dan hisapan dapat terasa senikmat ini, pahanya menjepit kepala Michelle kuat-kuat saat gadis bule itu mengamuk melumati belahan bibir vaginanya, berkali-kali bibir Shasha membentuk hurup “A” besar, serangan Michelle yang ganas membuatnya kewalahan.

Tangan kiri Shasha mendorong kepala Michelle menjauh dari selangkangannya karena tidak tahan lagi menahan rasa geli-geli nikmat yang menyerang wilayah intimnya.

“Napa ?? hemmm “

“Nggak tahan Chel, gelii…”

“Geli ?? tapi enak kan…. he he he”

Michelle tersenyum sambil membuka blazer shasha, satu persatu pakaian mereka terjatuh ke lantai. Shasha menatap kagum pada buntalan susu Michelle yang padat, tangan Michelle menarik kemudian membenamkan wajah Shasha diantara belahan payudaranya. Non Michelle mendesah pelan merasakan hisapan-hisapan mulut Shasha pada puncak payudaranya, wajah Michelle tampak renyah, kedua matanya semakin sayu saat wajah Shasha mendekati wajahnya. Lidah Michelle terjulur menggapai batang lidah Shasha, air liurnya bercampur dengan air liur Shasha. Bibir kedua karyawati cantik itupun saling memangut, ciuman Michelle berubah liar menjalajahi leher dan rahang Shasha. Wajah Shasha terangkat ke atas memberikan ruang agar Michelle lebih leluasa menggeluti batang lehernya, kedua matanya yang sipit terpejam-pejam saat jari telunjuk Michelle menekan masuk ke dalam jepitan bibir vaginanya. Cairan vagina Shasha menjadi pelumas bagi jari Michelle yang semakin aktif melakukan tusukan-tusukan yang akurat, di tengah gelora yang semakin liar tiba-tiba terdengar suara daun pintu yang dibuka dengan kasar hingga membentur dinding di belakangnya dengan suara keras.

“Krettttt… Brakkkkkkk…..!! “

“ Owwww…!! “

“HAHHH….!! “

Aku dan Darso berpura-pura keget. Wajah Michelle pucat pasi, tanpa dapat berkata apa-apa, ia berdiri mematung karena terkejut, Shasha berpura-pura menghardikku dan Darso.

“JANGAN MAIN BENTAK BEGITU DONG…!! Saya laporin nih Sama Pak Satpam di depan, biar diarak di jalan raya….!!Nggak bener nihh…berbuat mesum di tempat kerja…!!DARSOOOO.., cepat laporkan kejadian ini kepada Pak Satpam”

“Please Nooo…, Pleaseee….”

“Plas-Plis, Plas-Plis, nama saya Ujang bukannya Cuplis… sembarangan wae…!!”

“Jangan Ujanggg…jangannn” Non Michelle dan Non Sasha memohon kepadaku.

“Jangan?? Apanya yang jangan ?? Jangan dilaporkan atau jangan terlambat dilaporkan hah?? Saya ini selalu jujur bekerja, setia sama perusahaan kalau ada kejadian yang keluar dari jalurnya seperti ini, saya tidak akan tinggal diam…., saya akan…..”

“WOIIIII…, diem lu Jang..! Bacot lu tuh kepanjangannn…NYAHOO!!”

Darso menyemprotku,

Si gemuk itu maju ke depan, matanya mendelik merayapi tubuh seksi Non Michelle, dengan gagah Darso memasang kuda-kuda, kemudian mendekati Michelle yang menyilangkan kedua tangannya di dada saat mata Darso melotot memelototi buah dadanya yang buru-buru membalikkan tubuhnya memunggungi Darso.

“Hua Ha HA HA Ha…mana Jangg , Manaaaa ?? Dasar lemah luu..!! Selangkangan doang yang gede n panjang….!! masa kalah ama cewe..!!, sampai dibikin jungkir balik pula Wa ka ka ka ka ka…..”

“Sialan lu…!!”

“Nihhh, ciatt.. Plakkk. Ciatttt… Plakkkk plakkk.., Mana ?? cewe jagoan ?? nggak ada apa-apanya Koqqqq, nihh Plakkk Plakkk..!!.Hiatttt…!! Plakk..”

Darso terkekeh-kekeh sambil menepuk-nepuk buah pinggul Michelle bergantian yang kiri dan yang kanan sambil bergaya bak Jet Lee bertubuh balon, wajah Darso maju ke depan kebagian Tengkuk Michelle, hidungnyaa mengendusi leher belakang Michelle.

“Bukkkkk…..!!

“Hakkkkkkkhhhssss….!!”

Seiring dengan suara keluhan kerasnya tiba-tiba wajah Darso terangkat ke atas saat sebuah uppercut mampir di dagunya, tubuhnya limbung ke belakang kemudian dalam hitungan ala wasit “satuu, Duaaaa, Tigaaaa… Gubrakkk..!!”, tubuh besar Darso jatuh berdebam, kedua matanya teler tubuhnya tergeletak diatas lantai, sementara mulutnya merintih kesakitan.

“Haaduh biyunggggg… , mampuss dahhh,.ngehhhh….”

“Rasain luhh, Wak ka ka ka ka ka”

Aku cekakakan, setelah puas menertawai Darso, aku mengeluarkan sebotol Pulpy Orange, kubuka tutupnya kemudian menaruh minuman segar itu diatas meja, dengan santai aku mundur dan membuka pintu ruangan bersiap-siap untuk lari marathon.

“Sekarang tinggal dipilih..!! ,Non Michelle mau minum Pulpy Orange..!! Atau saya teriak nih…!! Rohmannnn….!! SOLEHHHHH…..!!BURUAN KADIEEEU……!! Eittt… jangan coba-coba mengejar Saya. , saya jamin jari saya lebih cepat ketimbang Non Michelle…!!”

Aku langsung mengancamnya yang hendak melompat menerjangku, Non Michelle buru-buru melintangkan kedua tangannya melindungi payudara dan vaginanya dari kebuasan tatapan mataku yang mendelik dengan spontan Non Michelle kembali membalikkan tubuhnya memunggungiku.

“Jangan Ujangg.. Jangann,!!Chell. Minum aja Chell..!! Cepetttt….”

Non Shasha berpura-pura panik, setegar-tegarnya Non Michelle tentu saja ia ketakutan jika sampai digerebek oleh Pak Satpam apalagi disertai ancaman serius, diarak di jalan raya. Di tengah kepanikannya dengan cepat Michelle menyambar dan meneguk habis minuman pelepas dahaga yang tentu saja isinya sudah kucampur dengan serbuk pelepas birahi super, dalam waktu 15 menit efeknya segera bekerja dengan efektif sehingga membuatku berani mendekatinya yang tampak gelisah.

“Berlutut Non…., Saya kasih kontol gratis…”

Kuletakkan dan kutekankan telapak tanganku di bahunya. Ia berlutut di hadapanku, kubelai-belai kepalanya, kebaikanku dibalas olehnya, sebagai gantinya kini telapak tangannya meremas celana panjang yang kukenakan tepat di bagian selangkanganku yang menggembung, dengan terburu-buru jemarinya membuka ikat pinggangku, kemudian melepaskan pengait celanaku dan Srettttt…….!!

“AOHH..!! Makkkkk…!! Hati-hati Nonnnn, Nanti punya Saya kegigit resleting…….!! Wuuuuuakkkkhhhhh”

Dengan kasar Non Michelle mengodok dan merengut batang penisku, waduhh, kasar sekali tangannya mengocok-ngocok batang penisku, batang lidah Non Michelle menempel di buah zakarku kemudian happpp, Mulutnya mencapluk buah zakarku, mengemuti sepasang buah zakarku.

“P-Pelan, Pelan-pelan Non..,”

Gila…!! Non Michelle begitu liar menyantap batang penisku, cium sana, cium sini, jilat sana jilat sini,dalam waktu yang relatif singkat batang penisku kuyup terbasuh oleh air liur Non Michelle. Aku menahan nafas saat mulutnya terbuka lebar memayungi kepala penisku dan Kreppppp….mulutnya mengatup menelan kepala penisku, kepala Non Michelle bergerak maju mundur dengan teratur,nikmat sekali rasanya saat batang lidahnya menggesek-gesek melingkari kepala penisku, ia begitu keasikan mengoral batang penisku hingga tidak menyadari Darso mendekatinya, dengan kasar Darso menjambak rambutnya yang pirang.

“Ahhhhh….!! “

“Sialan lu, maen uppercut seenaknya,Sini….!! “

Dengan kasar Darso menekankan punggung Michelle hingga buah dadanya menempel di atas meja. Kaki Darso menyepak kaki kanan dan kaki kiri Michelle agar merenggang, batang penisnya menggesek belahan pantat Non Michelle sebelum akhirnya menekan kerutan dubur si pirang. Kedua mata Non Michelle membeliak saat kerutan duburnya terasa merekah dirojok oleh kepala penis Darso, wajahnya yang cantik mengernyit kesakitan, otot dubur Michelle mengkerut berusaha menghalangi masuknya batang penis Darso. Perlawanan otot dubur Michelle berakhir tragis saat Darso menyentakkan batang penisnya kedepan membongkar paksa kerutan liang anusnya.

“OAHHHHHHHHHH…..!! it’s HURTTTTT….! ARRRGGG..!!”

“Gimana rasanya kalau bool lu yang gua uppercut pake KONTOL gua HAH !! Sakit banget kan ?? JAWAB LU LONTE…!! “

Dengan beringas Darso menyodomi Non Michelle, yang ber-oh-ah-oh-ah tanpa daya saat penis besar Darso menyodominya dengan kasar.

“UNGGHH.. UNGGGHHH NGGUHHH, its too Hurrth-akhhh..!!”

Non Michelle melenguh-lenguh keras, jarinya mencakar-cakar meja untuk melampiaskan rasa sakit yang begitu hebat mendera lubang duburnya, dengan seenaknya Darso mengocek-ngocek liang anusnya. Tanpa melepaskan Non Michelle ia duduk di atas meja. Posisi Michelle duduk dipangku oleh Darso dengan kedua kakinya yang mengangkang, liang anusnya tersumbat oleh batang penis Darso yang terbenam hingga ke pangkal penis, batang penisku mendekati belahan vaginanya yang berwarna pink.

“kemon Jang, kita hajar bareng-bareng…”

Dengan satu tusukan yang kuat kubenamkan batang penisku ke dalam rekahan vaginanya. Sempit, peret, namun sudah blong alias sudah nggak perawan lagi, Non Michelle mendesah-desah menggairahkan saat batang penisku bergerak keluar masuk menusuk-nusuk liang vaginanya.

“O la laaa, sudah pernah dirojok ya Non?? kapan sih saat pertama kali Non Michelle entotan…?? “

“six teenn y.o Unnnhhh…”

“Wahh,koq bisa pas banget sama standar KBB ya ??”

“What isssshh, Kha Bhe Bhe….??”

“Oooh itu tehh, Kisah Biuti en de Bis, emang Non Michelle nggak tahu ?? ntar deh saya ajak Non Michelle ke warnet biar tau apa itu KBB…”

“Ooo Yeahhh.. Yesssh, Yessshh Ahhh.., Emmmm YEAhhhh…”

Suara Non Michelle mirip seperti suara pemeran wanita difilm-film porno. Non Shasha melangkah menghampiri dan memelukku dari samping kanan, bibir Non Shasha mengejar memangut bibir Non Michelle sambil menggenjoti belahan vagina si pirang aku bergantian berciuman dengan Non Shasha dan Non Michelle.

“Ahhh.. Crrr Crrrrr Sruutttt.. cruutttt..ohhhhhhh…..”

Wajah Non Michelle terangkat ke atas, sekujur tubuhnya mengejang kemudian sepasang kakinya terkulai lemah, selemah tubuhnya yang terdesak-desak akibat belahan vaginanya kusodok dan liang anusnya disodomi oleh Darso, untuk beberapa saat lamanya Non Michelle pasrah disandwich olehku dan Darso.

“Emmmhhh, Darsoooo, akkkkhhhh Ujanggggg….ahhhhh, fuck me!!”

Kenikmatan mengupas wajah asli Non Michelle tiba-tiba ia menjerit keras untuk melampiaskan nafsu birahinya, tubuhnya yang seksi menggeliat-geliat liar. Keliaran Non Michelle dan jeritan-jeritannya membuatku dan Darso semakin bergairah untuk menyetubuhinya, Non Shasha menjulurkan lidahnya, dengan rakus ia menjilati rahang dan dagu Non Michelle kemudian bibirnya membekap bibirnya. Pipi non Shasha mengempot saat ia mengemut bibir Non Michelle.

“Ujanggg aku pengen dijilatinnnnn”

Aku mendelik saat Non Shasha mengangkangkan kedua kakinya, ia bersandar santai di sebuah kursi, aku mencabut batang penisku dari himpitan vagina Non Michelle kemudian aku merangkak di antara kaki Non Shasha yang mulus, kubenamkan wajahku dalam-dalam sambil menghirup aroma therapy di selangkangan kekasihku yang cantik jelita. Aroma vagina Non Shasha menjadi obat yang mujarab meredakan rasa pusing yang menggeluti kepalaku.

“Non suka pusing ngak ??”

“Pusing ?? pusing kenapa jang ??”

“Maksud Saya , kalau Non Shasha nggak beginian nih…”

Aku bertanya sambil menyelipkan jari jempol di antara jari telunjuk dan jari tengahku kemudian memasangnya didepan wajah Non Shasha, kekasihku yang cantik menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah jengah..

“Kalau saya suka pusing Non…,”

“itu sih kamunya aja yang hipersex.., “

Non Shasha menjawab sambil mencubit hidungku yang pesek. Tangan kanannya menekankan kepalaku tanpa membantah aku kembali menikmati sajian nikmat di selangkangannya, dengan menggunakan dua buah jari aku membuka bibir vaginanya. Sebuah kacang mungil terselip di belahan vagina non Shasha bagian atas, kujilati clitoris Non Shasha hingga ia mengejang saat mencapai klimaks. Non Michelle menggeliat turun dari pangkuan Darso, ia merangkak menghampiri selangkangan Non Shasha, aku memberikan jalan untuknya, kuremas-remas dan kuelusi buah pantatnya yang empuk..

“Ahhhh Michelle……….”

Batang lidah Non Michelle menyapu permukaan vagina Non Shasha kemudian ujung lidahnya menggelitiki rekahan vagina dan tonjolan klitoris Shasha, tubuh Shasha menggeliat-geliat indah. Geliatan tubuh Non Shasha memancing Darso untuk menghampiri dari arah samping, wajah Darso memayungi buntalan dada Non Shasha sebelah kanan kemudian Nyammmm, Nyammmm Nyammmm, bergantian Darso mengunyah-ngunyah, menggeluti susu Non Shasha.

“Pesawat Stealth jenis Bomber B2 super” milikku melayang di udara , dengan cepat pesawatku menungkik mendarat di hanggar sempit yang nikmatnya bukan kepalang, kudesakkan batang penisku menggali liang dubur Non Michelle.

“Gebb-BROSSSHHH…!! BLUPPHHH…!!”

“OOOOOO……!!”

Terdengarlah sebuah suara seruan keras seiring dengan tersungkurnya tubuh Non Michelle saat kuhantamkan batang penisku membongkar kenikmatan di liang duburnya. Kugerakkan batang penisku memutar, mengaduk-ngaduk anusnya. Mulut Michelle mencucup dan menghisap kuat-kuat vagina Non Shasha sementara tangannya menyambar batang penis Darso dan mengocok-ngocok batang penis Si Obe berbody seperti layaknya Rony Dozer.

“Pofffhh Poffffhhh Pokkkk Pofffkk Pokkkk…” suara berkeceplokan terdengar menggairahkan mirip seperti suara butir- butir telur yang pecah saat berjatuhan dari sebuah keranjang

Kuayun-ayunkan batang penisku menyodoki liang anus Non Michelle dalam ritme yang cepat kemudian melambat saat si pirang merintih antara sakit dan nikmat.

Setelah suara rintihannya mereda aku kembali menyerang anusnya dengan membabi buta hingga Non Michelle memekik keras, setelah puas menyodominya , kucabut dan kujejalkan batang penisku kedalam himpitan Liang Vaginanya, tubuh Non Michelle terdesak maju mundur dalam posisi doggy style memgikuti ayunan penisku.

“Ohhhhh..!! Uhh YEAHHH…!! Pofh…N-Nooo.. Pleaseeee fuck me“

Non Michelle merangkak, ia mengejar batang penisku

“Kemon Nonn.., Kadieu….Eittthhh…!! ngak kena Nonnn”

Terjadilah pertempuran kecil antara Ujang the matador Vs seorang gadis cantik berambut pirang, saat mulut Non Michelle hendak mencaplok batang penisku kugerakkan ujang junior menghindar ke kanan hingga terhindar dari caplokan mulut yang tentunya sangat berbahaya bagi orang yang lemah jantung. Saat Non Michelle hendak mencaplok ke kanan sambil melangkah mundur kugerakkan Ujang junior menghindar ke kiri, berkali-kali aku mempermainkan Non Michelle kemudian pada suatu kesempatan aku melangkah maju sambil membantingkan batang penisku menampar pipi Non Michelle.

“PLAKKK…!! “

“Auhh..!! Ujangggg… Pleaseeeeee, I want it..”

“Pake bahasa Indonesia Nonnn, jangan pake Bahasa Inggris atuh..!! I’m kurang ngarti nih…. ”

“Ujangg, aku mau ngisepin kontol kamu, ayo Ujangggg….”

“Seneng nyepong ya Non….??”

“Seneng banget, mauuu…”

Aku berdiri sambil berkacak pinggang, kusodorkan batang penisku ke dalam mulut Non Michelle yang ternganga, dengan rakus ia menghisap-hisap batang penisku, Nyyooottt… Nyooootttt.. Nyotttt…bibir Non Michelle yang monyong tersumbat oleh batang penisku bergerak maju mundur dengan teratur.

“Gilaaa..!!“ aku berseru kagum, Non Michelle merendamkan batang penisku ke dalam tenggorokannya sedalam yang ia sanggup, tanganku mengelus rambutnya yang keemasan, ia menengadahkan wajahnya ke atas. Kedua matanya bertatapan dengan mataku, kerongkongannya memeras-meras kepala dan batang penisku.

“Sini Nonn, saya cape berdiri melulu, duhhh andai saja saya yang menjadi direktur, semua karyawati disini ngak usah pake baju kalo lagi kerja.., pasti asik ya……. “

Aku berangan-angan sambil duduk bersandar di kursi empuk, tepat dimana si tua Selmi biasa duduk jika ia memimpin rapat penting, dengan suka rela aku menerima hadirnya sesosok tubuh mulus yang mendudukiku dalam posisi duduk saling berhadapan, kubenamkan wajahku di belahan dada Non Michelle, kukecupi buntalan buah susunya tanpa terlewatkan satu centipun, kugigit puting susunya yang mengeras kemudian aku menyusu dipuncak payudara Non Michelle sebelah kiri sementara tangan kananku meremas-remas payudaranya sebelah kanan.

“Aduh Nonnn, susu import-nya mantabbbbb…!!

“Uj-Ujanggg.., Auhhh, akhhh..”

“Nyummmm Muahh Nyemmmm Mmmhhh Hummmmhhhhh”

“ahhh, emmmhh – emmmmhhhh, ahhhh, hsssshh ahhhhhh”

Keluhan Non Michelle semakin melemah dan akhirnya bibirnya hanya dapat mendesah dan merintih lirih saat aku bergantian mengunyahi sepasang buah dadanya yang semakin membuntal. Wajahku terangkat ke atas saat merasakan belaian pada kepalaku, kumonyongkan bibirku ke atas menyambut bibir Non Michelle yang meluncur turun

Kecupan-kecupan ringan mulai saling berbalas, seiring dengan naiknya nafsu birahiku dan Non Michelle, ciuman dan lumatan-lumatan liar mulai bekerja dengan efektif memanjakan nafsuku dengannya, batang lidahku dan batang lidah Non Michelle bergerak bergantian saling mendesak dan mengocek-ngocek rongga mulut lawannya.

“Cupphhh Cuphhhh.. Cuphhhh….”

Kedua tanganku mencapit pinggang Non Michelle, kubandingkan kulitku dengannya, kulitku begitu hitam kecoklatan mirip seperti kerupuk gosong, sedangkan tubuh Non Michelle begitu putih bersih tanpa noda, entah kenapa tiba-tiba aku kelepasan bertanya dari lubuk hatiku yang paling dalam.

“Non Kalau mandi pake rinso anti noda ya ??

“Enak aja.., emangnya aku baju…!!.”

“Bukan baju Nonn, tapi sarunggg.. he he”

“Sarung ?? “

“Sarung kontol saya..ha ha ha ha, nah bicara tentang sarung kontol, masukin dong Nonnnn…., ”

“Eussshhh Owwww….”

Aku meringis merasakan cubitan pedas Non Michelle di dadaku.

“ehhh mau kemana Non ??!!!Sini Nonnn…!!”

Aku protes keras saat Non Michelle turun dari pangkuanku, ia hanya tersenyum sambil menepiskan tanganku yang hendak meraih tubuhnya kemudian mengibaskan rambut emasnya ke kiri dan kanan, tubuhnya yang seksi melenggok gemulai, desahan-desahan manjanya begitu menggoda, Non Michelle berstriptease ria untuk menaikkan nafsu birahiku, dan ia berhasil dengan sesukses-suksesnya.

“Wahhhhh ?? !! Gileee…, Darso sini cepet…!! wuihhh, GELOO..!!“

“Enggak ah Jangg , gue lagi seru nihhh Emmmhhh kemon Non, terusss…, goyanggg…, cie-ilehhh goyangan Shasha asik punya, CIHUYY..euy!!” Batang penis Darso menghajar liang vagina Non Shasha dengan sekuat tenaga.

Detak jantungku semakin keras saat Non Michelle menggeliat di antara kedua pahaku yang mengangkang, bibirnya menciumi pahaku bagian dalam dan terus naik ke atas mengejar buah zakarku, batang lidahnya yang basah dan hangat memainkan buah zakarku, jika diperhatikan lidah Non Michelle seperti sedang menjilati s krim saat ia menjilat-jilat batang kemaluanku.

“Ujang sayanggg, pinjem kontol kamu buat sikat gigi ya… Houuphhh”

Non Michelle tersenyum nakal, kemudian mulutnya menganga dan tenggelamlah Ujang junior kedalam rongga mulutnya, dengan menggunakan kepala Ujang Junior, Non Michelle melakukan gerakan seperti orang yang sedang menggosok gigi. Hisapan dan juga gesekan-gesekan kepala penisku pada giginya mengakibatkanku bergantian merasakan rasa sakit dan nikmat, seenaknya Non Michelle mempermainkan penisku menganiaya Ujang Junior.

“J-jangan kena gigi Non , Ouwwww.., Akhhh Uhhh, HEUDEUHH…!! Sudah, sudahh Nonnnn, Ehhh jangan Nonn.., dihisap, Hi Hi Hi dihisap Nonnnn, digelitikin pake lidahhh Ahe he he, geli ehhhhssssshhhh Enakk Nonnn. WeeeeHH-Ughhhhh…!!ihhh, Sini Nonn….jangan kena gigi Nonnnn, Ayo Dong Ahh, Eowwwww, sakitttt Nonnn hakkkhhhss..”

Non Michelle menepiskan tanganku yang hendak meraih tubuhnya, aku merengek agar ia segera menaikkan vaginanya pada batang penisku. Tubuh Non Michelle yang seksi mulus melangkah mundur saat aku berdiri dan mengejarnya, dengan gerakan meliuk yang indah ia menghindari terkamanku.

“Hupppp…, kena…!!“

“Aduhh…!! Awww,!! Ujangggg he he he he”

Pada suatu kesempatan aku menyambar pinggangnya. Non Michelle terkekeh saat aku mendudukkannya di pinggiran meja, kedua kakinya mengangkang mempertontonkan keindahan belahan vaginanya.

“Nonn, Inget Ya…, mulai besok jangan pernah sekali-kali memakai celana dalam kalau Non Michelle berangkat kerja, pokoknya nggak boleh…!! Jelas Non ?? “

Non Michelle terdiam, ia menatap Shasha yang tengah disetubuhi oleh Darso, pertanyaannya kini terjawab sudah. Untuk sesaat ia terlihat bimbang namun akhirnya ia mengangguk menyetujui permintaanku, aku bersujud di hadapan selangkangannya, kutusukkan dua buah jariku menusuki belahan vaginanya, ujung lidahku memijat-mijat klitoris Non Michelle, sesekali kutengadahkan wajahku ke atas untuk melihat ekspresi wajahnya sambil mempergencar tusukan-tusukan kedua jariku pada rekahan vaginanya.

“Ohhhhh… Crrruuuttt.. cRrrruuutttt….”

Lingkaran otot Vagina Non Michelle menggigit kuat kedua jariku, liang sempitnya terasa berkedutan berkontraksi dengan kuat, seiring dengan itu kedua jariku yang tengah berendam di dalam vaginanya seperti disiram oleh cairan panas yang lengket perlahan kutarik kedua jariku keluar dari dalam cepitan vaginanya, mulutku terbuka lebar-lebar menangkup rekahan vagina Non Michelle, kuhisapi cairan vaginanya yang gurih.

“Auhhh..!! Ujangggg…, ohhh nikmatt…ahh, ahh OWWW…!!.”

Non Michelle menendang pundakku saat gigiku menggigit bibir vaginanya, aku terkekeh sambil bangkit berdiri, kugesekkan kepala penisku pada belahan vaginanya yang sedikit merekah menanti datangnya batangku yang besar panjang.

“Nggghhhhhh…. Uj……aaaannn…ggggggg”

“Michelleeeeeeee…, Ohhh ampunn, !!nikmatnya memek import…!!”

Kedua tanganku mencengkram buah susunya kemudian meremas-remas buntalan buah dadanya, kutarik-tarik pentilnya sambil menyodok-nyodokkan batang penisku menghajar belahan vagina non Michelle, kuayunkan batang penisku kuat-kuat menggedor-gedor belahan liang vaginanya yang mulai cerewet mengeluarkan suara-suara becek.

“Plefffhh..!! Plefffhhh..!! Plefffffhh..!!!”

“Ngehhh, Akhhh Hegkkkk.. AWW, Hssshh “

Helaan nafas Non Michelle terputus-putus saat liang vaginanya digempur hebat, dihajar dan dihantam oleh batang penisku, bibirnya terus menerus mengeluarkan suara – suara menggairahkan yang memancing nafsu birahi, kumainkan tempo tusukanku dari cepat ke lambat, kemudian saat ia terlena , kuhajar liang vaginanya yang nikmat dengan brutal hingga kedua mata Non Michelle membeliak-beliak merasakan kenikmatan yang berlebih, tubuhnya yang seksi mulus terguncang hebat tanpa daya, butir-butir keringat memandikan tubuhku dan tubuhnya. Kukalahkan Non Michelle sebanyak dua kali hingga ia terkulai lemas. Aroma tubuh Non Michelle berbaur dengan aroma alat kelamin kami berdua.

“Ujanggg.., Enakkhhh Hekkkkk, Ngeeeehhhhh…!!”

“Sama Non saya..h Jhuuuuuga ENAKKK…!!”

“Kocok yang kuat Janggg,, yang kuatttt….Akkhhhh..!!.”

“Kaya gini Non ??”

“Eggghhhhh… Akhhhhhhhhh Crruttt cruttttt…..”

“Muncrattt….lagi ?? he he he he, gimana nih Non ?? kalah melulu sampe memek Non Michelle banjirrrr, gimana Non ?? enak ya??. ”

“Ooo Ujanggggghh you’re so stronnggghhhh !!”

Aku berbangga diri saat mendengar pengakuan Non Michelle yang mengakui keperkasaanku, rintihan dan rengekan Non Michelle membuatku semakin tekun dan rajin memberinya sodokan-sodokan kenikmatan, wajah si pirang yang seksi mengernyit hebat saat ia mencoba menahan nikmatnya rojokan kerasku pada rekahan liang vaginanya.

“Lets try whomen ngon tophhhh…” di tengah dengus nafasnya yang memburu Non Michelle mencoba untuk berkomunikasi denganku, dan tentu saja terjadi miskomunikasi akibat ketidak jelasan suaranya yang meminta sesuatu.

“Hahh ?? !! women ngentot ?? lah… inikan lagi…ngentot..”

“Bukan women ngentot ujang sayanggg, women on yop… Plophh”

Non Michelle menarik vaginanya hingga batang penisku terlepas dari himpitan celah sempitnya, aku berbaring pasrah di atas lantai. Non Michelle mengambil posisi jongkok menghadap padaku, mirip sekali seperti sedang buang air kecil di atas batang penisku, bedanya kini ia akan berusaha keras untuk membuang cairan kenikmatannya.

“oohhhhhh, hsssshhhhh, uhhhhhhh, ohhh-yeahhhhhh..!! yeahhhhh…!! “

Wajahnya terangkat ke atas seiring dengan masuknya batang penisku membongkar liang sempitnya, wajah Non Michelle tampak renyah saat menikmati gelusuran kepala penisku yang menggelosor masuk semakin dalam hingga akhirnya vagina Non Michelle menduduki batang penisku dengan sempurna, aku terlena oleh senyumannya saat ia memandangiku dan aku semakin terlena saat otot vagina Non Michelle bergerak turun naik pada batang penisku, dinding vaginanya meremas–remas dan memanjakan batang penisku dengan kenikmatan yang dicari oleh setiap laki-laki. Kedua tangannya menekan bahu kanan dan kiriku untuk menjaga keseimbangan kemudian vaginanya bergerak liar turun naik menghempas-hempas dengan dahsyat, sedahsyat amukan lautan birahi yang diarungi oleh kami berdua saat alat kelamin kami berdua saling mendesak dan menyerang dengan membabi buta.

“Ohh, Darsoo.. “ Michelle mengeluh saat selangkangan Darso menaiki buah pantatnya, batang penis Darso menggesek belahan vaginanya kemudian sibuk mencari jalan untuk memasuki liang anusnya,

Aku menolehkan wajahku kesebelah kanan memandangi Non Shasha yang terkulai.

“Waduhh…!! Lu apain sampe Non Shasha ampe babak belur begitu ??”

Aku menyindir Darso yang sudah sukses mempecundangi Non Shasha, kekasihku yang jelita tertidur dengan kondisi rambut acak-acakan setelah habis-habisan digenjot oleh batang penis Darso, tubuhnya yang putih mulus bersimbah kucuran keringat.

“Owwww…!! Akhh Hekkkkhh ..!! Ouhhhhhh…!!!”

Non Michelle hampir menangis saat aku dan Darso menggempur lubang anus dan lubang vaginanya, untuk sesaat aku dan Darso berhenti kemudian merayunya untuk bertahan lebih lama lagi demi memuaskan nafsu birahiku dan Darso.

“sebentar lagiii Nonnn, sebentar…” aku mencoba untuk menghiburnya.

“Dikit aja, sedikit….”Darso menimpali.

“Ujanggggg…, ngak kuattt ,aghhhhhhhhh.. crrr crrrr crrutttt…!!”

“Sedikit dan sebentar” datang silih berganti dan akhirnya melewati, detik, menit dan jam, butir-butir keringat yang meleleh menjadi pemicu dan bahan bakar bagi keliaranku dan darso untuk menyetubuhi tubuh Non Michelle yang seksi mulus, rengekan-rengekan Non Michelle yang kewalahan menjadi minyak alami bagi nyala api birahi yang semakin berkobar-kobar dengan dahsyat, tidak terasa malampun semakin larut, gelapnya malam menyembunyikan kenikmatan yang tengah dinikmati olehku. Darso dan Non Michelle, gerakan kami bertiga semakin kacau, suara erangan dan rintihan terus terdengar dari bibir Non Michelle.

Vagina import Non Michelle berkedut-kedut kuat demikian juga anus importnya, dan akhirnya kami bertiga mengeluh bersama-sama disapu dengan keras oleh gelombang kenikmatan yang begitu hebat menggulung tubuh kami bertiga..

“ahhh Ujangg Ahhhhhh.. !! Darsohh-HHHeghh Crrrr crrutttttt…”

“NON MICHELLEEEEE…..!! CROTTTT CROTTTT…CROTTTT..!.”

Aku dan Darso berseru keras saat berlomba mengisi liang anus dan liang vaginanya dengan sperma kami berdua, aku menggigit batang lehernya sebelah kanan sedangkan Darso menggigit batang lehernya sebelah kiri, dua buah bekas gigitan kemerahan menjadi stempel di leher Non Michelle yang jenjang. Aku berbaring di sisi kanan dan darso berbaring di sisi kanan tubuh Non Michelle yang terlentang lemas. Kami berdua mengobrol sambil asik mengelus, meremas dan menghisap-hisap dada Non Michelle, tidak berapa lama aku dan Darso bergantian menaiki “barang import” di dalam ruangan rapat yang mengeluh kelelahan saat rekahan vaginanya bergantian kembali dipacu, disodok dan dirojok oleh batang penis kami berdua, ia bahkan meronta berusaha melepaskan diri saat vaginanya dan anusnya disandwich dengan brutal. Aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat sambil memompa liang anusnya, sedangkan Darso mencekal pinggang Non Michelle untuk mengatasi rontaannya, batang penis Darso merojok kuat-kuat rekahan vaginanya yang memar.

“aduhh Ujanggg, Darssoooo, aku capek, pegel nihhhhh…”

“Dikit lagi…. dikit…..lagi..Nonnn”

“dari tadi dikit mulu…, udah donggg hik hikkk hikk…”

“Sebentar Sayanggg…, tahan sebentarrr aduhhh, enaknyaaa”

====================================================

Tangan kiriku memanggul segelas teh pahit kesukaan wanita penghisap darah itu, “Tokk.. tokkk.. tokkkkk” aku mengetuk dengan sopan, hmmm, ngak ada yang nyahut, mungkin kurang keras, kali ini kuperkeras ketukanku, tokk.. TOK TOKKKK…!! masih juga tidak ada sahutan dari dalam ruangan Bu Selmy. Kali ini kukerahkan seluruh tenaga yang kumiliki dan kuketuk kuat-kuat pintu yang tertutup itu, tiba-tiba saja pintu itu terbuka lebar dan ketukan kerasku mampir dijidat seseorang..

“Bletakkkkk !!!”

“Heiiii……!!”

Sebuah suara melengking terdengar menggetarkan jagat raya saat ketukanku menempel di jidatnya. Matanya mendelik mirip seperti buto ijo yang sedang terangsang. Mataku ikut mendelik, WADUH! makhluk apakah gerangan yang begitu mengerikan di hadapanku ini?! Tunggu dulu!! sepertinya aku mengenali si dia yang jidatnya kuketuk keras sampai wajahnya yang keriput terangkat ke atas, EMAKKK..!!

“Aaaaaaaaaa…. uuuuuuuu… aaaaaaa…. uuuuuuuuu, anu ini, itu, dan yahh, begini buuu itu, ini, anu ibu keriput. Ee-ekkkhhhhh”

“APA KAMU BILANGGG !!

“B-bukan, bb-bukan itu maksud saya, ini anunya saya, silahkan bu.. silahkan, euhhh teh bu, dimakan bu, silahkan dimakan, anu saya..itu..ambil silahkan di teh.”

“Dasar GOBLOKK…!! BRAKKKKK…!!.”

Pandangan mataku menatap kosong pada daun pintu di depan wajahku.

“UJANGGGGG…..!!” terdengar teriakan keras memanggil namaku

Tanpa banyak pikir panjang aku menerobos pintu itu sekuat tenaga, jelas saja aku termental kebelakang saat beradu dengan sang pintu yang begitu kokoh.

“BRAKKKKK..!! GEDEBUKKK….!!OOAAKKH…”

Aku jatuh duduk dengan posisi kedua kakiku yang agak mengangkang, sementara kedua tanganku menahan kebelakang agar punggungku tidak roboh kelantai, pintu itu kembali terbuka lebar-lebar, dan suara stereo full power itu kembali melengking memanggil namaku.

“UJAAAAANGGGGG…..!!

“Disini Buuuuuuu…!! disini…!!” kuacungkan jari telunjukku ke atas sambil berusaha untuk bangkit berdiri.

“NGAPAIN KAMU DUDUK-DUDUK DISITU…HAH!! NIHH segera Fax dokumen ini kenomor xxxxxxxxxxxx, awas kalau salah lagi , KAMU SAYA PECATTTTTTT……NGARTIiiiii!!”

Tanpa banyak berkomentar aku menerima tugas penting yang diberikan oleh Bu Selmy, kudaki anak tangga menuju ruangan perfax-an yang ditunggui oleh seorang karyawati cantik bagian arsip yang bawelnya minta ampun, namanya Non Sherina, biasa dipanggil Sherin. Tubuhnya yang slim mungil selalu sukses membangunkan ujang junior di pagi hari, aku melompat ke sisi kanan meja Non Sherina, kusodorkan dokumen penting di tanganku.

“Nonn, ini di fax-in kenomor xxxxxxx…”

“Fax aja sendiri, kamu yang disuruh, koq malah nyuruh lagi sama aku…sih!!” ia menjawab ketus sambil menatapku dengan tatapan juteknya, kemudian kembali menatap ke monitor Lcd, tangannya begitu lincah mengetik-ngetik tuts keyboard.

“tolong saya nonnnn, tolooongggg…, saya nggak bisa”

Aku hampir menangis mengingat nasibku berada pada keberhasilanku menuntaskan tugas penting ini, jika aku sampai gagal, maka tuntaslah sudah hidup ini.

“duhhhh…!! ngerepotin amat sih jadi orang..!! masa ngefax aja ngak bisa..!!”

Bukannya membantu, ia malah mengomeliku yang gaptek.

“Cepet masukin dulu…”

“masukin ?? apanya Nonn ?? “

“yang kamu mau disiapin, terus masukin dulu!” ia menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.

“Hahhhhh ?? !! beneran nih nonn ??“

Wahh, pucuk dicinta ulam tiba nih, dimasukin? hi hi hi, buset dah…!!, yang saya mau?? jadi minta dicoblos nih ceritanya?? langsung aja?? gak pake neko-neko?? Alamakkk, jarang-jarang ada cewe kaya gini mau ngangkang tanpa syarat, non Sherin i lop u , muahh , muahh, beibeh ^_^

“ihh, gimana sih, kamu itu tuli apa ?? cepetan dong masukin…!!”

Aku tersenyum lebar sambil perlahan menurunkan resleting celanaku dan menarik alat suntikku keluar dari sela resleting celanaku. Ia masih sibuk merapikan dokumen-dokumen yang berserakan, entah dokumen apa itu, aku tidak tahu , yang jelas ia tampak sibuk.

“srettttt…..!! ini nonn, udah siap dimasukin, tinggal disiapin lubangnya..”

“awwwwwwwwwww….!! gilaaaa!! apa-apaan kamu hahh??!! keluarrrr..!! dasar brengsekkkk…..!! KEPARAT…kurang ajar….!! ke laut aja luu…!! MAMPUSSS sana…!!“

Ia menoleh ke arahku kemudian membentak sambil memalingkan wajahnya ke arah lain dan mencaci maki dimix dengan sumpah serapah. Aku gugup memasukkan kembali senjataku yang mengacung siap untuk bertempur dengan si jutek yang memiliki wajah jelita, non Sherina menggebrak meja dan kembali mengusirku.

“brakkk…!!, Keluuuu….ARRRRRRR….!!”

“t-tapi nonn, saya jadi bingungg…kata non tadi cepet dimasukin, begitu sudah dikeluarin, non malah marah-marah sama saya…,tolong saya non, kalau saya tidak berhasil mem-fax dokumen penting ini, sa-saya pasti dipecat oleh Bu Selmyy.. toloooonnnggg lah nonnnnn….”

“yang dimasukin itu kertasnya tolol…!! makanya punya otak jangan di selangkangan melulu..!! nyebelinn…!!, ya udah mana sini yang harus difax…., nihhh perhatiin caranya, supaya nanti kamu bisa n ngak bikin susah orang….”

Sebuah senyuman melebar di wajahku saat dokumen itu berhasil difax.

“Nihhh!!, kamu kembalikan dokument ini beserta bukti faxnya buat Bu Selmy…, emmmm, satu lagi…., kamu segera kembali lagi ke sini ya…”

“bb-baik nonnn, baikkkk…., terima kasih ya Nonnn…”

“sudah…sana, cepet nggak pake lama…!!”

Secepat kilat aku menuju ruangan Direktur Utama untuk mengembalikan dokumen penting di tanganku kepada Bu Selmy. Aku menunduk sedalam mungkin tidak berani berlama-lama menatap Bu Selmy yang sedang manyun sambil mengurut-ngurut benjut di jidatnya. Aku mohon diri dengan sopan, mata Bu Selmy menatapku dengan tajam. Selangkah demi selangkah aku mundur dengan teratur ke arah pintu, setelah mengangguk sopan, aku membalikkan tubuhku dan menyelinap keluar. Dengan lemas aku menepati janjiku, kulangkahkan kakiku dengan berat menuju ruangan Non Sherina. Hari ini terasa begitu berat, entah apa lagi yang akan menimpaku sekarang ini hiks hiks, hiks.

“tokkk. Tokkkk.., tokkkkk..”

“masukk…”

“permisiiiiii….“

“Ujanggg….”

“Iy-iya Nonnn…”

Kuangkat wajahku, blehhhhhh ?? !! apa kata duniaaaaa….!!, Aku berseru keras, menjerit di dalam hatiku, kedua mataku melotot, kemudian mendadak tak dapat berkedip, maklum lah PLN(u) atawa Perusahaan Listrik Negara Ujang lagi mengalami krisis. Ooo mi god bukankah pose itu terlalu menantang untukku, alamak ampe nungging-nungging gitu, cegluk..!!

“Ujang, Koq diem sihh, bantuin donggg….”

Non Sherin memunguti serakan lembaran dokumen di atas lantai.

“diapain non??” aku bertanya bodoh karena sibuk memunguti kesadaranku yang jatuh berantakan, lirik sana lirik sini, cegluk-cegluk-glekkk, kutelan liurku yang membanjir di mulut.

“ya dipungutin dong…, tutup dulu pintunya…!!”

“euu, ditutup atau dipungut non??“

“kamu tuh tuli atau apa sichh…!! TUTUP PINTUNYA..!!”

“Brakkk!” aku menutupkan pintu di belakangku kemudian berbalik ke arahnya.

“mmepp.. meppp.. meppp…” aku terbata, terhipnotis kemulusan sepasang kakinya yang jenjang.

“Ujang, ngapain sih mangap-mangap di situ…,cepet bantuin nih!”

“ohh.., i-iya Non, dibantu…non, saya bantu….”

Aku berjongkok, tanganku memungut dokumen yang berserakan dan mataku sibuk merayapi pahanya. Tanpa kusadari tanganku memungut keindahan betisnya, gerakan Non Sherin terhenti namun tidak dengan gerakanku. Tanganku berkeliaran mengelus-ngelus betisnya naik kelutut dan merayap mengusapi permukaan pahanya yang mulus kemudian mengejar selangkangannya. Posisi Non Sherin berjongkok mirip seperti sedang buang air kecil, telapak tanganku membuka ke atas dan merogoh masuk ke dalam roknya, kuremas selangkangannya dengan gerakan lembut

“ahhh, emmmm…”.

“enak ya nonn…, he he”

Ia tidak menjawab namun pasrah menaruh selangkangannya pada telapak tanganku. Dengan leluasa kuremas-remas selangkangannya, cdnya semakin basah oleh cairan nafsu. Kuangkat tubuhnya yang mungil dan kududukkan di atas meja. Kurogohkan kembali tanganku ke dalam roknya dan kutarik celana dalamnya hingga terlolos melewati paha, lutut dan terus kutarik hingga terlolos lepas dari kakinya.

“cuphhh. cuphh.. cuppphh..” kukecupi paha Non Sherina sambil menaikkan rok mini berwarna hitam itu hingga tersangkut di pinggulnya, kupanguti pahanya dengan bernafsu sementara telapak tanganku berkeliaran merayapi kehalusan sepasang paha si jutek jelita.

“Ujang…!! geli tau…!! aduhh…!! gimana sihh..!! Ahhh..!!”

Ia tetap jutek, cerewet seperti biasanya, tapi kini kejutekan dan kecerewetan-nya tidak membuat birahiku surut. Aku malah semakin bernafsu meningkatkan seranganku, dengan membabi buta kucumbui pahanya bagian dalam, kupangut, kugigit lembut dan kujilati dengan liar.

“Ohh, ujanggg, gila kamu, GILAAA.., Akhhhh, Gee..Liii, Aduhh..!!” Non Sherin mendesah saat lidahku mengobel-ngobel belahan vaginanya

Hidungku kembang kempis membaui aroma yang menyegarkan itu, mataku menatap nanar pada cairan yang meleleh dari belahan vaginanya yang masih rapat, dari bentuknya yang masih bagus dapat dipastikan kalau ia masih seorang perawan ting-ting.

“takkk…!!”

“adohhh…, nonn ??”

“jangan berhenti dong..!! Ji..laaatttt….!!” Non Sherin mengomel sambil menjitak kepalaku

Aku berdiri dan memelototinya, matanya beradu pandang dengan mataku, now or neper kutunjukkan siapa yang berhak menjadi tuan dalam situasi yang semakin menghangat ini, kuturunkan resleting celanaku dan kutarik ujang junior dari sarangnya, eng ing eng, huhh ?? !!!

“adowww.. ado-dowww…!! hssshhhh sakit Nonnn, UOHH, T_T “

Tubuhku tertekuk kedepan saat tangannya menyambar ujang junior dan memerasnya seperti sedang memeras buah jeruk, aku menahan jeritanku saat ia membetot barang kebanggaanku.

“berani kamu ya…!!disuruh jilat ngak nurut, malah ngeluarin titit..!!”

“ampunn , ampun non, ampunn OOOO…, saya jilat non, jilatt…”

Mulutku membentuk huruf “O” besar bukan karena mencapai puncak klimaks.

“sakit nih adohh!” aku menatap Non Sherin dengan tatapan memelas, akhirnya setelah aku memelas-melas ia melepaskan ujang junior

Ia menatapku dengan senyum kemenangan dikulum saat kurendahkan kepalaku mengejar selangkangannya yang mengangkang, aku hendak menjulurkan lidahku menjilati belahan vaginanya,

weittt TIDAK…!! ini tidak boleh terjadi..!! i mus fa-it, aku harus menunjukkan siapa master dan siapa slavenya, aku kembali berdiri. Kuraih tubuh Non Sherin dan kududukkan ia di atas kursi, kuacungkan batang ku ke depan mulutnya.

“JILAT NON…!!” kupasang wajah beringas untuk menakutinya

“NGGAKK…!!” Non Sherin membentakku.

“JILAT KATAKU…!!” kubalas bentakannya.

“NGGAK MA…UUU..!! apa-apaan sih kamu, merintah-merintah aku, mau juga aku yang nyuruh-nyuruh kamu!! bauu tauu!! sana ah, jangan deket-deket….idihhh..”

“hah @_@ bau ?? buka mulut non, bukaaaaa!!“

Aku naik pitam, dengan paksa kucekokkan kepala penisku ke dalam mulutnya, tangannya mendorong-dorong pinggulku, kujejalkan batangku dengan paksa.au unatan batangku am mulutnya.

“emmmhhh. cuhhh… mmmumm.. puhhhh….., bau gilaa, bauu, uhuekk”

Ujang junior berjuang keras,sungguh malang batangku, begitu berhasil masuk ke dalam mulut Non Sherin. Ia selalu memuntahkan penisku, masuk-dimuntahkan, masuk-dimuntahkan, begitulah nasib batangku diludahkan dan dicaci maki oleh Non Sherin. Dengan rajin kucekok dan terus kucekok, hingga akhirnya entah yang keberapa belas kali, ia tidak lagi meludahkan dan memaki-maki batangku yang katanya sih bau, kotor, menjijikkan dll, dsb.

“hummmmmmfffhh.., emmmmmmmhhhh..”

“makanya Nonnn, sebelum ngomel, cobain dulu, ini belum nyoba, udah ngomel panjang lebar…buktinya karang non Sherin suka ama titit kan ?? suka sama batang saya kan ?? diemut atuh, dikenyot-kenyot biar tambah asik. Aduhh noonnn, kurang maknyus sepongannya…, kenyot yang kuat, lebih kuat lagii… belummmm!! Lebih KUATTTT….!!.”

Waduh, koq aku malah jadi ikut-ikutan senang ngomel, rupanya aku ketularan Non Sherin, dengan ketus aku terus mengomeli Non Sherin yang sedang menghisapi kepala penisku, kutarik batang penisku dari emutannya. Ia mendesah kecewa dan menegadahkan wajahnya menatapku dengan tatapan mata memohon. Dengan bernafsu tangan kiriku menarik kepalanya dan tangan kananku menjejalkan kepala kemaluanku ke dalam mulutnya. Kutekankan batang penisku berusaha mendeepthroatnya.

“MMMHHh..!! MMMHHHH…!!”

“Telen nonnn, ditelennn…!!”

Dengan paksa kusentakkan batangku sambil menekan belakang kepalanya.

“Heggghhh..!! hh-hhhmm-hhhmm…” kusumpal kerongkongannya dengan batangku. “auffhhh.. “

Non Sherin mendorong pinggulku. Setelah mencubit kecil hidungnya yang mancung kutampar pipi kanannya dengan menggunakan batang penis. Aku kembali berlutut di antara kedua pahanya, kucomot-comot selangkangannya yang sudah becek.

“ennhhhh ??ohhhhh… ujangggg… enak…,aaa.aahh, diapain aja sih ??“

Aku tersenyum sambil mengelus-ngelus bibir vaginanya, jempolku menekan-nekan dan menguruti daerah di sekitar bibir vaginanya, kugunakan cairannya layaknya obat gosok untuk menguruti bibir vaginanya. Bukit itu terbelah dengan indah di selangkangannya, keindahan yang mengundangku untuk mencicipi miliknya.

“auhhh, u-ujanggg, ahhhhhhhhhhhh, jangan digituin dong geliii..aaa.”

“sllccckkk…,ckk sllcckkkk…”

Lidahku terjulur liar menjilati belahan bibir vaginanya yang masih bagus, kutempelkan Ujang Jr pada vaginanya yang becek. Kini kugunakan kepala penisku untuk mengulek-ngulek belahan bukit mungil di selangkangan Non Sherin. Mulutnya semakin bawel dan rewel, kusumpalkan celana dalamku pada mulutnya.

“mmmmmhhhh..!! ?? “

Kugesek dan kutekankan kepala penisku dengan perlahan kudesak agar liang mungilnya menerima penisku, sedikit demi sedikit kepala penisku mulai menguakkan sebuah misteri kenikmatan didalam himpitan otot vagina Non Sherin. Dengan gerakan cepat kusuntikkan batangku menusuk liang itu. Matanya yang sipit membeliak saat batangku melesak ke dalam belahan vaginanya. Kucekal kedua pergelangan tangannya yang berusaha melawan. Aku dapat menangkap sinar mata Non Sherin yang tengah menyesali kebodohannya. Tubuhnya yang slim melenting mengejang saat batang penisku menerobos liang vaginanya yang mungil.

“kkrrrtttt…brrtttt brrrttt.. HHHHMMMMMM ??? brrrrtttttt….”

Kuluncurkan rudal besar diselangkanganku, kurobek dan kurengut kegadisannya. Si bawel yang cantik kini menangis dengan mulut yang tersumpal oleh celana dalamku. Wajahnya yang cantik mengernyit kesakitan saat kutekan-tekankan batangku, kuambil ancang-ancang dan kusodokkan batangku kuat-kuat. Setelah batangku tertancap dengan sempurna barulah kulepaskan pergelangan tangannya, tangan kanannya membetot ujung celana dalamku yang menyumpal mulutnya. Ia termegap menahan rasa sakit yang menyerang vaginanya.

“Hauffhhh, ufffhhh gila, akhh, sakit ujang, aduhh…, aduhh…”

“jangan bawel non..!!”

“t-tapii, sakit sekali ujangggghh, sudahh.., cabutt…, cabuttt…”

“susah nonn, punya saya kecepit di dalam memek non sih, E-uhhh seret amat non, enakk, tahan dikit non…”

“aduh-adu-duh, ujang..!! sakit gila..!! akhhh… “

“cleppphh clephhhh.. pleppphhh…!!”

Non Sherin memakiku saat kupompa belahan vaginanya, kuperhatikan batangku yang keluar masuk menyodoki vaginanya ada bercak-bercak kemerahan yang menodai cairan vagina yang membasuh batang penisku. Semakin lama batangku semakin lancar menusuki liang vagina Non Sherin yang peret, si bawel semakin gelisah saat tusukanku semakin gencar mencecar liang vaginanya.

“Oooooooo….!! crrruttt crutttttt cruttttt….”

Dinding vaginanya berkontraksi dengan kuat meremas-remas batang kemaluanku. Cairan puncak klimaksnya menyemburi penisku, liang vagina Non Sherin terasa semakin hangat dan nikmat hingga membuatku betah merendam ujang junior dalam belahan liang sempit miliknya.

“gimana non ?? “

“apanya jang ??”

“lha ?? ditanya koq malah balik nanya ??”

“abis kamu sih, nanya ngak pake judul dulu, aku kan jadi bingung”

“yaaa, masa mo nanya aja harus dijudulin sih nonnn, judul pertanyaan : rasa kontol, kepada yang terhormat non Sherin bersama kontol ini saya tanyakan….”

“idihh kamuu…nggak sampe segitunya kali.. he he he” Non Sherin terkekeh, sepertinya ia mulai dapat menyesuaikan diri dengan sebatang penis besar milikku yang tertancap di belahan vaginanya

Sepasang kakinya yang jenjang mulus melejang-lejang keenakan saat batangku kembali memompai vaginanya. Tengah asik-asiknya kusodokkan batangku, tiba-tiba saja telepon di atas meja berbunyi.

“H-haloo….”

Non Sherin memberi isyarat agar aku menghentikan tusukanku, aku hanya tersenyum, kuayun-ayunkan batang penisku tanpa mempedulikan dirinya yang kewalahan mengatur nafas dan suaranya.

“ihh, yahh Bhuuu.., emmm, bha-baikkhh…”

(“kamu kenapa sih, kaya orang yang kesakitan gitu ?? “)

“enghakk koq buuu.. aduh…, cuma ini , saya lagi ngangkat yang berat-berat…, jaddhi yaaa beginiiih, aaaaah….!!”

(“oooo, begitu…, ya sudah nanti tolong bawakan dokumen tentang pembelian gudang di jalan XXXXXX no. Xxxx)

“mungkhinn agak lama bu, saya cari dulu di brankas, emmmhh…,hiahh..!!s-sekarang bhuuu.. ?? hhhhh…”

(“siapkan untuk hari Jumat…!!jangan lupa lakukan survey untuk mengetahui kondisi terkini gudang itu, saya berencana akan merenovasinya…”)

“bhaik bhuu, b-baikk…hhh..,klek…”

“adu-duh Nonnnn… he he he…”

“iii-ihhhh, ujang..!! gimana sihhh..!!”

Dengan gemas Non Sherin mencubit dadaku, aku hanya terkekeh sambil menangkap pergelangan kakinya. Kuletakkan kedua kakinya pada bahu kananku, liang vagina Non Sherin terasa semakin sempit, batangku terkadang tertekuk saat menusuki liang vaginanya yang mungil. Wajahnya terlihat renyah saat kugempur belahan sempit di selangkangannya, clokkk…clokkk…clokkk..clokkkk! suara hantaman penisku terdengar keras mengisi ruang kerja Non Sherin.

“e-eh.., ujang aku maluuu…”

“nggak usah malu nonnn, nyantei ajaa”

Ia terlihat kikuk saat ku kangkangkan kedua kakinya keatas membentuk huruf V, dengan bebas, berkali-kali kutembakkan batangku pada belahan Vaginanya yang memar kemerahan, kupercepat sodokanku hingga payudaranya berputar – putar dengan indah, keningnya berkerut membentuk angka 11 saat ujang junior meraih kemenangan atas celah sempit itu.

“ohhhhhhhhh, cruttttttttt…. cruttttttttttttttt….pofffhhhh…!!!”

Setelah mencabut penisku, dengan tissue kubersihkan selangkangannya yang sudah babak belur, memar akibat sodokan-sodokan mautku. Kutarik dan kuposisikan Non Sherin dalam posisi doggy style. Kuangkat pinggulnya sampai belahan vaginanya naik ke ujung penisku dan Jrebhhhhh…kutusukkan batangku kuat-kuat merojok liang vaginanya dari belakang.

“ahhhhhh…. ahhh aaaaaa….”

Kucengkram pinggulnya, saat kusodokkan batangku, kutarik pinggulnya dengan kuat. Kontan saja batangku menusuk dalam-dalam liang vaginanya. Tubuhnya terdesak maju-mundur, terayun mengikuti sodokan-sodokan batang penisku.

“plakkk.. plakkk plakkk plakkkk…”

“nnnhh nnnnhhh.. aaaaa.. eengehhhhhh…!!eengeehhhh,akkhh”

“sssttttt… nonnn, jangan terlalu berisik…”

Suara rengekannya terdengar semakin keras, aku berbisik disisi telinganya, mengingatkan agar Non Sherin menahan Volume suaranya, ia merintih lirih.

“ujanggg, aku, akhuu ohhh cruuttttt.. cruuttttt..mmmh mmmhh.”

Kubekap bibirnya dari samping kanan untuk meredam suaranya, batangku terus memacu dengan gencar, payudaranya yang indah semakin jatuh mendekati lantai keramik, dengan sigap kuletakan telapak tanganku di bawah payudaranya yang terjatuh. Ia mendesah saat kuremas-remas buntalan susunya yang kenyal, berkali-kali ia kugiring dalam gelombang kenikmatan puncak klimaks.

“Huuuuh-aahh , CROTTT.. Crooootttt….”

Kusemprotkan spermaku didalam liang vaginanya yang peret. Non Sherin merayap naik dan duduk di atas kursi sambil memandangiku. Si cantik yang jutek itu menghela nafasnya panjang-panjang, pandangan matanya menatap kosong pada lelehan cairan spermaku yang meleleh dari sela bibir vaginanya. Kutundukkan wajahku dan kugigit kecil daun telinganya untuk mematenkan kepemilikanku atas tubuhnya yang indah.

*************************

Hari Kamis, Jam makan siang

“Ujanggg…”

“Ehhh, Non Sheriinnnn, ada apa non ?? he he he”

“nanti sore Temenin aku yukkk….”

“Kemana Non….”

“Survey gudang, dijalan xxxxx….”

“saya bawa temen ya nonnn, buat bantu bersih-bersih….”

“ngak usah ah jangg, kamu aja yaaa…”

“yeee , enak tau.., sini non saya bisikin…”

Aku berbisik di telinga Non Sherin, wajahnya merona merah karena jengah. Aku kembali berbisik di telinganya, kuseret ia ke dalam fantasi liarku. Ia menggelengkan kepala berusaha menolak keinginanku, aku kembali berbisik untuk membujuknya. Ia terdiam dan tertunduk saat kuelus bokongnya sambil kembali berbisik mesum, wajahnya merah padam saat kembali kubisikkan rencana mesumku.

“gimana nonn ?? asik lohhhh, disandwich…”

“tapi jangan kasar-kasar ya jang…”

“ya enggak atuhhh, masa saya kasar , kadang cuma brutal dikit kalau lagi ngentot… kan biar Non Sherin enakk ampe lidahnya melet-melet keluar whua HA HA HA HA”

“Pssstttt. Jangan keras-kerasss ketawanya jang..!!”

“nungging nonnn….”

“jangan disini ujangg, jangan disini…..”

“nyelip bentar aja nonnn.., Nungging..!!.”

Dengan paksa kubalikkan dan kutunggingkan pinggul Non Sherin, kedua tangannya bertumpu dipinggiran meja untuk menjaga keseimbangan, dapur itu memang sepi, teman-temanku sesama obe sedang shift makan siang dan sebagian lagi sedang sibuk disuruh kesana kemari.

“nonn, dibilangin jangan pake cd napa ??, kan susah.”

“iya jangg, iyaaa, aku lupa….”

Non Sherin mengangkat kaki kiri dan kaki kanannya saat kutarik turun celana dalam putih itu hingga terlolos dari pergelangan kakinya, kutampar pantatnya yang menungging keras-keras, Plakkk…!!

“aduh Ujang…..!!”

“awass ya kalau lupa lagi…., srettttt…!!”

Kutarik turun resleting celanaku, kusiapkan alat suntikku yang besar panjang. Non Sherin menaikkan pinggulnya agar batangku lebih mudah menggeseki belahan bibir vaginanya.

“nnnnnhhhhh……”

Ujang Junior mulai maju untuk mengintai liang vaginanya, kemudian perlahan namun pasti batangku mulai melesak masuk ke dalam vagina Non Sherin. Kutanduk dan kutancapkan batang penisku kuat-kuat hingga ia meringis menahan nikmat, kutarik kedua tangannya ke belakang payudara Non Sherin turun menempel pada meja, kuayun-ayunkan batang penisku menyodok-nyodok belahan vaginanya.

“pleppp.. pleppp.. pleppp. Plepppp…” suara helaan-helaan nafas Non Sherin mengiringi suara batang penisku yang tengah membelah liang vaginanya. Semakin lama suara-suara becek itu terdengar semakin keras diiringi gencarnya suara PLOK PLOKK PLOKK..!!!

“aa-ngehhhhhh uhjangggg.. crrutt crutttt… crutttt…, aduh.., akhh enakk.., akhhhh ohh nikmatnyaaaa…, sudah ujanggg,sudahhhh, nanti kalau ketahuan kan bahaya, sudahhhhhmmmhhh ?? akhh gilaaawwwwhhh hmmmufffhhhh ??”

Nafsu birahiku semakin naik hingga meledak ke ubun-ubun. Setelah kusumpal mulutnya yang bawel dengan sebatang ketimun, kuayun-ayunkan batang penisku kuat-kuat menggempur liang mungilnya. Tusukan-tusukan mautku membuatnya tubuh mungilnya kembali mengejang menahan getar-getar puncak klimaks, kuperkuat sodokan-sodokanku, kuamblaskan batang penisku merojoki liang vaginanya dari arah belakang.

“nnnnn, ennhhhh.. cruuttt cruttttt….”

Kami berdua dikejutkan oleh suara langkah-langkah kaki menaiki anak tangga. Dengan sigap kucabut dan kumasukkan kembali alat suntikku yang sudah basah kuyup oleh cairan vagina Non Sherin. Non Sherin tak kalah sibuk membenahi pakaiannya, tidak lama setelah langkah-langkah kaki itu menjauh, dengan hati-hati ia mengintip. Aku juga ikut mengintai sambil meremas-remas buah pantatnya yang bulat padat. Setelah dirasakan aman barulah ia menyelinap keluar.

“nonnn , jalannya jangan ngangkang atuh, tar orang-orang pada curiga..”

Non Sherin menoleh dan mengacungkan tinjunya ke depan wajahku yang tersenyum-senyum geli memperhatikan cara berjalannya yang nggak bener dengan langkahnya yang aneh, Non Sherin kembali ke ruangannya.

****************************

Sore jam 2.00

“dittt.. ditttt….” sebuah mobil berusaha menarik perhatianku dan Darso. Dengan santai kami naik di kursi belakang. Non Sherin agak kikuk saat kukenalkan Darso padanya, apalagi saat kupromosikan batang penis Darso yang tak kalah besar dari batang penisku. Mobil panther berwarna hitam itu meluncur membawa kami bertiga ke lokasi gudang di jalan XxxXXX. Begitu mobil yang kami tumpangi berhenti, aku dan Darso langsung turun dan beraksi membuka kunci gembok gerbang itu, krittt.. kritttt.. kritttt, buset dah, kayanya ada yang nahan dari dalem nih, berat amat , HEARRRHHHH…!!!!

“Soo, dorong yang kuat atuh, pake tangan!! bukan pake selangkangan!!”

Aku mengomel melihat tubuh bagian bawah Darso yang turut sibuk mendorong gerbang itu. Darso mendelik ke arahku, suaranya meledak seiring dengan emosinya yang muncrat nggak karuan.

“Kunyuk luh Janggg…, ini juga pake tangan dorongnya..!! Heuduhhhh..!!”

“Lha ?? !! itu yang nempel apaan ?? Heuuupppp..Hiaaaajjjhhh.!!!“

“Ini mah perut gua..!! Setan luhh..ahh.!! ”

Aku dan Darso mulai mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong gerbang yang berkarat itu. Kedua kakiku sampai mengkais-kais demikian juga kedua kaki Darso, suara nafasku dan Darso sudah seperti seekor banteng yang mengamuk. Akhirnya gerbang keparat itu terkapar terbuka mengangkang kesamping, diterobos oleh kami berdua.

“Kiri.. kiri.. kiriii.., Balas kanan Nonnn….!!”

“Se-TOPPPPHHHH….!! Euppppp…..!!SETOPHH NONNN..!!”

Aku dan Darso berteriak-teriak keras demi menyelamatkan Non Sherin , dengan sopan Darso membantunya turun dari dalam mobil. Aku memperhatikan tembok tinggi yang membentengi gudang itu, suasana bertambah mesum saat rintik-rintik gerimis membuat pikiran kotorku bekerja dengan efektif, sex outdoor, sex outdoor..!!

Ujang junior berdemo di depan kedutaan birahi, jedut. Jedut.. jedut.., Batang penisku berkedut-kedut kemudian berdiri mengeras, Non Sherin melongokkan kepalanya kesana kemari memeriksa dengan teliti, ia tidak menyadari, aku dan Darso sudah telanjang bulat dan dua alat suntik besar tengah mengintainya dari arah belakang.

“Nonnnn Sherinnnnnn…”

Aku dan Darso berduet memanggil namanya.

“Awwww ??!!, UJANG..!!Darsoo, Gila kaliann, Gilaaaaaa…!!”

Ia menghindar saat aku menerkamnya.

“Sini Nonnn, mau kemana sih…”

“Darsooo…!!apa-apaan sih.!! GILA…!!heiiii..!!”

Dengan cekatan Darso mencekal pergelangan tangannya kemudian dengan seenaknya tangan Darso meremas payudara yang masih bersembunyi dibalik pakaian Non Sherin. Mulut Darso mencecar mengejar bibir Non Sherin, kutangkap dan kutarik kedua tangannya ke belakang agar Darso lebih mudah melampiaskan nafsunya.

“Hmmm , Ouuhhh Akhhhhhmmmhhh…”

Makian demi makian Non Sherin tergerus oleh arus liar nafsu birahi, bibirnya mulai memangut membalas pangutan-pangutan Darso, tubuhnya yang mungil menggeliut – geliut diantara himpitan tubuh kami berdua. Satu persatu pakaiannya terlepas dari tubuhnya yang putih mulus, Darso merengut tubuh mungil Non Sherin dan mendudukkannya di atas kap mobil kemudian ia berjongkok seperti sedang nonton layar tancap.

“Happp…, nyemmm, nyemmm ckk ckkk nyemmm “

Darso mencicipi belahan vagina Non Sherin yang mendesah-desah keenakan, kuhampiri payudaranya dari arah samping kujilati puting susunya yang mengeras karena terangsang, kuhisap dan kemut puncak payudaranya yang membuntal.

“Ahhhssshhh.. creett cruttt crutttt..brukkk.”

Punggung Non Sherin jatuh ke belakang, tubuhnya kelojotan menahan ledakan cairan puncak klimaks itu. Darso terlihat asik menyeruput lelehan lendir-lendir kewanitaan Non Sherin. Aku duduk di ujung kanan dan menarik kepala Non Sherin ke arah batangku, mulutnya bergerak dengan lincah turun naik pada batangku, Darso terkekeh sambil meletakkan batangnya di belahan vagina si jutek.

“OAHHHH…!! AAA Awwwwwwwww..!!Anjingg, Gila luhh..!! Ahh.. “

Dibarengi oleh tubuhnya yang tersentak , mulut Non Sherin terlepas dari batangku dan ia menjerit keras-keras, sodokan-sodokan Darso membuatnya menjerit bagaikan si jalang yang haus akan kenikmatan, Non Sherin mengocok-ngocok batang penisku, mulutnya melumat-lumat dan mengulum kepala penisku, berkali-kali Non Sherin menghentikan kulumannya dan memaki Darso yang menyodok terlalu keras.

“Aduhh..!! Mampus gua..!! Pelan-pelannhh ! Awww…, Sialan lu, ahh”

“DIEM Lu LONTE…!!Nihh!!,dasar, bawel luh!!”

“Blepphhh!! Blephhh!! Blepphhh…!!!”

“Arhhhh..!! Creettt. Crettttt!! unggghhhh”

“Gimana Non ?? Enak kaga kontol saya??”

Kutarik Non Sherin dan kududukkan anusnya pada batang penisku

“U-ujangg, adawww..!! Hekkkk-awww…!!”

Kedua tangan Non Sherin menjambak rambutnya sendiri, nafasnya memburu dengan kencang saat ujang junior berhasil menggali pintu lubang anusnya yang kaya akan kenikmatan. Wajahnya terangkat ke atas, suara erangannya membuatku terpanggang oleh bara api birahi yang membakar tubuhku. Sambil menarik pinggulnya ke bawah, kuamblaskan batangku ke dalam anusnya kemudian berdiri sambil mencapit pinggangnya yang ramping.

“JebROSSHHH…..!!”

“He-ggghhhhhh.!! Mammmphussss dahhhh.., Uhh-jhannngggg.”

Darso segera mengambil posisi, ia menangkap tungkai kaki Non Sherin, batangnya maju dan mendesak belahan vaginannya yang mengejang tak berdaya saat lubang anusnya dikait oleh batangku dan liang vaginanya ditombak dari depan oleh batang penis Darso.

“unngggh, ngggghhh, auwhhhh..!!” suara lenguhan Non Sherin terdengar menggairahkan

Batangku dan batang Darso bergerak dan berlomba mengaduk-ngaduk dua buah lubang kenikmatan milik sijutek jelita, pekikan kecil non Sherin mengiringi rintik hujan lebat, suara jeritannya semakin sering mengiringi suara hujan angin yang menderu.

“aWWWW. Cruttt crutttt.. cruttt…”

“Eihhh, Non Sherin, dapet lagi ya ??”

“ohhhh., kalian benar-benar ghilaaaa…”

“sama-sama Non, bool Non Sherin juga gila, peretttt..”

“pokoknya memek Non Sherin top dehh…”

“enak mana sama Non Ayhwa ??”

Darso mendelik saat kusebut nama kekasihnya, ia memakiku kemudian untuk melampiaskan rasa kesalnya ia memacu liang vagina Non Sherin sekuat yang ia bisa. Aku tidak mau kalah, kupercepat rojokanku hingga suara jeritan non Sherin bertambah keras dan parau.

“UJANGGG..!! AGGGHH !! DARSHHHHHOOOO…!!”

Dengan menggunakan batang penis kami menyiksa tubuh mulusnya yang menggigil hebat. Mata Non Sherin mendelik saat sodokan demi sodokan menggiringnya menuju puncak kenikmatan. Dengan hati-hati kami menurunkan tubuhnya. Ia bersujud, dua batang penis mengacung disisi kanan dan kirinya, mulutnya mencapluk-capluk dengan liar.

“Whu-eahkkk.. Kecrotttt. Crotttt….”

“UEDANNN.. SROTTTTT… SROTTTT….”

Semprotan-semprotan spermaku dan Darso menembaki wajahnya yang cantik, matanya yang sipit memperhatikan batangku dan Darso yang mengkerut, tangannya menarik-narik batang penisku sementara mulutnya menghisap-hisap batang Darso. Ia semakin nakal memainkan batang-batang hitam yang sedang beristirahat.

“e-ehh berdiri lagi ?? !! “

“Wahhh, Non Sherin harus tanggung jawab nih… sini…”

“sudah Darso, aku capai..”

“udah Nonnn, turutin ajaaa.., makin cape makin enakkk…”

“G-gilaaa..!! kamu juga berdiri lagi jang ?? !!”

Non Sherin melotot saat kutempelkan batang penisku pada liang anusnya, ia tengah menungging sambil bertanggung jawab atas kenakalannya. Lidahnya menjilati buah zakar Darso, bibirnya mengecup-ngecup kemudian mulutnya terbuka dan menelan kepala penis Darso. Non Sherin menggoyangkan pantatnya saat kepala penisku berusaha menerobos liang vaginanya.

“napa Non ?? geli yahh”

Dengan cekatan kutembak belahan vaginanya, jrooosssh..!!.

“Aaaaaaaa !!”

Non Sherin tersungkur, batangku tertancap kuat di liangnya dan mulutnya penuh akibat disumpal oleh batang penis Darso. Si gemuk bangkit duduk sambil menekankan kepala Non Sherin ke selangkangannya, batang besarnya merayap perlahan memasuki mulutnya. Tangan kanannya meraih dan meremas- remas payudara Non Sherin yang terayun – ayun saat kusodokkkan batang penisku menyetubuhinya dari arah belakang, lumayan lama kami bertahan dalam posisi ini.

“Gua menta memeknya jang…, gantian he he he”

Kudorong pantat Non Sherin agar vaginanya maju meneduhi batang penis Darso. Ia mendesah keras saat Darso merojokkan batang besarnya dengan kasar, wajah Non Sherin tampak renyah saat ia menaik turunkan pinggulnya menikmati batang penis Darso. Mulutku mengecup-ngecup buah pinggulnya dan merambat ke pinggang belakang kemudian naik terus merambati punggungnya. Kumanjakan tubuhnya dengan kecupan-kecupan lembut, ciumanku merambati buntalan payudaranya, dan jilatan lidahku memutari puting susu miliknya, gerakan Non Sherin semakin liar saat aku menghisapi puncak payudaranya, pinggulnya menghempas-hempas melawan sodokan-sodokan Darso.

“Ouhhh cretttt. Cretttt…”

Non Sherin mengejang, matanya yang sipit terpejam rapat. Kunaiki buah pantatnya sambil menyelipkan ujang junior mencari lubang anusnya. Setelah kutemukan, kutekankan batangku mendesak masuk ke dalam liang duburnya

ia merengek-rengek saat aku dan Darso menghajar liang anus dan Vaginanya, entah berapa tusukan yang sudah kuhujamkan yang membuatnya menjerit nikmat sampai akhirnya setelah kami bertiga berjuang mati-matian berusaha menggapai puncak kenikmatan.

“OWWW Crrrutttt. Crutttt…”

“NON SHERINNNNN “

“Srrottt Kecrotttt.. crottttt…”

“Croooottttt….Croooootttthhh”

Non Sherin mengeluh karena tubuhnya dibelit olehku dan Darso. Kuusapi bahunya dengan lembut, sedikit banyak tubuh mulusnya terlindungi dari rintikan hujan deras. Beberapa lama kemudian setelah berhasil menguasai diri. Aku dan Darso menggandeng tubuhnya yang kelelahan, kami bertiga menunggu hujan reda di dalam mobil. Tanganku dan tangan Darso tidak pernah berhenti merayapi tubuh mulusnya sementara ia bersandar pasrah sambil memejamkan kedua matanya. Tangan kanannya merayap kemudian memegangi batang penisku sementara tangan kirinya memegangi batang penis Darso yang terkulai puas setelah menikmati liang-liang peret miliknya. Dengan malas Non Sherin meraih Hp miliknya yang berbunyi.

“Hallo…”

(“Bagaimana Sherin ??”

“Ohh.., iya bu.., saya sedang bersama Darso dan Ujang ?”

(“Lohhhh ?? ngapain kamu bawa-bawa si Ujang sama si Darso?”)

“euhh, anu Bu, saya suruh mereka bersih-bersih…”

(ooo, begituuu…, terus keadaan di sana bagaimana ??”)

“Banjir.., banjir Buu, sampai basah keringetan…”

(“Hahhhhh ?? ?? !!!”)

“e-eh ,ituuuuu, maksudnya saya basah, kehujanan dan kebanjiran bu…”

(Oooo…….”)

===================================================

“Haiii, Ujanggg…mau ke mana nihhh?”seorang bidadari berambut emas tersenyum kepadaku, rambut pirangnya berkilauan diterpa sinar mentari pagi yang hangat

Saat aku tengah terpesona, Non Sherin muncul dari balik tikungan, jantungku berdetak dengan keras oleh combo yang memikat antara keliaran ala barat dan kejutekan ala asia yang ternyata sukses membuatku horny di pagi hari. Degggg…!! sambil lewat disisi kiri dan kanan Non Michelle dan Non Sherin mengelus singkat selangkanganku, tuinggggg…!! Ujang junior langsung bereaksi hingga celanaku terasa sesak saat aku menengok ke belakang untuk menatap indahnya goyangan bokong Non Michelle dan Non Sherin hingga mereka berdua menghilang di belokan. Duh, kalau saja bukan dijam-jam sibuk, ingin rasanya aku menerkam mereka berdua

“ufffhhhhhh…, hossshhhh hosssshhhhh…”

Setengah mati aku berusaha meredam gairah yang meledak akibat elusan singkat Non Sherin dan Non Michelle yang dengan kurang ajarnya menggoda Ujang Junior yang tengah bersemedi di dalam balutan celana dalamku. Libidoku semakin meningkat saat melihat beberapa orang karyawati cantik di kejauhan. Kulangkahkan kakiku menuju ruangan Non Shasha, dengan perlahan dan hati-hati kudorong pintu hingga tidak menimbulkan suara dan menyusup masuk. Kudekati Non Shasha yang sedang mengintip keluar dari jendela, kubungkukkan tubuh dan bibirku monyong mendekatinya dari belakang

“cupp…”

“PLAKKKK….!!”

“NGAHAK ?? !!!”

Mataku berkedip-kedip menatap langit-langit ruangan, perasaan sich tadi aku masih berdiri kemudian membungkuk untuk mengecup pipi Non Shasha dari belakang, tapi sekarang aku terkapar di atas lantai. Aku meringis merasakan rasa panas dan pedih dipipi kananku, sepertinya di situlah gamparan keras Non Shasha mendarat dengan refleknya.
Sasha
“hahhh ?? Ujangggg..?? kirain siapa, aduh maap ya…”

“Nonnn, koq saya digampar sich…??”

“maaf jangg, aku pikir siapa beraninya cium – cium dari belakang…”

Non Shasha memapahku berdiri, ia mengusap pipiku yang memar, kubalas dengan mengusap pinggulnya. Seolah mengerti keinginanku, Non Shasha duduk di pinggiran meja kedua kakinya terjuntai ke arah lantai, tanganku mengusapi lututnya kemudian naik merayapi permukaan pahanya, kuraba pahanya sebelah dalam yang mengangkang lebar. Kunikmati kemulusan dan kehalusan permukaan pahanya, jariku naik perlahan kemudian menari bermain di sekitar bibir vagina sebelum akhirnya kucoblos liangnya yang mulai becek.

“crebbb….”

“uhhhhhh Ujangggg.. hhhhh nnhhhhh”

Shasha merintih dengan nafas tertahan tahan saat dua buah jariku menusuki belahan vaginanya. Cairan vaginanya membuat jariku basah berlendir, dapat kurasakan otot vaginanya yang mengkerut menggigit jariku. Kupercepat ritme tusukan jariku hingga Non Shasha keenakan, ia mencubit lenganku yang menusuk semakin cepat.

“Achhh auhhh Uhjangg Akhh…aaaaa! Uhhhh, hssshh.”

“ouwww…sakit Nonn..”

“biarin..!!”

“duhhh, judes amat, sini dibuka dulu blazernya.., ini juga kancing kemejanya dibuka…, WAHHH SUSU…!! kesukaan saya ni mah non, kenyal kenyal lembut…he he he”

“psssssttt. , jangan keras keras bicaranya jang…”

“Emangnya kenapa non ??”

“kamu tuch dibilangin malah pura-pura bodo, sebel tau…!”

“biar aja ah, kalo sama non Shasha mah, mo dibilang bloon keq, bego keq, kaga apa-apa…saya mah terima ajaaa, duhhh Nonn susunya halus bangett” kurayu Non Shasha dengan rayuan gombal sambil meremasi payudaranya yang semakin mengenyal, rasanya seperti meremas bola karet yang lembut dan hangat. Kujulurkan lidahku menggapai puting susunya yang meruncing , kugelitiki puting yang berwarna pink yang kulanjutkan dengan menghisap kuat-kuat puncak payudaranya.

“Ouhh Ujanggg, enakk , ahh trusss. Ujanggg…”

Non Shasha mendesis sambil membusungkan payudaranya ke depan. Dengan rakus kucapluki puncak payudaranya dan terdengarlah suara rintihan tertahan dari bibir Non Shasha. Puas menggeluti payudaranya, kusergap bibir Non Shasha kulumat dan kukulum untuk melepaskan gairah yang menggebu di dadaku. Sesekali aktifitas panas kami berhenti mendadak saat mendengar suara langkah-langkah kaki di luar sana kemudian kembali berlanjut saat langkah-langkah kaki itu menghilang. Jantungku dan jantung Non Shasha berdetak keras, dimainkan oleh birahi dan suara langkah yang lalu lalang yang membuat kami berdua deg-deg-an.

“Degg deggg deggg DEGG.. deggg DEGGG..!!”

“emmmhh Ckk Ckk Mmmh Mmmhhh…ssllcckkk mmmhhh”

Lumatan dan pangutan menambah tinggi gairahku dan gairah Non Shasha, rasa takut ketahuan dan terangsang berbaur menjadi satu hingga menimbulkan sebuah perasaan khusus yang sulit untuk diuraikan oleh kata-kata. Kuhisap batang lidah Non Shasha, dua batang lidah saling bergelut, saling meraih, menoel dan mengulas sementara tanganku semakin aktif meremas-remas payudara Non Shasha kemudian kukeluarkan dan kutekankan Ujang Junior ke sela bibir vaginanya. Perlahan liang vaginanya yang becek mulai melar menerima kepala penisku. Dengan satu sentakkan kumasukkan batangku ke dalam liangnya yang hangat berlendir.

“Hsssshh ahhh, nnnhh ujjjj..jangggghhhhhnnnggghhh”

“ssstttt…, nonnn,tahan dikit Non!”

“o… Ohhhh… hsssshhh hsssshhhh uh..jang..”

Aku mengingatkannya agar jangan terlalu berisik, kuelus kepala Non Shasha yang jatuh di dadaku. Ia meringis saat batang besarku melesak memasuki jepitan liang vaginanya yang basah hangat. Kubenamkan batang penisku hingga selangkangan kami akhirnya menyatu, batangku terasa sulit bergerak dijepit oleh vagina Non Shasha.

“cleppp cleppp cleppp..blepp blepppp.. sleppphhhhh” perlahan kutusuki belahan vagina Non Shasha agar suara becek alat kelamin kami tidak terlalu keras terdengar. Wajahnya yang cantik terangkat ke atas dengan mata terpejam saat kubenamkan batangku dalam-dalam hingga selangkangan kami terasa hangat berdesakan. Tusukan-tusukan lembut yang kupadu dengan goyangan ke kiri kanan mengantarkannya menuju puncak klimaks. Kudekap tubuhnya yang tersentak mengejang

“emmhhh.. cruttt crrrtttt…. ahhh enak”

“sini non berdiri, nungging dikittt aja..”

Matanya yang sipit terpejam saat kukecup keningnya, kutarik dan kudesakkan tubuhnya menghadap ke arah dinding. Kutarik pinggulnya agar menungging ke atas kemudian kucoba menjejalkan batangku untuk menyodominya.

“nnnggg—ggghh.. akhhhh…”

belepotan di pahanya kemudian kuusapkan di sekitar kerutan anusnya dan kembali aku berkutat. Perlu sedikit paksaan untuk menyuntikkan batangku menyodominya, dengan giat kujejal-jejalkan penisku hingga otot anus Non Shasha terpaksa menggigit leher penisku. Kucengkram pinggulnya kuat-kuat sebelum akhirnya kusentakkan batangku ke dalam liang duburnya. Blupphhhh…

“Hegghhhh…!! awwwkhh! J-jangan dalem dalem jang henggkk”

“gak apa-apa nonn,kan makin dalem makin enak,makin kerasa”

Kulumat bibirnya dari belakang untuk membekap keluh kesahnya yang semakin keras, berkali-kali kuhempaskan batangku. Buah pantat Non Shasha terasa empuk hangat saat kudesakkan selangkanganku, tangannya bertumpu pada tembok dengan gaya standing doggy style. Tangan kiriku mengusapi rambutnya, sedangkan tangan kananku meraih payudaranya yang menggantung. Kuremas buntalan payudaranya yang keras kenyal, kuraih hp Non Shasha dan kuputar sebuah lagu Mp3 untuk menyamarkan suara tumbukan penisku. Berkali-kali kutarik pinggul Non Shasha agar ia tetap di posisi yang kuinginkan, tubuhnya menggeliat resah saat jari kiriku mengurut tonjolan klitorisnya.

“uhh crreetttt. Crettttt..crrrrr….Ouhhh..!! “

“wuih boolnya empot-empot,memeknya muncrat yah non ?? he he”

“Plepphh.. blepphhh beppphhhh…!!”

Non Shasha meronta saat anusnya kurojok-rojok dengan kuat. Dengan paksa kudesakkan tubuhnya menempel di dinding. Kudongkrak liang anusnya dengan menggunakan batang penisku, kucekal kedua pergelangan tangannya ambil mengayun-ngayunkan batangku mengempur liang anus Non Shasha yang mengerang pelan.

“Brakkkkk….!!“

“Hahhhh…… ? ? !! Plopppphhhh…!!“

“lagi pada ngapain sihh?? kerja-kerja…!!”

Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras, kontan saja aku dan Non Shasha gelagapan. Bibirku meruncing antara kesal dan lega, kesal karena kenikmatanku terganggu namun lega karena yang berdiri di ambang pintu ternyata adalah kedua istriku yang lain. Non Shasha mencibir pada Non Ayhwa dan Non Sherin yang terkekeh dan menyindirku kemudian menutupkan pintu itu kembali, di tengah nafas dan nafsu kami yang masih tak beraturan, aku dan Non Shasha bergegas merapikan pakaian masing-masing yang berantakan.

“muachhhh, se u darlennnnn…”

“udah, sana gih.. hi hi “

“srrrottttt… srootttthhh srrroooottthhh”

kusemprotkan Baygon untuk menyamarkan “aroma khas” yang tercium kuat diruangan Non Shasha, saat aku tengah menyemprot ke arah daun pintu atas. Tiba-tiba saja seseorang menerobos masuk, sebuah suara melengking membuat ku tergagap, suara seekor nyamuk raksasa berdenging dengan keras, nguunggggg, nguuuunggggg.. NGUUNGGG..!!!

“Heiiiiiii…………, apa-apaan ini??“

“maaf buu, maafff, saya lagi nyemprot nyamuk….”

“NYAMUK?? emangnya kamu pikir saya ini nyamuk Hah?? kalau nyemprot pake mata!”

“iy-iya BUUU, KE MATA, SEMPROT KE MATA…”

“PAKE, MATAAAAAAA…….!!!”

“Mata buuu, !! Mataaa…!!.”

“Shasha, panggil Sherin dan Ayhwa ke ruangan saya”

“baik bu, segera…”

“BRAKKK…”

Bu Selmy melotot kepadaku sebelum keluar dari ruangan dengan membanting pintu. Mendadak aku dan Non Shasha merinding membayangkan apa yang akan terjadi jika si penyihir tua datang sekitar 15 menit yang lalu saat aku dan non Shasha sedang hot-hotnya berolah raga di pagi hari. Gemas kuremas pinggul Non Shasha yang menepiskan tanganku, dengan buru-buru aku meloloskan diri dari cubitannya.

“UJANG, awas kamu yahhh…” masih sempat kudengar desis ancaman Non Shasha sebelum akhirnya kututupkan pintu yang sudah banyak berjasa menyimpan rahasia belakangan ini.

“pagi Nonnnnnn…”

“pagii..”

Sebuah senyum dari seorang karyawati cantik membuatku sibuk menidurkan Ujang Junior. Udara seakan mendadak menjadi panas dan tubuhku menghangat, ingin rasanya kurengkuh tubuhnya yang putih mulus, mataku melirik ke belakang , merayapi mulai dari sepasang kakinya yang indah, buah pantatnya yang bulat padat, pinggangnya yang ramping. Oohh alangkah indahnya goyangan pinggul si sexy, ingin kuterkam dia yang menggairahkan, sungguh sayang aku harus bergegas membeli pesanan sarapan istri-istriku. Jika tidak sudah pasti aku akan mencari cara jitu untuk “menembaknya”.

“Brrmm brrmmmmm ckkkiittttt… brrrrmmmm” Sebuah kendaraan pribadi milik Ujang berteriak dengan nyaring. Motor bebek berwarna merah tua meluncur di jalan raya. Sebuah helm terpasang di kepalaku. Beberapa lampu hijau kulewati. Dengan sopan aku mengangguk kepada seorang polisi di pinggiran jalan. Tiba-tiba… Priiiitttttt….!! gila, apa-apaan ini ?? polisi gemuk itu menghentikanku.

“selamat siang, boleh saya lihat sim dan STNK-nya ??”

“boleh pakk, sapa takut… nihhh, lengkapkan pakkk ?? “

“lengkappppppp, tapi saudara tidak memakai helm SNI…”

“Es en i, apaan tuch pakk ??“

“Helm dengan Standar Nasional Indonesia…”

“Oooo, itu, Aduh pakk, kira-kira donnnng, kemaren katanya harus pake yang model begini, masa sekarang diganti lagi…terus helm yang ini mo dikemanain pak, please deh pakk, emang saya harus makan dulu helm yang ada di kepala saya ini buat ganjel perut baru beli helm yang baru?? tolong pak, saya rakyat kecil….” aku mencoba memohon belas kasihan, namun si penyakit berbaju coklat tetap bersikukuh ingin melahapku

Setelah berdebat panjang lebar sampai tenggorokanku teras kering akhirnya aku mengalah

“sudah deh pak, yang ini lebih aman dari helm, gimana pakkk..(Rp) ??”

“iya.., aman-aman…” si perut buncit pura-pura tidak melihat tapi tangannya seperti bermata menyambar lembaran di tanganku.

Kusela motor tuaku sambil menggerutu dan menyumpah dalam hati tanpa melihat lagi wajah si polisi brengsek itu. Kulanjutkan perjalananku dengan hati dongkol. Keesokan harinya saat aku kembali melintas sambil membonceng Darso. Terdengar kembali suara prat-prit-prat-prit. Kali ini kuhadapi teman polisi gemuk brengsek itu dengan muka masam. Aku dan Darso sama-sama sewot, kali ini aku tidak memberikan Sim dan STNK kepada si baju coklat. Setelah cukup lama beradu mulut dan beradu alasan ini dan itu, akhirnya sebelum terjadi french kiss, kedua lintah jalan raya berbaju coklat itu menyerah di bawah lembaran.

“Jang, gimana kalau kita kerjain mereka ??”

“kerjain ?? gimana caranya ??apa lu mau dibedil Soo ??”

“hussshhh, bukan gitu janggg, kita maenin., gini janggg..wa bisikin.”

“Hua ha ha ha ha ha ha….muka gileeee, bisa aja lu…”

“sapa duluuuu dong, DARSOOOOOO…., ”

“Nge he he he he….iya dahhh, kali ini gua kalah…“

Dikantor kurayu Non Shasha, Non Vania, Non Michelle, non Ay hwa dan Non Sherin. Bukan hanya duet combo, namun kusuguhkan super combo yang pasti akan membuat kalang kabut si baju coklat yang sering nangkring di dekat lampu merah atau juga menanti “korban” daerah situ dengan cara bersembunyi. Mulanya “kelima istriku” keberatan dengan rencana gilaku dan Darso, namun setelah kuceritakan sedikit kisah sedih siang tadi, mereka langsung berang dan berniat untuk membantuku dan Darso membalaskan dendam kesumat ini. Selama beberapa hari aku dan Darso mengintai jadwal si gembrot yang akhirnya kutahu bernama briptu Sobir dan rekannya Briptu Anang.

Sherin
Sherin
Sesuai dengan rencana, sepulang jam kantor aku dan Darso mempersiapkan Non Shasha, Non Vania, Non michelle, Non Sherin dan Non Ayhwa, kelima istriku ngomel panjang lebar saat aku dan Darso mempersiapkan pertunjukan bagi 2 orang penyakit di sekitar setopan lampu merah.

“Ujang..!! jangan dibuka terlalu banyak dong..!!”

“lhaa, katanya mau ngebantu, buka dikit lagi non…”

“bantu sich bantu.., tapi jangan dibuka sampe ke sini dong ah”

“iya, gimana sih nih!!”

“paya hot nonn, buka satu kancing lagi ya…”

“rok nya non, ditarik ke atas dikitttt lagi..”

“udah ah cukup, idih, pokoknya enggak, ihh Darso..!!”

Akhirnya setelah siap, sebuah mobil Panther berwarna silver meluncur ke tujuan. Bom sex dengan daya ledak tinggi tersedia di dalamnya. Dengan sengaja Non Michelle memarkir mobil di tempat dengan rambu dilarang berhenti. Tak lama si baju coklat terlihat menghampiri dan mengetuk kaca samping mobil yang berwarna hitam. Dua orang sekaligus, Briptu Anang dan Briptu Sobir berjejer sambil memasang wajah seram, perlahan kaca mobil bagian depan turun. Aku dan Darso berdiri pura-pura hendak menyeberang jalan.

“selamat siangg… hahhhh ?? !!cegluk”mata Briptu Sobir melotot ke dalam mobil

Seraut wajah wild-wild west membuatnya tertegun dengan mulut ternganga lebar, kumisnya hampir jatuh saat mata mupengnya melompat keluar.

“siang pakk, ada apa ya ??”

“apakah saudari melihat rambu itu ?? disini dilarang berhenti…”

“lihat pakk, “

“lalu mengapa saudari berhenti disini ??”

“ya pengen aja” Non Michelle menjawab asbun.

“ya tapi itu berarti anda sudah melanggar peraturan lalu lintas dan lagi mengapa saudari tidak mengenakan sabuk pengaman ??”

“susah pakkk…”

“Susah ? susah kenapa ??”

“kalau pakai sabuk pengaman dada saya terasa sesak pak..”

“ceglukkk.. Uhhhh..!! @_@”

mata Briptu Anang tambah melotot ke arah dada Non Michelle yang membusung saat kedua tangannya terangkat ke atas kepala seperti orang yang sedang mengusir rasa pegal. Wibawa tetap berusaha dijaga oleh Briptu Anang dan Briptu Sobir namun selangkangan mereka tidak dapat berbohong. Sesuatu membuat bagian celana mereka menggembung sesak. Saat paha-paha mulus sengaja menggoda mata si baju coklat yang terlihat gelisah, keduanya larak-lirik kedalam mobil dengan tatapan mata berbinar, aku dan Darso menahan tawa mendengar suara Briptu Anang yang tergagap sambil berusaha menjawab

“wallpaper Hp saya bagus nggak pak.. ??”

“ehh, eeee. B-bag-Bagus… wahhhhh….mulus glekkkk…”

“ihh bapak liatin apaan sih pak.., masa wallpaper hp saya mulus…”

“ehhh.. bukan, ya, bagussss”

Dengan nakal Non Michelle menyodorkan Sim dan STNKnya ke arah selangkangan Briptu Sobir. Gerakannya seperti dibuat tidak sengaja saat mengelus gelembungan celana si polisi gemuk. Mata Briptu Sobir melirik selangkangan Non Shasha yang duduk agak mengangkang sambil memainkan Hp-nya.

“Perlu STNK dan Sim saya pak ??”

“ooo, nda usahhh.. nd-dah…., eheummm.. glekkkk, ngak usah”

“yawdah kalau gitu , dah bapakk, .muach”

“We luv u pakk, byeeee…, c u ^_^”

Briptu Anang dan Briptu Sobir memelototi bokong mobil Panther yang menjauh dan menghilang di tikungan. Mereka sepertinya menyayangkan tak sempat menahan mobil itu dengan lebih lama lagi karena masih shock digoda oleh yang bening-bening,

Aku dan Darso berjalan santai menjauhi dua orang “penyakit berbaju coklat”. Stik diselangkangan mereka masih menonjol saat meniup-niup peluit “prittt.. pritttt pritttt” pengemudi sebuah mobil honda city berwarna silver metalik kebingungan saat dua tangan si baju coklat menunjuk ke atas langit.

“Pakkkk…., masa ke atasss ?? !!!” si pengemudi berteriak.

“Haepphh uhuk khekkk” hampir saja Sigemuk coklat menelan peluit-nya.

Aku dan Darso masuk ke dalam mobil yang menunggu di tikungan. Spontan kami tertawa terpingkal melihat ekspresi wajah mupeng briptu Anang dan Sobir di layar lebar Sony experia X10 milik Non Shasha. Rupanya di tengah-tengah kesibukan, Non Shasha masih sempat-sempatnya mengabadikan moment-moment khusus yang pasti tidak akan pernah dilupakan oleh “dua orang preman berbaju coklat”.

“ii, Ujang jangan disini ah….”

“nggak apa nonnnn, tenang ajaaa rileksss he he”

Non Sherin terlihat was-was, dengan santai tanganku mengelus-ngelus pahanya. Tangan mungilnya mencubit lenganku, saat tanganku mencari-cari sesuatu di dalam rok mininya, ia mengapitkan kedua pahanya saat jariku menoel belahan vaginanya.

“nahhh, ini baru bener non, kan gampang kalo saya mo colek-colek..”

Non Sherin pura-pura tidak mendengar, ia memalingkan wajahnya ke kiri ke arah jendela yang berlapiskan kaca film hitam. Aku semakin berani meraba-raba, kucium pipi Non Sherin yang sedang meringis. Tampaknya ia menikmati permainan jariku yang menggesek-gesek belahan vaginanya kemudian menekan lembut tonjolan klitorisnya. Aku menoleh ke kanan saat merasakan remasan seseorang yang meremas gembungan yang masih rapih menyimpan Ujang junior. Non shasha tersenyum malu-malu kucing dengan wajah merona merah.

“ckiiieettt…!”

“Wadowwww MAMPUS dahhh…”

“oww maaf , aduh maaf Darso,kegigit yach… ”

Di jalan kecil yang sepi, dengan jahil Non Michelle menginjak rem mendadak. Terdengarlah suara hiruk pikuk di dalam mobil, dan yang paling keras suara jeritan Darso yang duduk di kursi belakang, rupanya tak sengaja, Non Ayhwa yang sedang melakukan service menggigit baso Darso.

“Michelleeeeee…!!”

“ati-ati dong Chel…”

“abis kalian sih mau senang sendiri, aku kan jadi nggak bisa konsen, pada sabar donggg, ntar kita kupas rame-rame diatas pesawat he he hehe”

“Yeeee, bilang aja lu ngiri….ha ha ha ha”

“ha ha ha ha.., “ Non Michelle tertawa lepas.

Dengan sengaja Non Michelle mendesah keras keras, tawa merdu yang bersahutan membuatku semakin gelisah dan tak sabar ingin merasakan seperti apa rasanya dikupas di atas pesawat. Selanjutnya… Deg deg deg deg deg…. aku dapat mendengar detak jantungku sendiri, kursi penumpang di dalam pesawat memang terasa nyaman kududuki, namun entah kenapa hatiku tidak tenang.

“Ujang jangan tengang gitu dong, tumben nih masih layu he he he” Non Vania terkekeh sambil mengecup pipiku, jarinya mengusap celanaku, namun si Ujang junior masih gemetar ketakutan di dalam kurungannya.

“euhhh, non, yakin aman nih?? !!” aku bertanya panik saat merasakan pesawat yang kami tumpangi mulai maju dan WAKKKK, sepertinya mulai terbang nih, aku menutup kedua mataku serapat yang aku bisa.

“waduhhh, suami kita pada takut terbang yach…??” canda non Michelle.

“glekkk.. ceglukk, nggak , nggakk takut koqqqq… bener nggak Soo??”

“Hoo hoo-ohh, iya iya, b-bener jang kita mah nggak ada yang ditakutin…”

“kok pada merem sich?? udah ngaku aja, pada takut terbang kan ?”

“Maklum Non, saya sama Darso belum pernah terbang.., jadi yah agak merinding merinding gitu deh…yakin ini tehh aman non ??”

“amannnn, tapi nggak pake tehhhhhh….”

“tapi non, kapal segede gini koq nggak ada penumpang yang lain selain kita?? kan mubazir tuch tempat duduknya banyak amat yang kosong”

“ada dechh, “

“Lagian agak aneh, koq kita-kita boleh cuti sih ?? bisa samaan lagi ngambil cutinya ?? “

“udah ah jangan banyak tanya , sretttt…” non Michelle menarik resleting celanaku ke bawah.

“Darso koq merem aja sich, sini dongggg…”

“e-ehh..nonn, mulus amat pahanya ?? aduh.”

“eit.!!, Darso hati-hati siniii…pelan – pelan…”

Ayhwa
Ayhwa
Non Ay Hwa tersenyum menggoda. Darso melangkah dengan lutut gemetaran, ia hampir saja keseleo, rupanya ketimbang jatuh Darso memilih untuk merangkak. Si gemuk Darso mendekati paha mulus non Ay Hwa yang semakin lebar mengangkang. Suara desahan kecil membuatku melirik ke arah suara non Ay Hwa menggemaskan. Ay Hwa merinding merasakan hembusan-hembusan nafas hangat Darso yang menerpa permukaan vaginanya. Sepasang kakinya yang mulus semakin pasrah mengangkang dan tangan kanannya mengusapi kepala Darso yang tengah asik menyantap selangkangannya.

“emmmh Darsoo jangan digituin ah, aku geli, ihhhh”

Dengan bernafsu Darso menjilati vagina Non Ay Hwa yang menggeliat– geliat resah di kursinya. Ujung lidah si Obe gemuk menyentil dan mencokeli klitoris mungilnya yang menonjol. Terkadang Non Ay Hwa mendorong kepala Darso sambil mengapitkan kedua kakinya rapat-rapat saat Darso semakin garang dan galak melumati vaginanya yang berlendir. Karena tidak tahan akhirnya non Ay Hwa mendorong pundak Darso. Sedikit penolakan dari Non A Hwa membuat Darso berubah liar, si gemuk terlihat tangkas memelucuti pakaian Non Ay Hwa, tubuhnya yang putih mulus tampak kontras dengan tubuh Darso yang hitam gemuk. Dengan mata berbinar Darso menjulurkan lidahnya untuk menjilat puting susu Non Ay Hwa yang berwarna merah muda. Ujung lidahnya menggelitik hingga Non Ay Hwa mendesah keenakan, payudaranya semakin indah membongkah dan putingnya mengeras karena terangsang.

“enyak non, enyakk happp eummm..Nyoottt nyoooottt, memmm”

Mulut si obe gemuk tambah lengket mengemut ngemut puncak payudara Non Ay Hwa. Tangannya berkeliaran menyusuri kemulusan dan kehangatan tubuh seorang karyawati cantik sementara cuping hidungnya mengendusi keharuman tubuh Non Ay Hwa yang menggairahkan. Endusannya semakin naik ke atas keleher, ke rambut, tangan Darso membelit semakin kuat merengkuh tubuh mulusnya yang pasrah dengan tatapan mata sayu.

“mmmhh mhhhhh.. ckk mmmmhhhhh…”

Suara keluh kenikmatan terdengar mengasikkan, pangutan–pangutan semakin memanas seiring dengan semakin naiknya birahi Ay hwa dan Darso, mulut Darso hinggap di leher jenjang non Ay Hwa. Dihisapnya leher jenjang itu hingga meninggalkan bekas cupangan kemerahan. Sementara Non Vania dan Non Shasha mulai melucuti pakaian Darso. Sebuah batang gemuk berurat tercuat saat celana dalam itu terlepas, benda panjang milik Darso menjadi rebutan Non Vania dan Non Shasha. Dengan sengaja Darso memiringkan pinggulnya agar Non Vania dan Non Shasha dapat lebih leluasa lagi memainkan benda kebanggaannya.

“Sha…, koq rasanya mirip bakso malang ya ?? “

“Ah masa sih, mana aku coba, emmmmmhh ckk..! enggak ah..gak sama“

“aku bilang mirip bukan sama..,”

“bakso malang asin he he he he…”

Darso junior sibuk menghadapi kuluman dan kecupan dua orang karyawati cantik. Belaian lidah yang hangat membuat batang besar Darso tampak semakin perkasa. Balutan air liur membuat batang Darso basah, kuluman demi kuluman non Vania dan Non Shasha membuat kepala penisnya mengkilap. Darso tersenyum sambil meletakkan batangnya di permukaan Vagina Non Ay Hwa seakan sedang memamerkan sampai sejauh mana batang itu akan masuk. Si cantik semakin gelisah saat kepala kemaluan Darso semakin betah bermain di sela bibir vaginanya. Ia tahu sebentar lagi tubuhnya akan melonjak kuat dalam kenikmatan, kepala penis Darso menggerus-gerus belahan vagina Non Ay Hwa, si obe terus mempermainkan birahinya yang menggebu.

“Akhhhhhhhh..!!” Ay Hwa memekik keras saat sesuatu merangsek kasar menusuk belahan vaginanya, sekujur tubuhnya mengejang dan terasa lemas saat batang besar Darso amblas semakin dalam, butir-butir keringat yang mengucur deras memperindah lekuk liku tubuhnya yang terdesak oleh benda panjang di selangkangan Darso

“ayo Hwaaa, lawannn…”

“Goyangg.. goyang terus hwaaa… jangan mau kalahh…”

“nnggghh, susah, besarrr Dar…sooo, pelannhh, aduhhh, owwww…”

Berkali-kali Ay Hwa memohon belas kasihan saat batang Darso menggasak liang mungilnya namun batang besar itu terus menghujam tanpa ampun. Dengan disemangati oleh Non Shasha dan Non Vania, Ay Hwa berusaha bergoyang menyongsong sodokan sodokan kuat itu dipadu dengan sodokan lembut yang dalam yang membuatnya semakin kewalahan. Nafasnya berhembus tak beraturan dan benteng pertahanannya pun tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi menghadapi enjotan lembut alat kelamin Darso yang panjang gemuk.

“clepp cleppp cleppp Bleppppphhhhh…”

“cruttt cruttt unnnnhhh….”

“mau lagi non ?? nga ha ha ha ha..”

“nggak ahh, udah Darso, udahhhh.., cukup.”

“bohong, kemaren Ay Hwa pernah bilang pengen sepuluh kali…”

“pengen dianal juga katanya…”

“Oooo, gitu yahh, sini non, nungging..!!”

Non Shasha dan Non Vania memprovokasi Darso yang langsung bertindak garang menarik dan menunggingkan Non Ay Hwa yang berontak. Non Vania memegangi tangan Non Ay Hwa, sementara Non Shasha membimbing batang Darso menuju liang anus Non Shasha.

“bohonggg, jangan Darsoo, jangan!!” Non Ay Hwa memohon.

“JREBBBBB… Breppphhhh….! JEBOL” Darso berteriak sambil merojok kuat anus non Ay Hwa.

“Heeeggghhhhh, mampus akhuuuu..” Non Ay Hwa mengerang keras saat Darso menusukkan batangnya,

Liang anusnya terasa panas dan sesak, dengan lembut Darso menunggangi Non Ay Hwa. Setelah mengocok kuat, non Shasha membuka sebotol sampanye. Disemprotkannya buih buih sampanye ke sekujur tubuh Non Ay Hwa, tubuh Vania dan juga tubuh Darso, aroma persetubuhan bercampur dengan aroma sampanye yang memabukkan.

“Spruttthhhh….”

“Awwww, gila kamu Sha, awas yach… aku balas…, pegangin Sher, Ujang bantuin dong pegangin si Shasha…..”

Vania
Vania
Non Michelle terkejut saat Non Shasha menyemprotkan sampanye ke belahan pantatnya yang sedang menungging. Aksi kulumannya berhenti dan Ujang junior terbebas dari emutannya yang asoy, emutan yang membangkitkan rasa beraniku. Aku mendekapnya dari belakang dan Non Sherin memaksa kedua kaki non Shasha untuk mengangkang, dengan dua jari Non Michelle menguakkan bibir vagina Non Shasha.

“ehhh, kalian mau apa ?? sherina lepas….OWWWWWWW…., ampun-ampun AUCHHHH…”

Non Shasha menjerit saat isi vaginanya terkena semprotan buih sampanye yang dingin. Non Michelle menembaki isi vagina non Shasha dengan sampanye tanpa mempedulikan pemiliknya yang kelojotan. Si pirang tampak ahli memainkan vagina Non Shasha, jarinya menekan hingga klitoris non Shasha menonjol kemudian menggosoknya dengan botol sampanye. Kontan saja tubuh non Shasha mengerjat – ngerjat hingga akhirnya menggelepar, vaginanya berdenyut kuat menyemburkan lendir-lendir putih kental.

“Ousssshhhh,, akhhhh, crutt cruttt….”

Non Sherin menolak saat Non Michelle menyuruhnya untuk menjilati lelehan lendir di selangkangan Non Shasha. Ia menolak dan menggerutu, semakin keras Non Sherin menolak semakin hebat pula Non Michelle merayunya.

“ayo Sher, enak loh,.”

“nggak ah aku ngak mau Chell…”

“udahhh, nyicip aja, dikit…”

Non Michelle menekan kepala Non Sherin ke arah selangkangan Non Shasha sambil terus merayunya agar mau menjilat lelehan harum yang sudah bercampur dengan aroma sampanye. Dengan ragu Sherin mencoba mennjulurkan lidahnya, dan sllcckkkk, sambil terus menekan kepala Non Sherin, Non Michelle mulai bergabung lidahnya saling berbagi mengecap cairan gurih yang meleleh dari belahan bibir vagina Non Shasha yang duduk bersandar sambil mengangkangkan kedua kakinya lebar lebar, ia semakin keras merintih saat kedua tanganku meremasi induk payudaranya.

“owww..!! Michelle…., jangan, hsssshhh.. ja….ngannnnhhh”

“ohhh Sherinn, muachh muachhh…”

Non Sherin menjerit saat non michelle menerkamnya, mereka berdua bergulingan, non Sherin mendorong Michelle saat sipirang bernafsu ingin mengemut payudaranya. Non Sherin menyilangkan kedua tangannya di dada berusaha melindungi payudaranya dari sergapan mulut Michelle. Sekali lagi non Sherin mengeluh saat non Michelle mendorongnya hingga jatuh terlungkup. Dengan liar Non Michelle menaiki punggung Sherin. Terdengar penolakan bercampur dengan rintihan dari bibir Non Sherin saat non Michelle menggeluti tengkuk dan pundaknya. Sambil menonton pergumulan antara non Michelle dan non Sherin yang semakin seru kutarik non Shasha, dalam posisi duduk saling berhadapan non Shasha menurunkan belahan vaginanya. Dengan setia kepala kemaluanku menunggu belahan vaginanya, kedua tanganku menarik pinggangnya untuk turun.

“Blesssssshhhhh, ouhh, ssshhhh…”

Non Shasha seperti tersiksa saat batangku amblas menyelami belahan vaginanya yang peret. Butiran keringatnya mengucur deras, wajahnya mendongkak ke atas seolah memberikan ruang untukku untuk mencumbui batang lehernya. Naik turunnya vagina kusambut dengan menyentakkan batangku ke atas kuat-kuat.

“nnnhhhh…!!”

“oughh, non Shasha….”

“Ujangggg… nnnggghhhhhh”

Shasha mengeluh, sodokan-sodokan Ujang jonior yang akurat dan liar membuatnya melayang semakin tinggi, desahannya berbaur dengan desahan Non Michelle, Non Ay hwa, non Sherin dan non Vania. Shasha menoleh ke arah Sherin, ia tersenyum dikulum saat melihat Sherin terlentang pasrah sementara Michelle terlihat asik asik menyusu di dadanya. Nafas Sherin terlihat semakin memburu saat Michelle mengejar sesuatu di selangkangannya. Tiba-tiba Shasha mengerjat dikejutkan oleh rasa nikmat yang menyengat vaginanya. Tubuhnya menggeliat erotis dalam pelukan Ujang yang nyengir bak arjuna menang perang. Sang Arjuna merobohkan dirinya ke belakang, kemudian meluncurkan tombak di selangkangannya hingga tubuh Shasha tersentak-sentak ke atas saat batang besar Ujang merojok kasar dalam posisi woman on top. Berkali-kali liang mungilnya menyemburkan cairan hangat kental.

“Akhhhh.. crrutt crutttt…” tubuh Shasha ambruk ke dada Ujang

Dirinya sudah tak sanggup lagi melayani nafsu seorang obe yang nyengir keenakan sambil terus mengocoki belahan vaginanya. Robohnya Shasha bukan berarti berhentinya Ujang junior yang semakin asik menggempur liang mungilnya.

“auhhhh, gila kamu Chelll… gila ohhhhhhh ampunnn Chelll. Aaaa”

Mulut Michelle mengunyah kuat-kuat vagina Sherin. Omelan dan gerutu terdengar di sela-sela desah kenikmatan Sherina. Rintihan Sherin semakin keras saat Michelle membuka bibir vaginanya. Kulepaskan tubuh non Shasha yang sudah tidak berdaya dan kuambil posisi di belakang non Michelle yang tengah asik menikmati isi vagina Non Sherin. Kutempelkan batangku pada belahan vaginanya dan kutusuk liang si pirang.

“Ouchhh…!!”

“Bleppp bleppphh clepppp….PLOK PLOKK PLOKKK”

Non Michelle menghempas-hempaskan buah pantatnya ke belakang. Gerakannya sungguh liar, ia melawan gempuranku, kusodokkan batangku dengan lebih kasar lagi hingga tubuhnya tersungkur-sungkur. Sebagai pelampiasan Non Michelle bertambah kasar menggeluti isi vagina Non Sherin yang mejerit bersahutan dengan si pirang dalam birahi yang bergolak membakar sisi-sisi liar gairah kewanitaan mereka berdua. Aku mengulum senyumanku saat mendengar Non Ay Hwa memohon pada Darso yang begitu pandai menggempur lembut liang vaginanya dan berkali-kali merobohkannya berkubang dalam lumpur yang paling nikmat.

“ohhh, Darso….cruttt cruttt, sudah Darso sudah, aku nggak kuat lagi”

“bolehh tapi syaratnya cerai-in suami non Ay Hwa, trus kita kawin yach..”

“emmmmh iya…., terserah kamu So, terserah, tapi sudah dong , aku capek”

Darso melepaskan tubuh Non Ay Hwa yang mengeluh kecapaian. Pinggul Darso mundur ke belakang hingga Darso junior terlepas dari jepitan liang vagina Non Ay Hwa, dengan wajah mesum Darso mengusap vagina Ay hwa yang memar kemerahan akibat perbuatannya,

Si gemuk berdiri sambil menarik tubuh Vania yang mengalungkan kedua tangannya ke leher Darso saat si obe gemuk mengait selangkangannya dalam posisi berdiri. Posisi Non Vania mirip seperti sedang digendong tapi dari arah depan dengan selangkangan yang saling merapat. Wajah Vania terlihat renyah saat batang Darso membelah liang mungil di selangkangannya.

“wowww ?? non Vania makin hebat aja dehh…”

Darso cukup terkesan dengan kemahiran Non Vania, tangan Darso menopang buah pantat Non Vania. Sementara kaki mulus Vania berusaha menjepit pinggang Darso, mata Vania melotot merasakan nikmatnya gerakan batang besar yang begitu kuat menumbuki liang mungil miliknya.

“Ahhhhhhhhhh…!! crutttt crutttttt…..”

Sepasang kaki mulus Non Vania terjuntai tanpa daya saat tubuhnya menggelepar dilanda rasa nikmat yang berlebih, lendir-lendir yang membanjir membuat suara tumbukan semakin keras dan jelas. Mulut Darso melumati bibir Vania yang tak henti hentinya merintih dan mendesah. Setelah puas menggempur dalam posisi berdiri. Darso menurunkan tubuh Non Vania yang bersimbah keringat. Si gemuk tersenyum melihat lendir yang meleleh di paha Vania sebelah dalam. Vania mengusap batang panjang di selangkangan Darso sebelum akhirnya ia berbaring dengan santai di bawah kaki si gemuk. Kedua kakinya yang mulus tertekuk mengangkang kemudian ia bertumpu pada ujung kaki mengangkat pinggulnya ke atas setinggi yang ia mampu.

“anjrit, oh nonnn, indah nian “

Darso berlutut kepalanya mengejar selangkangan Vania yang terangkat. Aroma vagina tercium kuat dicuping hidungnya, belahan mungil berlendir di selangkangan gadis cantik itu yang merekah menyebarkan aroma harum khas yang disukai oleh pencinta lendir.

“sllcckk nyottt mhemmm nyemmm..srrrpphhh…”

Darso membantu menopang pantat Vania sementara mulutnya sibuk menghisap liang vagina gadis itu. Puas melumati liang vagina, Darso kembali menempelkan batangnya pada belahan hangat yang kesulitan menelan kepala kemaluannya. Wajah Vania memerah saat batang itu diamblaskan oleh pemiliknya dengan paksa, saat Darso menghentakkan batangnya ke bawah dengan kasar. Vania mengangkat pinggulnya ke atas kuat-kuat.

“Bhubbb.. bhubbb bhubbbb.. Jrebbb” terdengar suara keras tumbukan dua alat kelamin yang saling beradu dihantamkan oleh pemiliknya. Nafas keduanya berdengusan disiksa oleh sang nafsu, suara erangan kenikmatan Vania disambut suara keluhan Darso,

Vania mencoba sekuat tenaga untuk mengimbangi gerakan Darso, tubuh mungilnya menggigil, kedua lututnya semakin gemetar dan kakinya terasa lemas namun ia tetap mengangkat pinggulnya sekuat tenaga hingga titik pertahanan yang terakhir. Di saat batang itu meluncur dan beradu, vaginanya kalah telak dan terhempas tanpa daya di bawah selangkangan si Obe gemuk. Vania nyengir kucing saat merasakan kedut-kedut kenikmatan yang membuat tubuhnya menggelepar dengan nafas memburu kencang, ia terdiam saat Darso membalikkan tubuh mulusnya yang banjir keringat, batang Darso menaiki buah pantatnya yang empuk. Ketidak berdayaan Vania seperti mengundang binatang liar itu untuk membelah liang anusnya.

“AKHHHH…”

Tubuh Vania menggeliat dibawah tangan Darso yang mencengkram pinggulnya kuat-kuat. Anusnya mengkerut saat benda asing besar itu memaksa untuk masuk sementara anus yang mengkerut membuat Darso harus mengeluarkan tenaga ekstra menjebloskan batang besarnya ke dalam anus gadis itu.

“Arrrrhhhh errrrhhh hssssshh AWWWW..!!”

Erangan pertama terdengar saat kepala kemaluan Darso menjebol anus Vania, erangan kedua menyusul saat Darso menekankan batangnya beberapa kali dalam sentakan-sentakan kecil untuk memasuki liang anus Vania, dan pekikan keras terdengar saat batang Darso amblas seluruhnya. Selanjutnya suarapun silih berganti antara erang, rintih dan pekikan saat Darso mulai menggenjotkan batangnya menikmati liang anus Vania.

“Darso haus ya ?? nih minum..”

“glukkk.. ceglukkk glukkkk,mkasih nonnn…”

Darso menghentikan genjotannya kemudian meminum segelas milo dingin yang disodorkan oleh Non Ay Hwa kemudian kembali menggenjot anus Vania yang tengah meneguk segelas milo dingin hingga gadis cantik itu tersedak.

“uhukk uhukk.. “

“ihhh, Darso ntar dulu kali, orang lagi minum koq disodok sich, kacian kan Vania…”

Darso cuma terkekeh sambil menepak gemas buah pantat non Ay Hwa yang berusaha berdiri sambil menjajakan minuman. Sambil menggenjoti anus Vania tangan kiri Darso menggapai payudara gadis itu dan meremas-remas dan memilin putingnya yang mengeras hingga Vania merintih hebat. Darso protes saat mendengar suara pekikan non Ay Hwa.

“Oiiii… JANG, awas lu..!! jangan kasar-kasar sama calon bini gua…”

“pinjem bentar gua butuh liangnya so, he he he”

“sompret luh…”

Setelah meneguk minuman dingin kulepaskan tubuh si pirang yang sudah terkapar lemas. Sebagai gantinya kurengkuh tubuh Non Ay Hwa, dengan santai aku duduk bersandar di kursi. Non Ay Hwa duduk mengangkang di perutku, kuelus buntalan payudaranya dan kuremasi keindahan sepasang payudaranya yang putih. Payudara non Ay Hwa tidak begitu besar namun terasa padat. Kutarik wajahnya dan kulumat bibirnya yang merekah, nafas non Ay Hwa terdengar berat saat kubenamkan wajahku di belahan buah dadanya, kuhirup dalam-dalam aroma harumnya payudara Non Ay Hwa sebelum kuhisapi buah ranum di dadanya.

“Ujanggghh, nnnhhh , hsssshhh…”

“mummmmm.., nyottt nyottt, he he he, nyoooott muachh nyoot”

Kedua tangan non Ay Hwa mendekap kepalaku hingga wajahku semakin dalam terbenam di belahan dadanya. Dengan ujung lidah kugelitiki belahan buah dadanya dan kuciumi payudaranya yang indah, non Ay Hwa menggesek-gesekkan vaginanya keperutku. Dapat kurasakan lendirnya yang harum hangat dan lengket, buah dadanya yang indah mengundangku untuk lebih menikmati buah itu. Kusentuh induk payudaranya dengan lembut dan perlahan, tubuhnya menggeliat ketika aku membuat gerakan melingkar yang menyempit hingga mendekati puting payudara. Rangsanganku membuat puting payudaranya meruncing dan mengeras, kuremas dengan lembut dan kuvariasikan dengan menyentuh putingnya. Saat ia merintih kucapit putingnya dengan dua jari dan kuputar seperti sedang membuat bulatan.

Kusiapkan non Sherin menungging di sisi Non Ay Hwa yang juga kutunggingkan. Kutekankan dan kukait vagina Non Ay Hwa, kusodok kuat menggunakan seluruh kemampuan dan tenagaku, kutunggangi tubuhnya hingga butiran keringat membasahi punggung dan pinggangnya. Kupacu dan terus kupacu hingga terdengar suara rintihan lirihnya

“ohhhhhhhhhhhhhh cruttt cruttt crutttt…”

Kupindahkan batangku yang basah oleh cairan vagina Non Ay Hwa kerutan anus Non Sherin, ia melenguh keras saat kubongkar paksa anusnya, kucengkram pinggulnya kuat-kuat. Saat kusodokkan batangku kutarik pinggangnya kevbelakang hingga tumbukanku semakin kuat.

“PLOKKK.. PLOKK PLOKKK”

“UNGGHH UNGGGG NGUUUUHHH….”

Non Sherin mengeluh dan terus mengeluh, ia merintih saat Ay Hwa membantunya dengan melakukan remasan dan jilatan pada putingnya yang mengeras. Cumbuan-cumbuan Ay Hwa yang hangat menghanyutkan membuat Sherin menikmati keliaranku. Jari kanan Ay Hwa menggosoki belahan vagina Sherin sementara tangan kirinya meremas-remas payudara Sherin yang terayun bebas mengikuti sodokan batang penisku.

“ouuuhc.. srruttt crruttt…., aduh-aduduhh sakit Ujang sakittt…”

Kuhentikan gerakan kasarku menyodomi anus non Sherin sebagai gantinya aku tidur terlentang dan kunaikkan vagina Non Sherin ke atas batang kemaluanku. Crebbbb, raut wajah non Sherin terlihat mengenaskan saat kubenamkan batang besarku, ia terlihat kewalahan, erangannya terdengar keras saat tubuhnya tersentak-sentak ke atas. Seiring berjalannya waktu entah sudah berapa kali tubuhnya mengejang keenakan dan vaginanya berkedut kedut menyemburkan cairan kenikmatan.

“Ujang, emmhh ,ahhhh…mmm mmmmmhhh”

Non Ay Hwa memeluk dan mengulum bibir Non Sherin, mereka berdua saling memangut dan bergantian menaiki batangku dan bergantian pula batang penisku dimandikan oleh lelehan cairan vagina Ay Hwa dan Sherin. Kini vagina Non Ay Hwa bermain naik turun pada batangku sementara Non Sherin menyodorkan vaginanya ke mulutku. Kukunyah vaginanya yang legit sambil terus menyentakkan batangku ke atas menyerbu kenikmatan di selangkangan Non Ay Hwa

10 menit kemudian terdengar lenguhan dari bibir Sherin, Ay Hwa dan Vania yang sedang dikerjai oleh Darso, dua batang yang haus akan kenikmatan menyemburkan cairan klimas dalam tempo yang berbeda.

“Crotttt Crottt Crotttt…….”

“Heugghhh Kecrottt crottttt………..”

“hi hi, Ujang minum nihhh….”

“kamu juga Darsooo, ayo sayang…”

“Gluphh… Glukk Glukkk…”

“Ceglukkk, Burpphhh Glukkkkkk”

Aku dan Darso yang ambruk kecapaian dicekoki oleh non Michelle dan Non Shasha. Entah berapa botol sampanye yang sudah habis akibat kenakalan mereka mencekoki kami berdua. Dunia ini serasa oleng ke kiri dan ke kanan kemudian “BYAR PET PYAR PETTTTTT….”semuanya tiba-tiba saja menjadi gelap.

OUCCCHHHH….!! wer em ai ? , Kupincingkan mataku untuk memperjelas pandanganku yang masih kabur. Kepalaku terasa pusing, setelah beberapa kali berkedip yang cukup lama aku mulai tersadar. Sekuat tenaga aku meronta, buset, aku terikat diatas ranjang besi, kupanggil nama istriku satu persatu namun tidak ada satupun di antara mereka yang menyahut.

“non Shasha, !! Non Michelle, Non ..Vaniaaaa dll dst dsb…”

“Ujangggghh,sebentar dong, udah ngak sabar ya ? hi hi hi…”seseorang muncul dari balik pintu sambil menyahut memanggil namaku.

“WHUAAAAAAA…!! B-Buu Selmy ?? !!!”

(Yohana : Oye ^_^)

(All : AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA @_@…..!!!!!)

Tak terkira kengerian yang kuhadapi saat melihat sesosok kurus kering melenggok genit berjalan ke arahku. Tubuhnya masih bersimbah keringat, ia mengkikik hingga bulu kuduk-ku berdiri dan robohnya Ujang junior tergeletak tanpa daya. Aku menjerit dan meronta sejadi-jadinya saat si penyihir tua melompat menerkamku, tangannya menyambar kemudian meremas dan mengocoki batangku, bibirnya monyong mengecupi pipi kiri dan pipi kananku.

“AUHHH.. WHOAWWW, AMPUN BU, AMPPPUUUUNNNNN..!! ANJRIT MAMPUS DAHHHHH..!!.WHOADOOOOOOHHHH.”

“cup.. cupp muachh hi hi hi … hiii hiii.. muachhh..!!ayo Ujang, berdiriin dongg tititmu, masa lemes gini, cmon beib, nih sedot susu ibu.hi hi hi”

“JANGAN bu, jangannnn..!!KAGA MAU, susunya udah basi buuu..!! WHUAAAA…!!AMPOOOOONNN, Ehhhhh ??Lhaaaa ??ehh ituuu…….”

“Eihhh, cobain dulu.., belum dicoba koq udah nolak sich hik hik hik..”

Tiba-tiba mataku melotot kearah belahan dada bu Selmy, ada sesuatu yang kukenali, itu..!! astaga..?? OMGGGG, di antara payudaranya aku melihat sebuah tanda lahir , itu…!! tanda itu…!! aku tidak akan pernah melupakan orang yang telah merengut keperjakaanku. Seorang wanita bertubuh gemuk, hemmmm, koq sekarang jadi kurus kering begini ya ?? !!! diet dan sedot lemak kali ?? ahhh..!! itu tidak penting.

“jalan xxxx rt xxx rw xxx….!! Adowwww….”Aku menjerit karena si peot terlalu kuat meremas batangku akibat terkejut.

“kam-kamu.., siapa kamu sebenarnya….”si putih peot mangap sambil bertanya.

“nama saya Ujang buu , UJANG…!! saya obe di kantor ibu…..!!”

“SAYA TAHU ITU…TOLOL….!!

Bu Selmy seperti melamun kemudian terdengar suara cemprengnya.

“mungkinkah kamu si anak kecil bertitit besar itu ?? jawab??“

“Nahhhh itu-kan INGET…!!begitu saya melihat tanda di susu ibu yang peot saya yakin 1 juta persen orang itu pasti ibu, saya tidak akan pernah melupakan tanda lahir di susu itu seumur hidup saya!! TIDAK AKANNNN…PERNAHH!! pokoknya sekarang juga lepaskan saya buu.., kalau enggak saya laporin ibu sama komnas ham, sama kak Seto dll ehh iya nggak lupa saya laporkan sama pak polisi, kalo perlu saya laporkan juga sama Bang Oma atas apa yang pernah ibu lakukan terhadap saya…..!!LEPASKAN..!! LEPASKAN ENGGAK ?? !!!”

“iy-iya jang.., iya…, iya…”

Aku sedikit merasa lega saat dengan gemetar binatang tua itu menyahut sambil melepaskan ikatan di kedua tangan dan kakiku yang terikat mirip huruf x. Begitu semua ikatan sudah terbuka aku melompat sambil menyambar sehelai selimut tanpa mempedulikan si tua yang memohon agar kusetubuhi. @_@…% # !!, e-ehhh maksudku agar kuampuni….!! Dengan tegas kupaksa dia untuk menunjukkan kamar tempat Darso disekap….! waduh ..!! sungguh malang nasib Darso yang kutemukan dalam keadaan terikat. Abis diapain sampe diiket iket segala , kulepaskan si gemuk DARSO.

“HU HU HU HU, gua diperkosa janggg… Huu huuuu”

“hah? diperkosa sama siapa ? terus gimana enak ??bagi-bagi dung”

“SETAN luh .JANG!Gua baru diperkosa ama bu Selmi NYOHO…!!hu hu”

“MAMPUS DAH!!! Kalo itu mah buat elu aja dah, btw lu ngak apa – apa Shooo…!!”

“HIDUP GUA ANCUR JANG,ANCURRRRR HU HU HUU HUUU….”

“tenang Sooo, gua bakal bikin bu Selmy membayar semuanya..!!” aku buru-buru menghibur Darso yang menangis sesegukan.

Kubalikkan tubuhku, kudekati bu Selmy yang mundur ketakutan menghadapi kegaranganku. Aku terus merangsek sampai ia tersudut di pojok kamar tempat Darso disekap dan diperkosa.

(yohana : ready sex scene 2, bu Selmy renyah kaya jamur crispy…, semuanya siap – siappppppp……, ACTIONNNNN….!!)

(all : waduh !! lagi ?? !! )

“tenang aja bu , saya ngak akan merkosa ibu….!!!”

(All : Fiuhhh, (bernafas lega)

“Tapi sebagai ganti atas apa yang ibu telah lakukan terhadap saya dan Darso…. he he he he he…, begini buuuuuu” aku berbisik ditelinganya

“………………………..??? gila kamu…!! saya tidak mungkin melakukan itu….” tolak bu Selmy dengan mata melotot.

“terserah ibu…, pokoknya sekarang saya Cuma ngasih dua pilihan buat itu, satu jalan ibu bisa bebassss…, tapi satu jalan lagi…., berakhir dipenjara + kebangkrutan….., lagian kan ibu nggak punya keturunan…., nggak ada yang akan dirugikan nantinya…!!”

“berikan saya sedikit waktu untuk memikirkannya…”

“enak aja…!! saya beri ibu waktu satu malam, besok pagi saya tunggu ibu di depan kantor pengacara ibu…., ingat buu… satu malam saja, nggak pake lama…!!kalau tidak AWASSS…!! dan satu lagi kembalikan saya dan Darso kehabitatnya, e-ehh maksud saya ke rumah, NGARTI ??!!satu lagi bu, saya minta dibeliin motor TIGER…” aku mengancamnya

Tanpa banyak cerita Bu Selmy mengangguk. Hari itu aku lolos dari kebuasan bu Selmy. Hanya Darso yang cemberut sepanjang perjalanan, sesekali ia terisak mengingat kemalangan yang harus dialami olehnya,

Di siang hari yang telah ditentukan, dengan wajah tertunduk sesosok tua renta mengekori dua orang yang berjalan di depannya, bibirnya meruncing. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh bu Selmy, seumur hidup, baru kali ini ia merasa kalah telak dan tidak tanggung-tanggung, ia dikalahkan oleh dua orang obe berwajah jauh dari kata tampan. Matanya mendelik saat Ujang menoleh sambil tersenyum dan mengangguk ramah. Dengan menggunakan motor baru kubonceng Darso kembali ke kantor kemudian kukumpulkan para istriku di ruangan bu Selmy. Bibirku meruncing manyun begitu pula bibir Darso, kelima istriku berjajar dengan wajah tertunduk menatap lantai saat aku dan Darso mengomel panjang lebar tentang insiden yang terjadi, wass wes wos wak wek wok..!! aku berkoar-koar.

“maaf janggg maaaaaffff…banget kami dipaksa…” Non Sherin terlihat serba salah, demikian juga Non Michelle, Non Shasha , Non Vania dan Non Ay Hwa, bibirku makin meruncing karena rasa kesal yang menggunung.

“maaf dong Darsooo, abis bu Selmy udah tau kita – kita sering begituan sama kalian, jadi yaaaaa, bu Selmy ngancam, minta jatah.., maaf yach maafff.” Non Ay Hwa berusaha meminta pengertian padaku dan Darso, melihat wajah cantik non Ay Hwa murung dengan seketika hati Darso mencair dan sikapnya melunak.

“Jang , jangan galak-galak donggg, Non Ay Hwa kan jadi ketakutan tuch, sini sayanggg, Darso nggak marah koq sama non Ay Hwaaaa…, tapi inget yah non.., sesuai dengan janji non Ay hwa di pesawat, ceraikan suami non Ayhwa dan nikah sama saya..setuju non??.” Darso merayu sambil merogoh selangkangan Non Ay hwa pasrah mendesah sambil mengangguk kemudian Darso menarik Non Ay Hwa agar ia duduk di pangkuannya.

Aku cemberut memelototi Darso yang nggak konsisten, aku menggaruk-garuk kepala sambil mendengarkan penjelasan dari para istriku. Rayuan dari istri istriku yang cantik jelita akhirnya membuat rasa kesalku minggat dari dalam hati ini. Aku berjongkok di hadapan non Vania dan Non Shasha, tanganku mengusapi kaki jenjang mereka dan terus merayap naik ke atas sambil menaikkan rok mini mereka. Mataku menatap sayu pada belahan mungil di selangkangan Non Vania dan Non Shasha.

“Ujangg , jangan disini uh, ini kan ruangan bu Selmy ntar kalo dia dateng gimana ??”

“Oooo tenangggggg , sekarang sich direktur yang sebenarnya saya n Darso, bu Selmy cuma jadi puppet doll aja sslccckk ckkk”

“ihhh Darso ngak mauuu ahhh….”non Ay Hwa mendorong kepala Darso yang mengendus-ngendus lehernya.

“ha ha ha.. sini dong nonnnn muachhh mmmm”

bergantian aku menjilati vagina non Vania dan Non Shasha dan Darso terkekeh sambil memperlihatkan isi dari sebuah map biru kepada Non Ay hwa yang duduk di pangkuannya. Di dalamnya tertulis dengan jelas ahli waris dari Bu Selmy “UJANG dan DARSO”.

TAMAT

Tinggalkan komentar